Dua Puluh Sembilan

15.3K 566 5
                                    

"Anak dan Ibunya baik-baik saja. Anda tak perlu khawatir, Pak." ucap seorang dokter wanita muda dengan Jilbab yang dia ikatkan ke sela sela lehernya. Di samping Anna ada Aldi yang menggenggam tangan Anna dengan erat, sesekali menciumi punggung tangan Anna. "Tapi, kalau bisa ibu Anna jangan capek atau jangan memikirkan hal yang bisa membuatnya setress, soalnya kandungan ibu Anna masih tergolong lemah walau ibu Anna sudah meminum vitamin penguat kandungan. Anda harus tetap menjaga kondisi kandungan Anda." pungkasnya.

Anna dan Aldi yang ada disana hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Ini beberapa resep dan vitamin yang masih harus anda minum, Bu." ucapnya lembut.

*****

Aldi Pov
Aku cukup lega mendengarkan ucapan Dokter tadi, aku dan Anna sudah keluar dari ruangan Dokter Kandungan, dan sekarang aku sedang berjalan dengan Anna. Hingga di kantin Rumah sakit ini.

Tanganku masih menggenggam erat tangan Anna, takut jika nanti Anna meninggalkan aku. Aku tak mampu menjawab pertanyaan Ayah jika Anna tak ada di sampingku. "Al, kau kenapa?" tanyanya saat aku duduk di hadapannya.

Aku menatapnya dalam. Dan detik berikutnya aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku. "Tidak, aku hanya tak percaya kau ada di hadapanku." ucapku sambil tersenyum.

Dia yang ada di hadapanku tersenyum juga. "Maafkan aku, Al." ucapnya dengan suara sendu. "Aku tak bermaksud membuat Ayah seperti ini." imbuhnya dengan air mata yang menetes.

"Kau tak perlu meminta maaf, Ann. Ini kesalahan ku, aku pantas menerima hukumannya." ucapku. Aku memang sudah sadar jika semua ini yang terjadi karena kebodohanku. Bukan salahnya Anna atau Ayah.

Dia menggelengkan kepalanya "Tidak Al, disini aku yang salah. Bukan kamu. Andaikan aku tak meninggalkan Ayah dalam situasi seperti ini mungkin Ayah tak akan masuk kedalam Rumah sakit dan penyakit Jantung ayah tak akan kambuh."

"Kamu tak salah Anna. Aku yang salah. Aku tak seharusnya menampar dan menuduhmu seperti apa yang aku lakukan beberapa hari yang lalu." ucapku tulus. "Aku minta maaf,," ucapku sambil memperhatikan wajahnya yang kini menatapku dengan tatapan tak percaya. Yah, aku mengakui kesalahan yang sudah ku buat. Dan meminta maaf untuk beberapa kali, hanya buat Anna. "Sudahlah, sekarang apa kau mau kembali lagi ke Rumah?" tanyaku sambil menatap wajahnya lekat. Takut jika dia berubah fikiran, dan meninggalkanku lagi seperti waktu itu.

"Akan ku fikirkan, Al. Aku masih menikmati kebebasanku." ucapnya dengan nada lembut tapi dapat membuat hatiku sedikit Nyeri. Dia masih belum bisa memaafkanku. Ucapku dalam hati, dan itu mrmbuatku puas dengan keputusannya. "Baiklah, tapi, biarkan aku tahu kamu sekarang tinggal dimana, biar jika nanti kalau ada apa apa aku bisa kesana." ucapku berharap agar dia mau menunjukkan tempat dimana dia tinggali.

****

Anna Pov
"Baiklah, tapi, biarkan aku tahu kamu sekarang tinggal dimana, biar jika nanti kalau ada apa apa aku bisa kesana." Aldi menanyakan hal yang selalu ingin ku tutupi tapi tak mungkin juga jika aku menutupi lebih lama lagi. Apa aku beritahu dia sekarang dimana aku tinggal? Atau lebih baik tidak?

"Untuk sementara jangan dulu, Al. Aku akan kesini setiap hari menjaga dan menjenguk Ayah." ucapku dengan senyuman. "Yah, ini masih belum waktunya, Al. Maafkan aku!!" imbuhku dalam hati.

Ku lihat wajah Aldi yang tadi berbinar, kini meredup walau dia masih menutupi kekecewaan itu dengan senyuman yang dia ukir di wajahnya. "Baiklah, kalau ada apa apa jangan lupa hubungi aku. Aku akan Siaga 24Jam buatmu." ucapnya dengan tersenyum yang dia paksakan.

****

Tak lama anak buah Aldi datang dan membuat Aldi bangkit lalu berlari menuju ke kamar Inap Ayahnya. Meninggalkan Anna yang masih mengikuti Aldi dengan jalan pelan karena takut Bayi yang dia kandung kenapa kenapa.

Tak lama, Anna sudah sampai di ruang inap Ayahnya. Dan disana sudah ada Ibunya, dan kedua orang tuanya. Dan langkah Anna terhenti saat dia melihat Aldi keluar dengan wajah lega. Kenapa semua ada disini? Anna bertanya tanya dalam benaknya yang dia ketahui bahwa tak ada yang menjawab pertanyaan yang dia ucapkan di dalam benaknya.

"Bagaimana keadaan Ayahmu?" tanya Ibu Aldi yang masih tergolong cantik di usia yang sudah tak muda lagi.

"Ayah sudah sadar, Bu." ucap Aldi sambil memeluk Ibunya dengan perasaan lega dan bahagia. "Anna..." ucapnya lagi sambil melepas pelukan yang dia berikan kepada Ibunya.

Aldi membalikkan badannya dan menemukan Anna sudah ada di persimpangan dimana tempat Ayahnya di rawat. Aldi berlari ke arahnya dan memeluk tubuh Anna yang sedang sibuk dengan pemikirannya sendiri. "Ayah sudah sadar dan dia ingin bertemu denganmu." ucap Aldi dengan senyuman di wajahnya.

"Anna, kau dengarkan apa yang aku katakan?" tanyanya lagi saat dia tahu jika Anna hanya diam tak merespon ucapannya.

"Huh? Iya, ayo kesana." ucap Anna dengan terbata. Kedatangan Anna di sambut dengan pelukan hangat oleh seluruh orang yang ada di sana. Ayah, Ibunya dan Ibu Mertuanya memeluknya dengan hangat.

*****

Jika Anna, Aldi dan keluarganya sedang bahagia karena Pak Yoga sudah sadar, berbeda dengan Mila, dia tahu jika Anna hamil. Dan itu anak Aldi. "Kau sedang apa disini?" tanya seorang pria yang selama ini berada di sampingnya. "Jangan lanjutkan rencanamu, Mila. Mereka sudah bahagia, jangan kau hancurkan." imbuh pria yang sudah memeluk Mila dari belakang dengan pelukan hangat.

"Lepaskan aku.. Jika kau memang sayang dan cinta ma aku, lakukan sesuai dengan rencana kita."

"Kau serius ingin melanjutkan rencana yang 99% gagal?" ucap Pria itu sambil membalikkan badan Anna agar menghadap ke arahnya. "Aku tak percaya kau keras kepala seperti ini." ucapnya setelah itu dia membalik tubuhnya dan meninggalkan Mila sendiri di Balkon rumahnya. Yah, Mila sekarang tinggal bersama dengan Pria yang sudah menjadi tunangannya. Andre.

****

Andre keluar dari kamar Mila, dan kembali ke Ruang kerjanya, disana dia membuka beberapa pekerjaan yang sudah menunggunya. Berdebat dengan Mila masalah Aldi dan Anna membuat Andre merasa jenuh sendiri. Mila terlalu percaya jika Aldi masih akan memilihnya walau keberhasilan rencananya itu hanya 1% sedang kegagalannya 99%. Gila, itu yang sedang Andre fikirkan. Dia cukup waras saat tahu jika tatapan Anna ke Aldi itu tulus dan tak ada yang bisa membuatnya menatap seperti itu lagi. Bukan dia sendiri, Indra, atau Putra sekalipun. Yang mampu hanya Aldi.

"Aku tak akan membuatmu menyesali keputusanmu, Mila. Aku tak bisa membiarkan kau dan Anak kita meninggalkanku!!" geram Andre sendiri di Ruang kerjanya.

****
Dikit ya? Hehehe, iya hanya beberapa ribu aja sih.. Makasih ya buat ucapan kalian, aku sudah sedikit sembuh dan bisa up.. Walau pendek sih.. Tapi gpp yaa!! Semoga suka 😌😌

[Complete] Sad Weddingg Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang