9 |risih.

80 11 4
                                    

Waktu menunjukkan pukul 7.00. Naren keluar
dari kamar mandi dengan celana pendek dan balutan handuk kecil di lehernya.

"Ron, bangun" kata Naren

"Gua gak masuk kuliah deh, ren. Gak enak badan" kata Baron lemah. Dia menarik selimut dan memejamkan mata.

Naren hanya mengangguk. "Yaudah, istirahat aja"

Naren berjalan menuju lemari. Menyiapkan baju yang akan dipakainya hari ini. Sebenarnya, dia hanya memilih kaos putih dan celana jeans hitam.

"Gua pergi ya, Ron" kata Naren sembari berjalan menuju pintu. Namun, langkahnya terhenti saat Baron memanggilnya.

"Gua titip makalah ya? Filenya ada di laptop lu"
Kata Baron

Naren mengangguk setuju. Kemudian berjalan keluar kamar.

★☆☆☆★

Kampus,

"Hei" seseorang merangkul Naren tiba-tiba. Naren melirik lelaki yang kini berdiri disampingnya. Daryl.

"Kemana temen lu?" tanya Daryl

"Sakit"

"Kok bisa?" tanya Daryl lagi

"Semalem bergadang ngerjain makalah" jelas Naren.

"Nareeen!" sapa seseorang dari belakang. Tanpa melihat siapa yang menyapannya. Naren sudah tahu pasti dia adalah Bintang.

Perempuan itu berjalan lebih cepat dan menjajarkan langkahnya.

"Apa sih bee? Ganggu aja" celoteh Daryl

"Ganggu kenapa?"

"Kita lagi asyik berdua tau" ucap Daryl manja

"Apaan sih? Geli"

"Eh, btw gua duluan ya. Mau mampir ke ruang dosen dulu" ucap Daryl.

Naren dan Bintang hanya mengangguk. Daryl pun pergi meninggalkan Naren dan Bintang berdua.

"Hmm..btw Baron mana?" tanya Bintang memulai pembicaraan.

"Sakit"

Bintang hanya meng-oh-kan jawaban Naren.

"Gua duluan ya. Mau ke lab komputer" kata Naren menghentikan langkahnya.


"Gue ikut deh sekalian nyari bahan buat skripsi" kata Bintang berbohong. Dia hanya memanfaatkan waktu untuk tetap bersama Naren.

"Hm..yaudah" kata Naren yang kemudian melanjutkan langkahnya dan disusul oleh Bintang.

★☆☆☆★

Puluhan komputer tersusun rapih diatas meja dengan penyekat kayu yang memisahkannya. Naren berjalan menuju mesin cetak yang berada di pojok ruangan sedangkan Bintang berjalan mendekati salah satu komputer yang tersedia disana. Berpura-pura mencari bahan untuk skripsi. Namun, matanya tak berhenti mengarah pada Naren. dasar bodoh.

"Mata lu kenapa?" Tanya Naren tanpa mengalihkan perhatiannya. Pandangannya tetap fokus pada mesin cetak itu.

"Lu ngomong ke gue?" Tanya Bintang ragu. Tubuhnya membeku seketika. Bintang segera merubah posisi duduknya menghadap layar komputer.

Tanpa membalas pertanyaan Bintang. Naren berjalan sembari membawa lembaran-lembaran putih di tangannya. Langkahnya keluar melalui pintu. Meninggalkan Bintang sendiri di dalam lab.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang