'Desember pertama' batin Bintang terkejut.
"Pak Stop!"
"berhenti disini aja" ucapnya spontan.Dia keluar dari mobil dan berjalan menghampiri pria itu.
Naren. Narendra R Widoyo.
Bintang 's Flashback on
1st December.
Hujan mengguyur kota kecil ini, membuatnya semakin kumuh dengan genangan air kotor di sekitar jalan.
Walaupun begitu, kesan indah hadir saat kumpulan manusia berpayung berlari kecil mencari tempat berteduh.Aku tersenyum menyaksikannya. Bagaimana tidak, dengan percikan air yang tetap membasahi celana mereka. Mereka malah berlari semakin cepat.Membasahi celana orang dibelakangnya.Membuatnya terlihat seperti menari dibawah hujan. Ada ada saja.
Aku turun dari bus dan duduk di bangku halte yang dingin.
Sore ini, sepulang sekolah.Daryl berjanji akan menjemputku disini dan mengantarku pulang.
Jujur, aku tidak berniat menerima ajakannya.Tapi,aku berharap dia bisa menepati janjinnya.
Ongkos naik busku tidak cukup untuk mengantarku pulang sampai rumah. Itu alasan aku turun di halte ini. halte di persimpangan jalan.Drrtt..drrtt..
Bee lu pulang sendiri aja,ya.Gua ada kumpulan basket di sekolah.
Ck..gue udah nunggu lu dari pulang sekolah,ryl.Masa gak jadi jemput.
Hehe..Maaf ya.Beneran gak sengaja.Soalnya kumpulanya tiba-tiba.
Masalahnya gue gak ada ongkos lagi buat naik bus.
Yah terus gimana?
Aku menutup sambungan telepon dengan kesal.
"Aduh gimana nih?"
"Masa gue harus nunggu Daryl pulang dari latihan basket?"
"Pasti kemaleman"
"Soalnya dia kan latihan buat tournament"
"Gimana dong?"Aku tetap berada di posisiku. Tetap duduk di kursi dingin itu. Berharap Daryl akan mengantarku dulu sebelum latihan.
Tiba-tiba saja, mataku tertuju pada sosok laki-laki tampan yang muncul di seberang jalan. Lengkap dengan pakaian sekolahnya. Putih abu-abu.
Tubuhnya tegap dan tinggi . Membuat postur tubuhnya terlihat begitu sempurna. Kulitnya putih dengan rambutnya yang basah akibat terkena hujan. Membuatnya terlihat begitu menggemaskan.
Aku tetap berada di posisiku. Menunggu dia berlari menuju halte untuk berteduh.
Namun, ternyata tidak. Dia tetap berdiri disana.Mebiarkan baju seragamnya basah kuyup. Aku melihat matanya basah. Entah karena terkena air hujan atau air mata. Tapi, aku yakin dia sedang menangis.
Sekitar 5 menit dia berada di sana. Akhirnya dia,menyeberang menuju halte.
Wajah tampanya terlihat jelas sekarang. Dia berdiri di depanku dengan seragam yang ber name-tag Narendra R Widoyo.
Naren.
Bintang's Flashback off
Bintang berjalan menghampirinya.
'Dia pasti nangis lagi kayak waktu itu' pikir Bintang.
Langkahnya bergerak lebih cepat membuat Naren sadar dengan kehadirannya.
Dengan spontan Naren mengusap air mata dengan kedua punggung tangannya.
"Lu lagi ngapain disini? nangis lagi?" tanya Bintang.
"Nangis lagi?" Tanya Naren balik heran.
"Hmm..maksud gue.Lu abis nangis?" Ralat Bintang pada pertanyaannya.
'Naren gak mungkin inget, bee. Ya ampun..'
Batinnya memelas.Naren hanya menatapnya.
"Lu perempuan yg di perpus kan?" tanyanya memastikan pada Bintang
"Iya" jawab Bintang senang.
'Dia inget gue sekarang' batin bintang bahagia.
"Gue Bintang" ujar Bintang sembari menjabatkan tangannya.
"Naren" Jawab Naren tanpa membalas jabatannya.
Bintang masih tetap menjabatkan tangannya.Menunggu Naren membalasnya.
Naren hanya diam.
Bintang menggoyang-goyangkan tanganya. Untuk membuat Naren peka terhadapnya.
Matanya pun tertuju pada tangan Bintang.
Bintang menggoyangkanya kembali.
Akhirnya Naren mengalah. Dia membalas jabatan Bintang.
Bintang tersenyum puas.
"Lu pulang naik apa?" tanya Bintang
"Motor" jawab Naren
"Kok gua gak liat motor di sekitar sini? motor lu di sebelah mana?" kata Bintang celingukkan
"Di samping halte" jawab Naren lagi sembari menunjuk ke seberang jalan.
Bintang mengarahkan kepalanya dan kemudian mengangguk.
"Gue boleh nebeng gak, Ren?" tanya Bintang dengan tatapan penuh harap.
"Soalnya, jam segini pasti bus udah gak lewat kan?" ujar Bintang meyakinkan.
Naren melirik jam tangan di pergelangan tangannya.
"Masih jam 10. Bus masih lewat kok. Tunggu aja." ucap Naren sembari menyeberang jalan menuju halte dimana motornya terparkir.
Bintang berdecak kesal. Dia ikut menyeberang mengikuti Naren dari belakang.
Naren menaiki motornya sembari memasangkan helm di kepalanya.
Bintang memasang wajah memelasnya sembari menatap Naren.
Naren hanya melihatnya datar dan langsung pergi bersama motornya.
"Arrgghh.." ucap Bintang sembari mengacak-ngacak rambutnya.
"Kenapa tadi harus minta nebeng sih? malu kan jadinya" ucap Bintang masih mengacak-ngacak rambutnya.
Bintang merogoh ponsel di tasnya. Mencoba menelpon Daryl. Namun, tak ada balasan.
"Kalau ayah masih di sini. Pasti ayah bakal jemput Bintang." Batinya sedih.
"Apa pesen taxi lagi? Tapi ongkosnya gak cukup"
Bintang pasrah. Sepertinya, dia memang harus menunggu bus umum lewat.
Namun, tiba-tiba saja suara motor kembali terdengar di persimpangan jalan sepi ini. Bintang melihat motor hitam itu berjalan menuju halte dan berhenti di depannya.
Bintang masih berdiri di halte.
Senyuman mengembang di wajahnya dengan rambut yang kusut dan berantakan."Naik" suara besar itu memecahkan lamunan Bintang.
'Naren' batinnya senang.
Dia melangkahkan kakinya mendekati motor.
Dan langsung duduk di belakang Naren.

KAMU SEDANG MEMBACA
DECEMBER
Teen FictionKarena kamu tidak tahu alasan tuhan melibatkan kita dalam skenario rumit ini