Bintang berlari kencang menuju Daryl yang masih tetap duduk di kursi kantin.
Namun, langkahnya terhenti ketika menyadari keberadaan Naren dan Baron disana."Bee!" teriak Daryl yang berhasil membuat Naren dan Baron memalingkan wajahnya kepada Bintang.
Bintang berjalan menghampiri ketiga lelaki tersebut.
"Gua mau ngomong berdua sama Daryl" kata Bintang serius.
Tanpa intruksi Naren dan Baron bangkit dari kursi dan beranjak pergi meninggalkan Bintang dan Daryl.
"Ada apa bee?" tanya Daryl dengan wajah seriusnya
"Tadi Naren bilang apa?" tanya Bintang heboh
"Ya ampun, gua kira ada apa"
"Naren bilang apa?"
"Ya gitu deh"
"Naren bilang apa,ryl?"
"Jadi....."jelas Daryl panjang lebar.
★☆☆☆★
Ilona Farhen
Bee lu dimana?"Ya ampun gua lupa" ucap Bintang setelah membaca pesan Ilona
"Lupa apaan?" tanya Daryl
"Gua ninggalin Ilona di perpus. Dia pasti nungguin gue daritadi"
"Ckckckck"
Bintang pun segera beranjak dari tempatnya dan kembali meninggalkan Daryl sendiri di kantin.
Dalam perjalanan Bintang mencoba menghubungi Ilona.
"Lon, lu masih di perpus?"
"Iya bee. lu dimana sih"
"Maaf..tadi gue pergi sebentar keluar"
"Kita kan janji belajar bareng di perpus. Eh, lu nya malah ngilang. Gue kan bingung mau nanya ke siapa"
"Hehe..iya maaf-maaf. Gue udah di lobi perpus kok sekarang"
Bintang memutuskan sambungan teleponnya dan segera masuk ke dalam perpus.
Dia berjalan mengelilingi tempat duduk disana.Kursi dan Mejanya begitu banyak.
Sehingga sulit untuk menemukan Ilona disana.Dia berjalan dan terus mencari.Namun,
Entah mengapa, tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Bintang sembunyi dibalik lemari. Senyuman mengembang di wajahnya.
'Naren disana' batinya
Bintang berjalan pelan-pelan. Mencoba mengahampirinya dan mengejutkannya.
'Pasti lucu liat ekspresi kaget Naren'
Langkahnya semakin dekat. Namun, sepertinya Naren benar-benar tidak menyadari keberadaan Bintang. Bintang terus berjalan dan berjalan semakin dekat.
Bintang bersiap.
Namun, tubuhnya membeku mendadak.
Naren memalingkan wajahnya pada Bintang. Dia mempergoki Bintang yang sekarang masih mebeku ditempatnya."Mau apa?" tanya Naren dan langsung memalingkan wajahnya.
Bintang hanya menyengir malu.
'Ya ampun malu-maluin banget sih' batinya memelas.
Bintang tetap diam disana. Berdiri dan melihat Naren
Dia bingung apa yang harus dia lakukan saat ini."Ngapain berdiri disana?" tanya Naren sembari memalingkan wajahnya pada Bintang.
Bintang hanya diam. Masih tetap di posisinya.
"Mau duduk?" tanya Naren yang menyadari bahwa kursi perpus penuh.
Bintang menggelengkan kepalanya.
Namun, Naren bangkit dari kursinya dan memberi intruksi agar Bintang duduk di kursinya."Gue gak mau duduk kok, ren"kata Bintang
"Ya udah" ucap Naren dan kembali duduk di kursi.
Bintang menelan ludah melihat hal itu.
Naren terlihat begitu fokus dengan aktivitasnya.Sepertinya tidak ada hal yang dapat menggangunya saat ini.
Drrtt..drttt..
Telepon Naren begetar. Dia mengangkatnya.Bintang melihat dia berbicara melalui telepon.Entah apa yang ia bicarakan. Dia terus menjawab "hm" "iya" "hm" "iya".
'Gue minta contact whats app nya dikasih gak ya?' pikir Bintang tiba-tiba
'Gak deh kayaknya.Dia gak mungkin kasih contact whats appnya bee'
'Gue punya ide' batin Bintang lagi.
Naren menutup sambungan teleponnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Ren" panggil Bintang
Naren memalingkan wajahnya pada Bintang
"Hm"
"Sebenernya gue mau minta tolong" bohong Bintang
"Apaan?"
"Tolong ambilin buku 'the woods' di lemari fiksi,ren. Gue gak nemu tangga di sekitar sana" kata Bintang.
"Lemari fiksi dimana?"
"Lemari pertama deket pintu masuk"
Naren beranjak dari kursinya.
"Buku apaan tadi?" tanya Naren
"The woods" jawab Bintang
"Lu jagain kursi gua" perintah Naren sebelum pergi.
Bintang hanya mengangguk. Berjalan dan duduk di kursi. Dia melihat handphone Naren.
Handphone nya berwarna hitam dengan case bertulis 'The Rolling Stone'.' Jadi,Naren suka sama Rolling Stone' batinnya dengan sebuah anggukan.
Dia mengusap layar ponsel Naren. Namun, sial.Layar ponselnya dilindungi pola.
"Ck..percuma dong kalo kaya gini" gerutu Bintang.
Dia mencoba berbagai pola. Mulai dari huruf 'N' 'A' 'R' 'E' tapi semuanya sia-sia. Ponselnya tetap terkunci.
Tak ada harapan. Dia hanya harus menunggu Naren datang memberikan buku 'The Woods'. kemudian dengan bodoh dia meminta nomor Whats App Naren yang sudah pasti akan ditolak olehnya.
"Nih" suara Naren tiba-tiba muncul. Tanganya menyodorkan buku 'The Woods' pada Bintang.
"Makasih" Bintang menerimanya dan bangkit dari kursi.
Naren mengangguk dan pergi menuju kursinya.
"Ren" panggil Bintang
"Hm"
"Gue...minta..no Whats App lu boleh gak?"
Tak ada jawaban. Bintang pasrah.
"Nih" ucap Naren dan memberikan sticky notes pada Bintang.
Bintang menerimanya dan melihat nomor yang tertera di kertas itu.
Bintang tersenyum puas tentang hal itu.
"Kalau gitu gue duluan ya Ren. Makasih bukunya"
KAMU SEDANG MEMBACA
DECEMBER
Teen FictionKarena kamu tidak tahu alasan tuhan melibatkan kita dalam skenario rumit ini