2 |terimakasih.

208 29 2
                                    

Seperti biasanya, suasana perpustakaan terasa sangat membosankan. Tumpukkan buku dan kamus tersimpan acak dengan secangkir teh susu dan potongan biscuit yang setia menemani bacaan-bacaan di setiap sorenya.

Gadis itu duduk tepat di samping jendela besar yang memanjang. Ukurannya begitu besar sehingga cahaya senja berhasil menembus memasuki ruangan dan membuat buku-buku terasa bersinar.

Dia menatap kearah cahaya dengan mata yang menyipit.Gumpalan awan jingga menguasai permukaan langit sore. Berhasil menjadi bahan cuci mata untuk kejenuhannya membaca buku-buku tebal itu.

Drtrtt..drrt...

Teleponnya bergetar memecahakan keheningan di tempat sunyi ini. Matanya beralih pada mesin kecil hitam itu. Melihat nama Daryl tertera didalam notification whats app nya.

Daryl Eljoo
Lu lagi dimana bee?

Bintang Zawish
Perpus ryl. kenapa?

Dary Eljoo
Cari berkas ekonomi tahun 2006

Bintang Zawish
Buat apaan?

Daryl Eljoo

Lu belajar buat kuis bu Dian kan?

Gua dapet bocoran kalo bu Dian bakalan ambil soal kuis dari makalah itu.

Buruan!!

Bintang bangkit dari kursinya. Bahagia menyelimuti hatinya saat ini. Jika bukan karena kuis bu Dian. Dia pasti tidak akan ada di sini berjam-jam untuk membaca buku -buku tebal itu.

Bintang berjalan menuju deretan lemari cokelat pekat yang berjajar di ruangan besar ini.

Lemari tempat arsip-arsip berada di deretan sudut paling kanan. Kepalanya mendongak keatas saat dia melihat lemari yang lebih besar dari yang lainnya.

Kumpulan Arsip tahun 2006 itu berada disana. Rak lemari no 3.

Dengan melihatnya saja, Bintang yakin 100% dia tidak akan dapat menggapainya bahkan jika dia perlu melompat-lompat sampai kakinya patah. Percuma. Tinggi tubuhnya lah yang menjadi masalahnya.

Akhirnya dia pergi mencari tangga segitiga yang disediakan di sana dan dalam sekejap, senyuman terukir di wajah cantiknya. She Found it!

Bintang mendorong tangga segitiga kayu itu.Mendekatkannya pada lemari big-size -bukan, lemari giant lebih tepatnya. Hufft melelahkan. Dia menghela nafas lega.

'Berkat bantuan tangga ini,pasti gue bisa dapetin makalah itu. tolong' batinnya penuh harap.

Melangkahkan kakinya pada anak tangga pertama -kedua-ketiga dan akhirnya dia berdiri di atas.

Membuat tubuhnya terasa melayang saat dia tundukkan kepalanya mengarah lantai.

Melambaikan tangannya untuk menggapai arsip-arsip makalah itu. Namun, sial. Dia masih tidak dapat meraihnya. Bagaimana ini?

★☆☆☆★


"Naren!"
"Gua mau cerita ya?"
"Lu denger gua ngomong kan?"
"Gua mulai ceritanya ya?"

Alunan musik saxophone merasuki telingaku.Aku melihat bibir Baron bergerak dengan cepat.Sudah kuyakini dia pasti mulai mengoceh mengenai masalah gebetan-gebetannya.

Baron Candra Hirata. Pria yang kini duduk dihadapanku. Dia adalah sahabat karibku sejak SMA.

Dia tampan. Sangat tampan. Jadi, sudah tak heran kalau selama ini siswi-siswi bahkan sampai sekarang -saat kita berubah status menjadi mahasiswa. Semua mahasiswi kampus tergila-gila padanya.

Namun, tidak seperti kebanyakan cowok tampan pada umumnya yang biasa terlihat cuek, kalem, dan dingin. Baron adalah antonim dari semua itu. Cerewet, bawel,pecicilan, dan selalu cari perhatian terhadap mahasiswi kampus disini. Itulah dia. Baron.

"Ren, sumpah lu nyebelin banget sih jadi anak!" teriak Baron sekaligus menyadarkanku dari rasukan itu.

Alunan Saxophone tidak lagi terdengar di telingaku. Dia melepas earphone-ku secara paksa.

"Jadi, gua ngoceh panjang lebar lu gak denger,Ren?" lanjutanya sembari berdecak.

"Lu tau gak sih, gua sampai dehidrasi tau gak gara-gara ngomong" ucap Baron kesal sembari menyeruput White coffee nya.

Aku bangkit dari dudukku.

"Mau kemana sekarang?" tanya Baron.

"Perpus" jawabku singkat sembari meninggalkannya tanpa dosa.

Dia hanya menatapku dan tetap di posisinya.

"Happy Birthday" teriak Baron kencang.

Membuat para mahasiswa di kantin tertuju padanya. Aku hanya tersenyum dan terus melangkahkan kakiku.

Tepat pukul 8 malam. Suasana perpus terlihat sangat sunyi. Semua orang fokus terhadap bacaaanya.

Aku berjalan menuju deretan-deretan lemari yang penuh dengan banyak buku.Mataku tertuju pada 1 deretan lemari -sebelah lemari arsip-arsip dikumpulkan.

Disana terdapat buku-buku ensiklopedia umum. Buku favoritku.Aku mengambil salah satu buku di sana.Bersandar pada lemari dan mulai membacanya.

Namun, tiba-tiba saja seorang gadis berlari menuju lemari arsip di sebelah lemari ensiklopedi -tempat dimana aku berada.

Dia mendongak ke atas lemari cukup lama.Melompat-lompat tidak jelas. Lalu berjalan mendorong tangga segitiga dan meletakkannya di depan lemari besar itu.
Kemudian naik dan mengerutu kesal diatas tangga. Aku melihat ekspresinya. Begitu lucu.

Kulangkahkan kakiku. Menghampirinya. Ikut naik ke atas tangga di sisi yang berbeda.

Kini kami berhadapan. Dia menatapku heran. Aku hanya terus melangkahkan kakiku sampai ke anak tangga yang terakhir. Menjajarkan kakiku dengannya. Sekarang bukan aku yang berhadapan dengannya. Namun, dadaku yang berhadapan dengannya. Aku mengambilkan makalah itu. Lalu, turun ke bawah. Dia membeku disana. Masih di posisi yang sama dan tatapan heran yang sama. Aku memberikan makalah itu padanya.

"Terimakasih"ucapnya pelan.









Buat kalian yang udah baca,
makasih banget^^

Jangan lupa vote ya

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang