Siang yang melelahkan bagi Rumi. Seperti biasa duduk-duduk di taman kota merupakan favorit Rumi. Ia tampak menikmati semilir angin yang berhembus sepoi-sepoi.Datang Mahen menghampiri Rumi. Ia memberikan buku Rumi yang tertinggal di galeri lukis.
"Assalamualaikum."
"Waalaikummusalam." balas Rumi sambil mendongakkan kepala nya. Rumi kaget bukan main, ternyata orang yang menghampirinya adalah Mahen.
"Ini buku mu tertinggal di galeri."
"terimakasih." balas Rumi sambil mengambil buku dari tangan Mahen.
"Sama-sama." balas Mahen.
Hanya sepatah kata itu yang Mahen ucapkan. Ia lalu beranjak pergi meninggalkan Rumi.
Rumi yang sedari tadi bingung tidak tahu apa yang harus dilakukannya kemudian memanggil Mahen.
"Mahen." teriak Rumi.
Mahen menolehkan kepalanya.
Rumi kemudian mengejarnya.
"Mahen aku .. Aku ingin bicara dengan mu."
"ada apa? aku buru-buru." balas Mahen.
"ada apa dengan mu? Tak maukah kamu berbagi senyum padaku." Akhirnya Rumi memberanikan diri. Sudah lama Rumi ingin mengajak Mahen bicara seperti dulu.
"Aku baik-baik saja"
"tentang kunjunganku kemarin ke rumahmu aku..." belum sempat Rumi menyelesaikan pembicaraan Mahen memotong.
"sudah tidak perlu dibahas. Aku sudah tau semua nya. Kapan kamu akan menyebar undangan? Henry kekasihmu adalah kakak tiriku."
"Apapun hubunganmu dengan Henry aku tidak peduli. Aku senang bertemu denganmu dan mama mu." Rumi tidak percaya mendengar ucapan Mahen bahwa Henry adalah kakak tirinya. Kenapa dunia ini begitu sempit dan rumit.
"selamat Rumi.. aku ikut bahagia. Mama juga" balas Mahen sambil berlalu pergi.
"Akhirnya aku mendengar suara mu Mahen. Aku senang sekali!!!!" balas Rumi pada Mahen.
Mahen menghentikan langkahnya mendengar Rumi berkata seperti itu.
"Bolehkah aku ikut melukis denganmu setiap hari?" lanjut Rumi.
"Buat apa kamu ikut aku?"
"Aku ingin melihatmu setiap hari, aku ingin mendengar suaramu. Aku ingin melihat senyum mu."
"Jangan. Nanti Tuan besar akan marah."
"Biar saja dia marah, asalkan aku bisa melihatmu setiap hari." balas Rumi. Rumi tidak sadar kenapa ia bisa berkata seperti itu. Ia sedikit gugup. Apakah aku mencintai Mahen lagi.
"Tuan besar bisa jatuh hati padamu Rumi. Ia akan marah besar."
Mahen masih saja seperti dulu, sosok yang dingin, misterius, tapi ia bisa melumpuhkan kaum hawa mana saja karena wajahnya yang kalem dan ganteng.
Rumi hanya termenung, ia tidak tau kenapa Mahen bisa berkata seperti itu, padahal ia belum merencanakan apapun tentang pernikahan. Karena sejak bertemunya Rumi dan Mahen, perasaan cinta nya tumbuh lagi. ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada Henry. Ia tidak bisa membayangkan jika seandainya Henry tau bahwa ia pernah mencintai Mahen. Dan masih mencintainya sampai saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMI : Cinta Lama Yang Hilang
RomanceApa hakikat ketulusan, jika melihatmu bahagia bersama orang lain itu kau sebut ketulusan, sungguh ketulusan itu ternyata menyedihkan. *** Hy guys.. Selamat membaca..:) semoga suka ya..