d

46 1 0
                                    

Kenapa kau hari ini pucat. Inginku menghampirimu dan mengajak mu bicara, apakah kau sakit. Ku kirim setangkai mawar itu agar kau kembali merona. Tapi kau membuangnya. Rumi hargailah pemberianku. Aku hanya ingin mengenalmu. Setelah itu kamu suka padaku atau tidak itu urusanmu.

Rumi yang sedari tadi tampak berlari-lari ia membawa sepeda nya pergi. Aku mengejarnya. Membuntutinya. Ia menaruh sepeda nya dan kemudian menaiki taksi. Ia pergi ke bandara. Aku terus mengikuti nya, tampak ia melihati jadwal penerbangan hari itu. Ia berlari. Sepertinya ada seseorang yang ingin ditemuinya.

Nafasnya terengah engah ia menyandarkan tubuhnya pada tembok. Ia sangat lelah. Aku masih mengamati mu disini. Tampak ada penyesalan yang begitu dalam pada raut muka mu. Apakah mungkin kamu ingin menemui seseorang di bandara itu tapi ia sudah pergi?

Rumi mulai capek , ia menunggu taksi lewat. Tampak muka nya gelisah. Kuberanikan diriku menghampirinya.

"Hy.. Pulang yuk." Mahen memberanikan diri menghampiri Rumi yang sedari tadi termenung.

Rumi hanya melihati Mahen tanpa berkata sepatah kata apapun. Tatapannya kosong, ada sesuatu yang bermain di pikirannya.

"Aku mengamati mu dari tadi. Ada apa denganmu? Apakah kamu ketinggalan pesawat?"

"Jangan membuntuti ku."

"Aku tidak membuntuti mu. Aku hanya ingin mengantarmu pulang. Aku tau kamu kelelahan."

Rumi masih terdiam.

"Aku bisa pulang sendiri."

"Aku juga sedang menunggui seseorang di bandara ini. Tapi ia tak datang-datang."

"Apa maksud mu selalu mengajakku bicara hal yang tidak ingin aku bicarakan."

"Memangnya kenapa?"

"Aku tidak ingin kamu berlama-lama disini dan mengajakku bicara. Pergilah."

"Maafkan aku telah lancang membuntutimu sampai sini. Jika kau membutuhkan seseorang untukmu berbagi, aku masih disini. Entah kau menganggapku ada atau tidak."

"Jangan mencoba masuk ke hidupku, jika kau hanya ingin tau namaku. Sekarang kau sudah tau kan. Maka pulanglah."

"Belum, aku belum tau, mengapa kamu tiba-tiba kesini. Kamu menangis. Apa yang kamu tangisi?"

"Itu bukan urusanmu."

"Aku ingin pertemanan kita berhasil. Maka terbuka lah padaku."

Rumi hanya terdiam. Ia kemudian menatap Mahen. Mahen hanya melihati matanya yang kosong.

"Aku Rumi, aku sedang patah hati, dia meninggalkanku, aku merana, benci, sakit hati."

Mahen hanya terdiam melihat Rumi bicara seperti itu. Dia dikhianati. Tapi percayalah Rumi. Cinta sejati tak akan seperti itu. Ia bersemayam abadi di dalam hati. Ia tak akan pergi.
Maka ijinkan hatiku menjadi persemayaman terakhir hatimu.

Mahen :
Aku benar-benar jatuh hati pada wanita ini. Aku tidak sedang berdusta Rumi.

Rumi :
Jangan kau hanya membual saja.

RUMI : Cinta Lama Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang