Sekarang aku tau cinta memang harus diperjuangkan. Aku tidak tau memulainya dari mana. Dengan bodohnya aku tidak sadar ternyata aku sedang memulainya. "Rumi" kau adalah permulaan.
Maafkan aku Rumi aku lancang mengenalmu. Aku terus mengamatimu duduk-duduk di halte taman kota. Kamu risih, sekarang kau sudah tidak pernah duduk disitu lagi. Sekarang aku melihatmu ada di taman perpustakaan, kamu sekarang lebih sering duduk disitu sambil memandangi ikan-ikan.
"Aku suka melihat ikan-ikan itu berenang bebas." Mahen memecah keheningan Rumi yang tampak diam saja.
"Apakah kamu juga suka ikan-ikan itu?" lanjut Mahen bertanya.
"Tidak. Ia mudah mati."
"Aku menunggu mu di halte dari kemarin, dan kau tak ada."
"Aku tak ingin kehujanan lagi."
"Oh begitu, tapi disini juga bisa hujan setiap saat."
"Yang penting tidak di tempat itu."
"Memangnya kenapa?"
"Bagaimana rasanya seseorang menghampirimu menawarkan payung untuk berjalan bersama melewati hujan. Tapi ditengah jalan dia meminta payung itu dan kemudian dia pergi meninggalkanmu dengan wanita lain. Kau kehujanan, kau sakit. Semakin kencang kau berteriak semakin kencang dia berlari"
Baru kali ini aku mendengarmu berkata sepanjang itu Rumi. Apakah kamu sedang patah hati? Aku siap mendengar ceritamu.
"Lalu? Mengapa kamu tidak berteduh?"
"Aku terlanjur basah kuyup, aku malu, aku ingin pulang."
"Jika ada seseorang hendak mengantarmu pulang apakah kamu mau?"
"Aku hanya ingin ditawari baju baru yang tidak basah."
"Oke.. Akan aku bawakan untukmu baju baru agar kau tidak basah dan kedinginan."
Rumi hanya terdiam. Ia kemudian melihat ke arah Mahen. Mata mereka bertemu. Dan Mahen hanya tersenyum ke arahnya.
Terimakasih Tuhan. Aku bisa melihatmu sedekat ini. Laki-laki mana yang tega menyakitimu Rumi. Sungguh kamu tidak pantas disakiti oleh laki-laki manapun. Biarlah rintik hujan hanya menjadi cerita. Ijinkan aku menjadi pelangi di hatimu. Untuk hari ini, esok, dan selamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMI : Cinta Lama Yang Hilang
RomanceApa hakikat ketulusan, jika melihatmu bahagia bersama orang lain itu kau sebut ketulusan, sungguh ketulusan itu ternyata menyedihkan. *** Hy guys.. Selamat membaca..:) semoga suka ya..