Aku semakin tidak mengerti dengan dirimu Rumi. Sore ini kamu tak tampak duduk di halte seperti biasa nya. Aku mencari mu, aku ingin mendengarkan cerita mu meski hanya sesaat.
Terdengar suara petir, hujan mulai turun, ia berteduh di bawah halte. Tiba-tiba ada wanita lari ingin berteduh di halte juga.
"Rumi.." batin Mahen.
Rumi hanya diam saja ia tampak kedinginan.
"Hy. Apakah kamu mau pakai ini?" Mahen menawarkan jaket nya.
"Tidak." jawab Rumi singkat.
"Oke."
Mahen terus mengamati Rumi. Rumi hanya terdiam khusyuk melihati butir demi butir hujan yang jatuh dari langit.
"Apakah kamu suka hujan?" Mahen memulai percakapan.
"Kenapa kamu bertanya tentang hujan?"
"Aku tidak bertanya tentang hujan, aku bertanya tentang dirimu."
"Apakah kemarin tidak cukup jelas ku katakan siapa namaku"
"Jelas, cukup jelas."
"Lalu kenapa kamu masih ingin bertanya?"
"Karena aku juga suka hujan."
"Apa yang menyenangkan dari hujan? Ia datang tiba-tiba dan pergi tiba-tiba, ia hanya akan membuatmu basah lalu sakit."
"Karena dengan hujan aku bisa bertemu denganmu." deg. Apakah aku jatuh cinta dengan wanita ini?
"Aku benci hujan. Karena dia dulu juga bicara seperti itu."
"Bukankah setelah hujan ada pelangi datang?"
"Tidak selalu."
"Bagaimana jika sekarang pelangi itu muncul?"
"Aku yakin ia muncul tidak akan lama."
Mahen semakin penasaran dengan wanita ini. Apakah hujan telah memberikan kenangan buruk untuknya. Sebegitu pilu kah ia. Oh Rumi bicaralah sejujurnya, ada apa denganmu.
"Kata siapa pelangi tidak lama muncul? Pelangi itu memang tidak selalu tampak di langit. Tapi ia akan selalu ada di hatimu."
"Aku tidak yakin." balas Rumi.
Berikanlah kesempatan kepada ku Rumi. Aku ingin menjadi pelangi itu. Abadi untuk kau pandangi setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMI : Cinta Lama Yang Hilang
RomansaApa hakikat ketulusan, jika melihatmu bahagia bersama orang lain itu kau sebut ketulusan, sungguh ketulusan itu ternyata menyedihkan. *** Hy guys.. Selamat membaca..:) semoga suka ya..