#AA 10

131K 7.3K 149
                                    

'Karena ada kamu yang harus aku jaga ditempat yang penuh bahaya ini.'

- Alvaro Ganendra Pratama.

....

Alwan menghampiri team-nya dengan perasaan kacau, terlihat ekspresi wajah bingung diwajahnya. Alvaro dan temannya yang lain kelihatan bingung.

"Al, gawat Al."

Alvaro mengeryitkan dahinya. Perasaan Alvaro mulai tidak enak kali ini.

"Doni gabisa masuk hari ini, neneknya meninggal."

Ya benar, sang kiper andalan XI IPA II tidak bisa hadir. Nenek Doni meninggal dunia, Alhasil team mereka kekurangan satu pemain terhebatnya. Alvaro berusaha tenang, karena beberapa menit lagi team mereka akan tanding.

"Gimana nih Al? Kita gapunya kiper cadangan."

Lanjut gilang yang tak kalah panik dengan Alwan. Semuanya bergantung pada Alvaro, sang kapten. Alvaro masih mencari cara bagaimana teamnya akan tampil sebaik mungkin nantinya.

"Biar gue yang kiper."

Alvaro mengambil keputusan, yang sontak membuat yang lain terkejut. Bagaimana bisa, Alvaro dinobatkan sebagai penyerang yang tak ada tandingannya di SMANAS. dan kini ia harus menjadi kiper diteamnya.

"Wan, lo gantiin posisi gue, gue percaya sama lo."

"jangan percaya sama gue Al, musrik bego."

Alwan protes sambil sedikit bercanda, tapi tak dilanjutkan karena ia yakin jika ini bukan situasi yang tepat untuk berlelucon.

"Serius Wan." Alvaro melanjutkan.

"Tapi Al, bukannya gue meremehkan lo jadi kiper, ini masalah gue, gue gabisa kaya lo Al. Lo lebih bisa nyerang lawan Al."

"Lo gak perlu jadi kaya gue, jadi diri lo sendiri cukup."

Alvaro menasihati yang sontak membuat Alwan diam, tampak wajah ragu didalam wajah Alwan. Alwan memang tak kalah hebat dengan Alvaro, tapi jika dijelaskan mungkin kemampuan Alvaro lebih hebat dibanding dengan Alwan.

"Gue yakin lo bakal jadi kiper terbaik tahun ini Al."

Ujar gilang pada Alvaro. Kemampuan Alvaro soal sepak bola memang tak bisa diragukan lagi, Alvaro mengusai semuanya. Jelas saja, Alvaro memberanikan diri untuk menjadi kiper, walau ia sama sekali belum pernah mencobanya. Ini tantangan baginya.

"Sa ae lo bol semut."

Alvaro tertawa geli menepuk pundak gilang, walaupun suasananya masih sedikit tegang tapi Alvaro mampu mencairkannya. Kapten terbaik bagi teamnya.

"Kita nyari minum yuk, gue haus."

Julian mengeluh, wajahnya tampak minta dikasiani oleh semua orang.

"Yuk ah, biar ga tegang. Al lo ikut gak?"

"Gausah Lang, gue tunggu sini."

Akhirnya ketiga temannya pergi meninggalkan Alvaro sendiri. Walau semuanya sudah baik-baik saja, Alvaro masih tidak percaya diri, ia belum yakin kepada dirinya yang mampu menahan bola yang akan masuk kedalam gawang teamnya. Alvaro benar-benar tidak percaya diri.

Alvaro Aurora (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang