Aku hanya penikmat senyummu, bukan pemilik apalagi pembuat senyuman itu.
-Aurora Raveena Azzahra.
...
Gadis ini sibuk membuka kunci gempok rumahnya yang terkunci rapat. Aurora kini lebih banyak tinggal sendiri, semenjak retaknya rumah tangga antara mama dan papanya. Dan ia harus memutuskan untuk tinggal bersama papanya yang menetap untuk tinggal di Indonesia. Sedangkan mamanya yang memutuskan untuk menetap di benua sebrang, Washington DC.
Aurora sempat tersentak saat mendengar kedua orang tuanya ingin berpisah. Tapi apa boleh buat, ia tidak boleh egois. Itu adalah yang terbaik untuk kedua orang tuanya agar tetap bahagia, walau dengan caranya masing-masing. Aurora mengalah saat itu. Kini, sudah hampir satu tahun Aurora tidak bertemu dengan mamanya. Hanya sebatas video call dan voice call ia melepas rindu dengan mama tercintanya.
Aurora masuk kedalam rumahnya. Dan merebahkan dirinya disofa. Kini, Aurora lebih banyak sendiri. Ya, Aurora sangat kesepian sekarang.
Ia membuka ponselnya dan mendapati sebuah message dari mamanya. Senyum manis langsung terukir disudut bibir Aurora.
From : Mama
Ra, udah pulang sekolah? Kabarin mama ya nak.
Aurora dengan sigap segera membalas pesan dari mamanya itu. Mama yang kini sedang jauh darinya. Mama yang jauh perhatian dari pada papanya. Tanpa sadar, air mata aurora jatuh. Ia berharap mamanya ini ada disampingnya, dan memberikan semua perhatiannya ini secara langsung.
To : Mama
Aku udah pulang ma, sekarang aku dirumah
from : Mama
Yasudah, kamu istirahat ya. Jangan kecapean ya nak. I love u sayangTo : Mama
Oke maa, i love you too so muchAurora mengambil nafas dalam. Ia merebahkan tubuhnya yang cukup letih ini, bukan fisiknya yang lelah. batinnya. Sampai saat ini, Aurora merasa hidupnya hampa. Tak ada siapapun yang bisa membuatnya segembira dulu, kecuali kedua sahabatnya itu. Dara dan Yulia.
Tiba-tiba suara pintu rumah terbuka. Aurora kaget, ia kira seorang penjahat berusaha menyelinap masuk untuk merampok semua harta berlimpah milik papanya. Ternyata salah, papanya dengan gerak cepat datang dan segera menuju kamarnya. Dengan sangat terburu-buru.
"Sayang, kamu sudah pulang?"
"Sudah pa, barusan. Barusan Rara dianter Dara." ucap Aurora. Rara, panggilan aurora adalah Rara dirumah. Saat mama dan papanya masih bersama. Nama Rara sangat sudah jarang terdengar dari kedua mulu orang tuanya. Sampai kini.
"Pa, papa mau kemana? Bawa tas banyak gini?"
Aurora bingung melihat papahnya yang terpogoh-pogoh membawa tas-tas besar miliknya. Dibantu oleh pak Doni, asisten kerja papah. Lalu papah menyerahkan semua bawaannya kepada pak doni dan pergi menghampiri Aurora.
"Ra, papah harus ke Milan. Ada pertemuan penting disana. Papa disana sekitar 1 bulan, maaf papa baru ngasi tau kamu."
Aurora kaget mendengarnya. Bagaimana mungkin ia harus tinggal dirumah sendiri. Ia takut. Aurora kecil masih sama seperti sekarang. Dia takut kegelapan dan juga sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro Aurora (Sudah Terbit)
Genç Kurgu-available at bookstores- Jika kamu jatuh hati, jatuhlah pada hati yang mampu menangkapmu. Jatuh cinta sendirian sudah menjadi hal biasa untuk Aurora. Terlebih itu adalah salah satu resiko jika menjatuhkan hati pada seorang cowok Most Wanted di seko...