Bukan hanya jatuh yang
dapat membuat sakit.
Namun, melihatnya dengan
seseorang selain aku
itu jauh lebih sakit.
Sakit hati jawabannya.- Aurora Raveena Azzahra.
...
"Al, istirahat dulu kek gue capek banget anjir,"
Gilang terpogoh-pogoh melangkahkan kakinya menuju pinggir lapangan untuk merileksasikan kakinya. Dan setelah itu ia merebahkan kedua kakinya di pinggir lapangan sehabis bermain bola bersama ketiga temannya.
"Cupu bgt lo lang, gitu doang capek,"
Julian menimpa omongan Gilang dengan nada merendahkan dan segera mendekat kearah Gilang yang sedang duduk disana. Diikuti Alvaro dan Alwan yang membuntuti. Mereka berempat duduk dipinggir lapangan sambil melemaskan anggota tubuhnya seusai berolahraga pada pagi ini. Mereka tidak ingin jika setelah ini harus merasakan pegal-pegal pada daerah ekstermitasnya karena tidak melonggarkan anggota tubuh mereka.
"Ye si tai, lo bertiga gesit-gesit banget. Gue kan capek ngikutinnya,"
Jelas pasti lelah, sebab Gilang bukanlah anggota yang terbilang lama di team sepak bola seperti ketiga temannya. Gilang baru terhitung satu bulan bergabung bersama ketiga temannya kedalam ekskul sebak bola. Karena sebelumnya Gilang lebih memilih ekskul band yang menurutnya tidak terlalu menguras keringatnya. Dasar.
"Makanya jangan main drum doang bisa lo,"
Ledek Alwan sambil terkekeh geli diikuti tawa julian yang ikut meledek kearah Gilang. Dan semuanya tahu, jika Julian sering sekali meledek Gilang sampai terkadang membuat Gilang merasa tak kuasa menahan amarahnya. Bahkan akibat ulah Julian, sempat membuat mereka berdua ribut dua hari disekolah. Puasa berbicara dan tidak tegur sapa selama hampir 3 hari. Tapi beruntunglah mereka memiliki teman seperti alwan dan Alvaro yang sukses membuat hubungan mereka baik kembali.
"Bacot lo diem gak!"
Protes Gilang tak terima. Walau Gilang sudah memutuskan untuk mengundurkan diri dari ekskul Band, jiwa musiknya masih seakan-akan melekat dalam dirinya. Oleh sebab itu, Gilang sangat tidak suka siapapun meremehkan kemampuannya dalam bermusik. Alvaro yang melihat ketiga temannya hanya tertawa kecil. Tak mengikuti kedua temannya yang sibuk meledek Gilang.
Ternyata setelah ditelusuri, Alvaro sedang menangkap seseorang dimatanya. Dan dengan ia sadari, ia sibuk memikirkan gadis yang mengoper bola pada dirinya tadi. Alvaro sadar jika gadis yang Alvaro akui cantik itu selalu melirik kearahnya selama permain sepak bola berlangsung.
Tiba-tiba garis tipis di sudut pipi Alvaro timbul, ya Alvaro tersenyum memikirkannya.
"Woi Al, lo gila kah? Lo kesampet kuntilanak SMANAS?"
SMANAS adalah singkatan sekolah mereka. SMA nasional.
Alvaro terbangun dari lamunannya. Ia gugup tiba-tiba. Menggaruk tengkuk kepalanya yang pada nyatanya sama sekali tidak gatal. Alvaro merasa salah tingkah, dan bingung harus menjawab apa.
"Gila lo, mana mungkin gue kesambet siang bolong gini,"
Jawabnya dengan volume suara yang tidak begitu keras. Namun ada sedikit tekanan didalam katanya.
"Abis lo senyum-senyum sendiri tadi, lo mikirin apa?"
Tanya Alwan bingung bukan kepalang. Seban sepanjang sejarah ia bersahabat dengan Alvaro. Alwan tak pernah melihat cowok ini senyum kepada siapapun selain dengan ketiga sahabatnya. Mungkin sesekali dengan teman perempuan dikelasnya. Itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro Aurora (Sudah Terbit)
Fiksi Remaja-available at bookstores- Jika kamu jatuh hati, jatuhlah pada hati yang mampu menangkapmu. Jatuh cinta sendirian sudah menjadi hal biasa untuk Aurora. Terlebih itu adalah salah satu resiko jika menjatuhkan hati pada seorang cowok Most Wanted di seko...