0.2 - ᴄʜᴇᴇsᴇᴄᴀᴋᴇ

2.6K 323 27
                                    

  3 tahun setelah pertemuan terakhir, seharusnya itu bukan masalah besar kalau saja sebelumnya mereka bukan siapa-siapa. Maksudnya, yaa bukan pacar gitu. Kalau teman, yaa pasti enggak masalah lah. Enggak bakal canggung. Tapi, ini?

  Hanya saja, mereka enggak pernah nyangka bahwa mereka akan bertemu lagi. Jadi, mau nyalahin siapa? Teman sendiri? Mereka aja enggak tahu kalo keduanya pernah pacaran.

  Sekarang, Doyoung juga Sejeong diminta oleh kedua sahabat mereka masing-masing untuk duduk di meja lain. Awalnya agak kesel sih, tapi yaa mereka juga enggak mau jadi obat nyamuk. Cukup mereka aja yang berada di zona ini.

"Apa kabar?" tanya Doyoung, yang memecahkan keheningan di antara mereka. Jujur, dia enggak suka sama yang namanya keheningan. Kecuali, pas dia sedang belajar.

"Baik. Lo sendiri?" tanya balik Sejeong yang sedikit canggung saat harus menyebut Doyoung dengan sebutan 'lo'.

"Baik juga." jawab Doyoung semakin canggung. "Kalo mama lo?" sebenarnya, Doyoung enggak mau menggunakan kata sebutan itu. Tapi, ia harus sadar, siapa dia sekarang.

"Baik juga."

"Oh.. "

  Oke, mereka semakin canggung saja. Padahal sudah 1 jam berlalu semenjak pertemuan tak disangka-sangka ini. Hah~

  Tapi, 5 menit berlalu, enggak ada lagi percakapan di antara mereka. Sepertinya mereka sudah tidak tahan dengan suasana ini.

"Doy.. " panggil seseorang yang dikenal oleh Doyoung. Doyoung pun menoleh. "Gue mau pergi sama Yerin, berdua." lanjut Rowoon yang sekarang berdiri di belakang Doyoung. Yerin ada di sampingnya.

"Terus?"

"Euh.. mbak Sejeong.. " kali ini, Rowoon menghiraukan pertanyaan Doyoung barusan dan beralih pada Sejeong. Lagipula, sepertinya pertanyaan ini lebih mengarah ke Sejeong deh. "Kita mau pergi berdua, kalian kita tinggal gak papa?"

"I-iya.. gak papa."

"Jeong, kalo kamu mau pulang, pulang aja gak papa. Nanti aku sama Rowoon agak lama soalnya."

"Oh.. iya."

"Doy,, kalo lu enggak sibuk, anterin mbak Sejeong." ucap Rowoon yang berhasil membuat Doyoung maupun Sejeong terkejut.

"Hah?" pekik Doyoung yang seketika ngalihin pandangan dia ke Sejeong. Sejeong keliatan bingung dan kikuk. "Euh,, gimana ya?"

"Sejeong enggak bisa sendirian, dia punya trauma."

"Yerin!"

  Benar, Doyoung baru ingat soal trauma Sejeong yang pernah dialami gadis itu. Dan sepertinya trauma itu masih belum bisa diatasi oleh Sejeong.

"Daripada kamu pulang sendiri? Mending minta Doyoung aja yang anterin." ucapan Yerin benar adanya. Bisa-bisa penyakitnya kambuh lagi kalo dia pulang sendirian. Sekarang, Sejeong gak bisa ngelak juga. Tapi, semuanya tergantung pada Doyoung. Apa Doyoung mau nganterin dia ke rumah.

"Oke deh, gue bisa kok nganterin temen lu." ucap Doyoung sembari menatap Sejeong. Sejeong juga menatap Doyoung tak percaya.

"Makasih yaa, Doyoung." ucap Yerin sembari tersenyum, membuat Rowoon ikut tersenyum.

"Iya.. masama."

*** ***

  Sudah jam setengah satu dan akhirnya Sejeong juga Doyoung memilih untuk pulang. Seperti janji sebelumnya, Doyoung harus mengantar Sejeong pulang. Tunggu, rumahnya Sejeong masih sama kan?

"Lo enggak pindah rumah kan?" tanya Doyoung sebelum menaiki motornya.

"Enggak lah. Mau pindah kemana juga?" ujar Sejeong.

Best (Boy)Friend | DoJeong FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang