1.5 - ᴅɪ sᴀᴀᴛ sᴇᴊᴇᴏɴɢ ᴊᴀᴛᴜʜ

1.2K 192 6
                                    

Hari ini, niatnya si Doyoung bahwa dia bakal nyelesain masalah di antara Sejeong dan Sejun sesegera mungkin. Jadi, secara perlahan dia bakal ngajak Sejun ngomong baik-baik sampai akhirnya dia bakal sadar.

Doyoung gak punya niat lain kok, selain pengen bantu Sejeong. Setelah Yerin cerita ke dia soal Sejun bentak Sejeong, hatinya tergerak buat bantu Sejeong. Dan tentu tanpa sepengetahuan Sejeong. Bisa dia tebak nantinya bagaimana penolakan gadis itu.

Sekali lagi, setelah kelasnya selesai, ia segera mencari Sejun. Tapi, mungkin Tuhan berada di pihaknya karena baru keluar kelas, dia sudah nemu Sejun lewat sama temen-temennya. Tanpa basa-basi, dia segera menghampiri Sejun. Dia menghadang jalan ketiga cowok itu.

"Eh.. Doyoung." sapa Wonwoo dan dibalas senyum oleh Doyoung. Berikutnya, dia beralih pada Sejun.. yang sekali lagi menatapnya tak suka.

"Bisa ngomong sebentar?" tanya Doyoung.

"Soal Sejeong lagi?" tebak Sejun.

"Yah~ apa lagi? Emang kita punya urusan lain selain itu?" timpal Doyoung yang membuat Sejun tersenyum sinis.

"Yah~ bener juga sih. Kita gak ada urusan lain selain bawa nama Sejeong. Bener kan?"

Rasanya Wonwoo dan Kogyeol pengen pergi aja. Gak enak aja ngeliat dua orang ini tengah beradu mulut. Tapi, mereka mencoba untuk tetap di sana saja. Siapa tahu nanti ada adu baku hantam, jadi mereka bakal jadi penengahnya.

"Lo tuh gak cape apa berusaha buat balikin keadaan gue sama Sejeong? Sejeong-nya aja keliatan biasa aja tuh." ujar Sejun.

"Itu hanya keliatannya kan? Tapi, kenyataannya gak kek yang lo pikir, Jun. Bahkan, setiap malam dia nangis cuman mikirin persahabatan dia sama lo. Apa.. lo gak pernah mikirin hal itu? Seenggaknya, sebagai cowok." timpal Doyoung yang masih berusaha untuk memendam amarahnya. Dia tidak boleh sampai kelepasan dan berakhir dengan menonjok wajah tampan Sejun itu.

"Sebagai cowok?" alih-alih memikirkan ucapan Doyoung, Sejun malah menimpalinya dengan pertanyaan dan disambung dengan tawa kecil. "Sejeong aja gak pernah nganggep gue sebagai cowok, apalagi gue dalam hubungan ini."

Doyoung menghela napas. Sumpah! Rasanya ingin ia pukul saja pria di depan ini. Akh!!

"Udah deh, lo nyerah aja. Cukup buat usaha lo balikin kita. Bahkan, lo bukan siapa-siapa di antara gue sama Sejeong. Jadi, buat apa bersusah payah demi orang lain?" dan setelah mengatakan hal itu, Sejun berbalik. Berniat untuk langsung pulang saja karena mood-nya ke kantin sudah hilang. Namun, sedetik kemudian dia terdiam di tempat. Rait wajah itu menunjukkan keterkejutan melihat siapa sosok di belakangnya sedari tadi.

Kim Sejeong, gadis itu berdiri di tempat. Niatnya menghampiri kelas Doyoung sampai ia melihat ada kerumunan di depan kelas Doyoung. Awalnya, Sejeong gak tertarik sampe dia liat Doyoung ada di kerumunan itu. Alih-alih menjadi penonton, Doyoung-lah yang menjadi pemeran utama dalam kerumunan itu.

Hanya ingin memanggil Doyoung sampai ia sadar siapa pria yang ada di depan Doyoung. Im Sejun.. bahkan, dia menyebut namanya. Jadi, dirinya dijadikan bahan topik di antara keduanya?

Awalnya, ia ingin bersikap tidak terjadi sesuatu. Tapi, ucapan Sejun berhasil membuatnya marah. Ya, Sejeong marah.

"Jadi, lo seriusan gak mau balikan sama gue?" ucap Sejeong dengan suara lemahnya. Ingin rasanya menangis, tapi dia tidak boleh selemah itu di depan Sejun. "Jun, kenapa sih pada akhirnya kita malah kayak orang gak kenal? Kenapa?!! Apa hanya karena gue nolak lo dan sikap lo berubah drastis kek gini?"

Sejun menciut. Hanya karena ada sosok itu, ia menjadi tak bisa berbuat apa-apa. Padahal, sebelumnya, dia sudah bersikap dingin dan terbiasa setiap berpapasan dengan Sejeong. Tapi, kali ini berbeda. Ia tak bisa bersikap dingin seperti biasa. Sial!

"Oke, gue paham kenapa sebenci itu lo sama gue. Tapi.. tapi, apa harus sampe ngorbanin persahabatan kita ini?" Sejun terdiam. Tak bisa membalas. "Jun, gue tau bobrok lo tuh kek gimana. Gue tau lo suka ngerokok, tapi gak di depan gue. Gue tau jelek-jeleknya lo yang bahkan di acara nikahan aja masih pake celana sobek-sobek. Tapi, apa? Gue pernah mempermasalahkan hal itu? Enggak, Jun. Walau nyatanya gue benci, tapi gue gak bisa egois. Ini hidup lo, lo berhak atas semuanya. Tapi, gue mohon, jangan egois tentang persahabatan kita ini. Bahkan Yerin.. dia juga 'kan yang kena?"

Sejun benar-benar hanya membisu. Sedangkan Doyoung menatap sosok itu dengan tatapan bangga dan senang. Seperti itu. Sosok Sejeong yang tegas di waktu tertentu, dia bangga. Dan sosok Sejeong yang seperti ini, dia juga senang.

"Oke, kalo mau lo kita gak usah temenan lagi kayak dulu.. gue gak papa. Jujur, gue gak mempermasalahkan hal ini. Kalo ini udah jadi keputusan yang bulat buat lo, gue ngalah." lanjut Sejeong lagi dengan penuh penekanan. "Tapi, jangan libatin Yerin atas masalah ini. Sampai kapanpun, lo tetep temenan sama Yerin. Sampai kapanpun!"

Setelah akhirnya mengatakan semua yang ada di otaknya, Sejeong beranjak dari tempatnya. Menghampiri Doyoung dan meraih tangan itu kemudian ia tarik. Doyoung sedikit terkejut, tapi ia berusaha untuk mengikuti Sejeong pergi dari tempat. Sepertinya, setelah ini Sejeong akan dakam mode curhat.

*** ***

Sampailah kedua orang ini di parkiran. Sejeong menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Doyoung.

"Lo mau pulang-- "

"Young.. "

"Iya?"

"Mau nemenin gue minum gak?"

"Hah?!"

"Gue mau minum. Untuk pertama kalinya."

Ini.. Sejeong seriusan? Doyoung gak salah denger ini? Ya ampun~ segitu beratnya ya masalah ini sampai Sejeong ngajak dia buat minum. Lalu, jawaban seperti apa yang harus dia kasih?

"Jeong, lo serius mau minum? Apalagi, lo bilang untuk pertama kalinya. Jadi, ini pengalaman pertama lo?" ucap Doyoung yang masih gak percaya.

"Dulu, saat gue tau alasan kenapa orang tua gue cerai, gue juga rasanya mau mati aja, Young. Rasanya kehilangan seseorang yang lo sayang itu.. yah~ inilah gue. Bahkan, saat itu, gue hampir minum bir punya mama kalo mama gak langsung nyadarin gue. Lo tau 'kan, saat itu orang tua gue cerai pas gue kelas berapa? Kelas 6 SD, Young. Umur masih sejagung dan gue udah stres berat. Ayah gue selingkuh dan milih buat pergi sama perempuan gila itu. Dan.. dan gue-- "

Sejeong menangis. Menangis dalam pelukan Doyoung yang tak segan-segan memberikan pelukan hangat untuk Sejeong. Dulu juga seperti itu, saat Sejeong bercerita tentang kepergian ayahnya setelah sebulan mereka berpacaran, Sejeong nangis dan Doyoung memberikan pelukan.

Doyoung tau, Sejeong itu tipe orang yang akan merasa di titik paling gilanya saat harus kehilangan seseorang. Entah itu teman, saudara, atau siapapun yang Sejeong rasa penting dalam hidupnya.

Kalau orang lain akan berkata untuk berhenti menangis, atau semua akan baik-baik aja.. bagi Doyoung itu gak membantu. Malah, menurutnya, saat seseorang dalam masalah dan sulit meluapkan emosinya, maka dengan cara menangislah mereka bisa meluapkan semuanya. Kemudian, tidak mengatakan apapun selama seseorang itu menangis juga cara yang menurut Doyoung cukup baik. Seseorang itu tidak butuh kata-kata bijak atau sekedar 'kau akan baik-baik saja', bukan. Tapi, seseorang itu butuh 'persetujuan' atas apa yang ia rasakan dengan dirinya diam.

Intinya, posisi Sejeong saat ini tidak pantas untuk kalian suruh berhenti menangis atau mengucapkan sepatah kata apapun. Cukup tepuk punggungnya dan diam.

.
.
.
.
.
To Be Continue ... ... ...

Hmm.. menurut kalian, gimana aku bakal nyelesein masalah antara Sejeong dan Sejun?
Yang nebaknya bener.. gak aku kasih apa-apa. Apalagi ls-nya nct. Jangan berharap. 😂😂

Yang masih gemesh-gemesh greget kapan DoJeong balik.. tenang, tunggu ae ya?? **tunggu-tunggu, tapi gk balik-balikan.. Readersnya murka entar.. 😂😂

Maaf yaa kalo ada typos, makasih udah baca, dan.. ANNYEONG~~ 😍😍

정키키 - 감사합니다

Best (Boy)Friend | DoJeong FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang