2.3 - ᴍᴀsɪʜ ᴘᴇɴᴀsᴀʀᴀɴ

1K 153 15
                                    

  Pada akhirnya, Doyoung nurutin permintaan Sejeong yang pengen jalan-jalan sebentar sebelum pulang ke rumah. Bukan karena apa-apa, tapi ia memang sedang bosan saja kalau langsung pulang. Makanya, minta Doyoung buat nemenin dia.

  Sekarang, keduanya saling berpegangan tangan. Terlihat mesra, yah~ seperti pasangan yang lain. Dan mereka cuman jalan-jalan di sekitar Sungai Han.

"Eh.. Jeong. Lo jadi ikut reuni gak? Anak-anak pada nanyain.. " celetuk Doyoung yang baru ingat soal reuni. Iya, seharian ini dia ditodong oleh teman-temannya tentang kepastian Sejeong ikut reuni atau enggak.

"Tergantung sih. Emang jadinya kapan? Chungha ikut gak?" jawab Sejeong yang kemudian memborbardir Doyoung dengan pertanyaan.

"Minggu besok sih rencananya, tapi anak-anak belum pada ngepastiin. Soal Chungha, keknya dia ikut. Soalnya semalem dia ikut nimbrung di group chat."

"Beneran? Ih.. kok lo gak ngasih tahu gue?"

"Lupa, Jeong. Sumpah.. " ujar Doyoung sedikit mengeles. Tapi, memang kenyataannya dia juga lupa sih. "Makanya, lo juga ikut nimbrung di group chat. Gue masukin ya?"

"Yodah deh. Tapi, jangan sekarang! Lagi males buka hp."

"Iya-iya.. kan pengen sama gue terus. Ya kan?"

"Apa sih? Mulai deh.. "

  Berikutnya, mereka duduk di sebuah bangku yang kosong. Hanya sekedar menatap langit malam yang sepi. Iya nih, bintangnya pada kabur semua.

"Jeong.. " panggil Doyoung lirih. Membuat Sejeong menoleh ke arah Doyoung. "Gue boleh tanya sesuatu gak?"

"Hmm.. tanya soal apa emang?" tanya Sejeong balik. Yah~ siapa tahu si Doyoung nanya hal-hal yang aneh. Males banget dia jawab.

"Itu.. soal.. kenapa lo mutusin gue dulu."

"Eh? Loh.. bukannya gue pernah ngomong alasannya ya dulu?"

"Tapi, gue ragu."

"Ragu kenapa?"

"Yaa.. ragu aja gitu. Gue kayak ngerasa ada alasan lain lagi kenapa lo mutusin gue dulu."

  Iya, keraguan Doyoung hampir 100% memang benar. Bahkan, Sejeong masih inget apa alasan dia mutusin Doyoung dulu. Cuman, dia juga ragu buat membahasnya lagi. Sekalipun Doyoung yang meminta.

"Kok.. tiba-tiba bahas itu sih?" tanya Sejeong lirih. Menundukkan kepalanya karena merasa sedikit terbebani.

"Sebenarnya, semenjak kita ketemuan di acara kencan buta Yerin-Rowoon itu, gue udah pengen nanya. Cuman gak sampe dan sempet lupa aja. Terus, tiba-tiba aja keinget lagi dan kepo." jawab Doyoung menggubris sikap Sejeong yang ia ketahui terlihat mulai tidak nyaman. Tapi, bolehkah Doyoung sedikit egois kali ini? Egois dengan memaksa gadis itu jujur padanya.

"Lo pengen tahu banget ya?" Doyoung mengangguk sambil bergumam. Sejeong mulai menarik napasnya dalam-dalam.

  Detik kemudian, dia melepaskan genggamannya pada Doyoung. Kembali mengangkat kepalanya. Menatap pria itu sejenak dengan jarak yang sudah sedikit berjauhan. Hah~ kayaknya, Doyoung berada di mode pengen egois deh. Makanya kata-kata lembut seperti "gak papa kalo gak mau cerita," tidak terucap dari mulut pria itu.

"Alasan gue mutusin lo.. intinya demi lo juga kok, Young. Lo masih inget soal nilai lo yang jeblok pas di semester satu kelas dua itu gak?"

  Doyoung mengangguk. Tentu dia masih inget. Itu saat-saat seperti dunia runtuh hanya karena nilainya selama semester satu anjlok. Parah sekali sampai dia takut ngomong ke bunda dan ayahnya.

Best (Boy)Friend | DoJeong FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang