-
Lisa menghela nafasnya karena suara bel pintu yang sangat menganggu terus berbunyi. Siapa yang bertamu tengah malam begini? Bersyukur karena putrinya telah nyanyak terlelap dan tidak akan terganggu oleh suara bel itu. Dengan malas Lisa menghampiri intercom dan melihat siapa yang bertamu, namun hanya sebuah koper yang dapat di lihatnya. Akhirnya dengan malas Lisa membukakan pintu depan dan melihat Kwon Jiyong— suaminya disana.
"Kenapa kau menekan bel huh?" protes Lisa setelah membukakan pintu untuk sang raja "kau lupa passcode pintu rumahmu sendiri?"
"Hehe aku hanya ingin merasakan bertamu kerumah kekasihku, sudah lama kita tidak berkencan seperti saat sebelum menikah dulu," ucap Jiyong sembari menyeret kopernya masuk, pria itu sudah tiga hari di LA dan malam ini ia baru saja sampai dirumahnya "sayang, kau tidak merindukanku huh? Kau bahkan tidak menjemputku dibandara, untung saja-"
"Bukannya managermu sudah menjemputmu?" sela Lisa sembari menjatuhkan tubuhnya diatas sofa empuknya, sepertinya moodnya sedang sangat buruk
"Ya... ada apa denganmu? Tidak senang aku pulang eum?" tanya Jiyong yang kini membiarkan koper dan jacketnya di lantai dan ikut naik berbaring di atas sofa, memeluk istrinya yang sama sekali belum menyentuhnya selama tiga hari.
"Kau-" Lisa baru akan mengatakan alasannya kesal namun suara perut Jiyong menyelanya "kau belum makan?"
"Hehehe belum, makanan di pesawat sedang tidak begitu menarik, bisakah membuatku ramyun? Aku ingin ramyun sekarang,"
"Haish... baiklah, bangun, ramyun cup saja ya?"
"Hm... panggil aku kalau sudah matang, aku ingin menemui sainganmu dulu~" ucap Jiyong sembari berjalan kekamar mereka bertiga
"Jangan membangunkannya, dia kelelahan setelah menangis tadi sore," ucap Lisa sembari beranjak ke dapur untuk membuatkan ayah dari putrinya se-cup ramyun dengan trufle favorite pria itu.
"Kenapa dia menangis?" tanya Jiyong setelah ia keluar dari kamar tanpa atasannya, kalau gadis didalam kamar itu bukan putrinya, Lisa pasti salah paham melihat prianya bertelanjang dada dan berkeliling dirumah mereka. Jiyong duduk di meja makan, bersamaan dengan Lisa yang baru saja menyajikan ramyun cup bersama makanan pendamping lainnya— kornet, kimchi, serta sosis. "Kau membeli kulkas baru sayang?" tanya Jiyong setelah menyadari ada sebuah kulkas baru disebelah dua kulkasnya.
"Jieun mengirim sebuah kulkas untuk berterimakasih karena kau membantu persiapan lagunya," jawab Lisa sembari membuka kulkas itu dan menunjukan isinya— hal pertama yang membuat Lisa kesal, kulkas itu penuh berisi beer dan soju.
"Woah... kita punya persediaan alkohol sebanyak ini?" komentar Jiyong sembari memakan ramyunnya, tidak begitu terkejut karena Jieun juga pernah melakukan hal yang sama sebelum Jiyong menikah— walaupun kulkas pemberian Jieun yang pertama kini berakhir di studionya.
"Bagaimana kita akan menghabiskannya?" tanya Lisa yang justru semakin kesal melihat sikap acuh Jiyong "kau mau minum minum didepan Alice??"
"Memangnya kita tidak pernah-"
"Aku akan membagikannya pada semua ajhussi di kantor keamanan lantai 1," sela Lisa membuat Jiyong langsung beralih dari makanannya dan menatap Lisa
"Heish... ada apa denganmu? Kenapa sangat berlebihan begini? Biarkan saja itu disana, aku yang akan menghabiskannya,"
"Habiskan semuanya malam ini, kalau besok pagi saat aku bangun semua ini belum habis aku akan membagikannya," ucap Lisa dengan nada sinisnya dan membanting pintu kulkas itu kembali kesofa, berbaring disana dan mendengarkan musik dengan earphonenya, mengabaikan panggilan Jiyong. Jiyong menyelesaikan makannya dan meminum airnya sebelum menghampiri istrinya yang sedang badmood.
"Apa yang terjadi heum?" tanya Jiyong sembari duduk di sandaran tangan sofanya dan mengelus lembut rambut Lisa, menjadi pria tenang adalah keahliannya.
"Fuck you!"
"Mwo? Ya. Apa yang terjadi? Kenapa kau marah-"
"Alice yang mengatakan itu, pada temannya di tempat penitipan anak sore tadi," sela Lisa dengan nada sinisnya
"Mwo?! Siapa yang mengajarinya mengatakan kata itu?!" ucap Jiyong tidak percaya. Lisa duduk di sofa itu dan melepaskan earphonenya
"Kira kira siapa nama yang disebut Alice saat aku menanyakan itu padanya?"
"Mwo? Siapa? Temannya?"
"Appa,"
"Mwo?! Ya! Aku tidak pernah mengajarinya-"
"Appa mengatakan itu saat Seungri samchon mengganggunya, tadi Jimin menggangguku jadi aku mengatakannya," ucap Lisa mengikuti cara bicara putrinya, namun masih dengan ekspresi kesalnya membuat Jiyong tidak dapat berkata kata lagi.
"Aku tidak ingat-"
"Sudah kubilang jangan mengajaknya saat kau mau merekam bagian rappnya, sudah kubilang untuk menjaga kata katamu saat bersamanya, sekarang dia mengikuti kebiasaan burukmu itu, bagaimana kalau dia mengatakan itu pada orang dewasa? Heish..."
"Arraseo, aku akan bicara dengannya," ucap Jiyong sembari bangkit dari duduknya dan hendak berjalan kekamar mereka
"Sekarang? Kau akan membangunkannya?" tahan Lisa sembari memegangi tangan Jiyong "baiklah, bangunkan dia dan buat dia tidur lagi setelah itu, aku akan tidur di tempat Jen-"
"Haish... jangan, arraseo aku akan bicara padanya besok pagi, jangan marah padaku begini... Lisa, aku tidak dengan sengaja mengatakan itu didepannya, hm?" pinta Jiyong yang kini duduk disebelah Lisa dan memeluk gadis itu "aku akan memastikan dia tidak mengatakannya lagi besok, hm? Jangan marah... sayang... oppa merindukanmu, sudah tiga hari kita tidak bertemu, jangan marah begini hm?"
"Pastikan dia tidak mengatakannya lagi, arraeseo?"
"Arraseo, oppa janji hanya akan mengajarinya kata kata yang baik mulai sekarang, oppa tidak akan mencontohkannya untuk bicara kasar lagi, hm? Jangan marah lagi..."
"Kau sudah berjanji, jangan langgar janjimu sendiri. Kau tau betapa malunya aku karena ucapan putrimu huh?!"
"Aaa... Lisa... ayolah... jangan marah lagi, aku janji, sungguh, setelah ini dia tidak akan lagi bicara kasar, hm?"
"Baiklah, dan aku tetap akan membagikan semua beer dan soju itu besok,"
"Arraseo, bagikan semuanya, oppa tidak akan melarangmu, perlu oppa bantu juga hm?"
"Hm..." gumam Lisa sembari membenarkan posisinya, bersandar di dada Jiyong, memakai kembali sebelah earphonenya dan memasangkan erphone lainnya pada telinga Jiyong "bagaimana di LA?"
"Biasa saja, aku hanya di studio, CL mengajakku berjalan jalan tapi aku menolaknya, tidak menarik tanpamu dan Alice," jawab Jiyong sembari merangkul Lisa dan mengelus rambutnya "tapi akhirnya aku tetap pergi kemarin, aku membeli beberapa pakaian untuk kalian, ada di koper,"
"Pakaian?"
"Hm... beberapa pakaian untuk Alice dan sebuah tas untukmu,"
"Kurasa kita harus cepat mengosongkan kulkasnya dan memakainya untuk menaruh pakaian Alice,"
"Kenapa kau mau menaruh pakaian di kulkas? Memangnya pakaian Alice harus di simpan ditempat dingin? Freezer? Seperti daging?"
"Heish... bodoh... oppa selalu membelikannya pakaian, sepatu dan aksesoris, belikan dia mainan sesekali, pakaiannya sudah sangat banyak oppa,"
"Ah... begitu? Mainannya juga sudah banyak kan?"
"Oppa tau kolam di taman?"
"Hm... wae?"
"Alice dan Jisoo eonni mengajak semua bonekanya untuk berenang disana kemarin,"
"Mwo? Kenapa kau tidak melarangnya?"
"Oppa pikir aku akan diam saja kalau aku melihatnya?? Kemarin aku sibuk karena kulkas itu dan harus mengantarkan berkas berkasmu ke agensi, jadi aku meninggalkannya dengan Jisoo eonni, kurasa aku tidak akan menitipkannya pada Jisoo eonni lagi,"
Malam itu, Lisa dan Jiyong menghabiskan malam mereka dengan berpelukan, mendengarkan musik hip hop dari earphone dan mengobrol sampai kantuk tidak dapat lagi dilawan.
-

KAMU SEDANG MEMBACA
ALICE [Repost]
FanfictionCUMA REPOST UNTUK HADIAH TAHUN BARU 💜💜 jilice's daughter Bentuk ceritanya kaya Shinchan, Doraemon dsb, mirip oneshoot tapi ga berubah tokoh, tiap partnya ga urut waktu, tapi berhubungan.