Surat Ketujuh

208 20 9
                                    

Untuk Marc Márquez yang tidak pernah lelah menjadi juara.

Marc, apa kau ingat sudah berapa lama aku tidak mengirim sebuah surat padamu? Ya, walaupun aku sangat yakin kau tidak pernah membaca surat-suratku. Kau juga tidak mungkin menunggunya.

Marc, apa aku sudah pernah bilang bahwa kau sangat berpengaruh dalam hidupku?

Mungkin aku memang salah satu orang asing yang tidak tersentuh penglihatanmu, dan tidak pernah menjadi satu hal yang berwujud nyata untukmu. Hanya saja, yang perlu kau tahu, Marc, kau adalah satu bentuk kekuatan yang aku miliki saat aku ingin menyerah memperjuangkan mimpi besarku.

Semua orang memang punya impian, Marc. Sama dengan dirimu yang selalu bermimpi menjadi pembalap terbaik di setiap seri. Aku pun juga memiliki mimpi yang sama besarnya dengan mimpimu, walaupun apa yang aku mimpikan bukan menjadi pembalap sepertimu.

Aku ingin menjadi kebanggaan orangtuaku, Marc, tidak berbeda jauh dengan yang kau lakukan untuk orantuamu. Kau mampu menaikkan derajat orangtuamu jauh lebih tinggi dengan prestasi yang kau raih. Siapalah mereka dulu, hanya sepasang orangtua biasa yang memiliki dua anak laki-laki. Tetapi kini, mereka sanggup mengangkat kepala mereka tinggi-tinggi atas kebanggaannya kepadamu. Meski begitu, mereka tidak melakukannya. Mereka tetap sederhana, tersenyum tanpa terbebani kesombongan yang nyata.

Aku ingin melihat orangtuaku bangga kepadaku, Marc. Maka ketika aku berada hanya satu langkah lagi dengan keputusasaan, aku teringat bagaimana dirimu tetap berdiri tegap menantang ejekan yang meremahkanmu. Kau tetap mampu melawan meski tanpa kekuatan. Hanya dengan kemauan dan kegigihan, kau bisa mengalahkan apa yang menjadi keraguan mereka terhadap kemampuanmu. Aku banyak mengambil pelajaran darimu, Marc.

Kau adalah penjelasan nyata dari sosok sang juara. Bukan hanya kerena kau selalu berada dalam titik tinggi kemenangan, tetapi karena kau mampu bangkit dari kejatuhan yang menertawakanmu. Kau selalu bisa belajar dan memperbaiki kesalahan, bukan meninggalkannya dan membentuk kesalahan yang lainnya.

Tetaplah seperti itu, Marc. Hingga nanti takdir Tuhan berkenan mempertemukan kita, aku ingin kau menatapku dan aku akan mengucapkan terima kasih. Meski itu saja belum cukup.

Dari yang selalu melihatmu dari belahan bumi yang lain

Nisa F

Surat-surat Untuk Marc MárquezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang