Teruntuk Marc Márquez, yang entah kenapa saat ini sedikit terasa asing untukku.
Bukan, Marc, bukan karena kamu sudah punya pacar dan aku masih saja sendiri. Tetapi, karena aku merasa telah jauh dari lingkaranmu. Aku seperti teman sekolahmu, yang sudah lama tidak bertemu setelah lulus, hanya sebagai penonton instastory-mu tanpa punya waktu untuk sekadar tanya bagaimana kabarmu. Itu pun kalau aku sempat menyadari ada yang baru dari media sosial milikmu.
Aku merasa telah jauh mengabaikanmu, bahkan aku sampai tidak tahu lagi saat balapan bagaimana performamu. Apa masih sama seperti dulu? Kuharap iya.
Marc, sungguh aku tidak mempermasalahkan statusmu sekarang. Aku justru mempermasalahkan kondisiku, yang entah kenapa, aku merasa kurang dalam mengidolakanmu, tapi aku masih enggan keluar dari putaran hidup dan karirmu. Aku masih ingin menjadi bagian darimu, walaupun kamu sendiri tak tahu bagaimana wujudku, ada atau tidaknya diriku selama ini. Itu tidak penting, Marc, tidak lagi. Yang lebih penting di sini adalah dirimu, biarkan aku menjadi yang terpenting untukku sendiri, sebab kamu lebih berharga untuk banyak orang.
Saat ini, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar aku menjadi penggemarmu seperti dulu lagi. Agar kamu tidak lagi menjadi orang asing untukku. Aneh saja, aku mengaku menjadi penggemarmu, tetapi aku terlalu jauh untuk tahu banyak hal tentang dirimu.
Kamu memang jauh untukku, Marc. Tidak tergapai. Namun, bukan berarti itu menjadi alasanku tidak lagi memedulikanmu. Bukan ..., bukan juga karena aku sedang menyukai grup penyanyi asal Korea Selatan. Itu tidak akan menggantikanmu. Mereka punya tempat sendiri, begitu pun kamu.
Marc, aku tidak mau surat ini menjadi begitu panjang hanya karena aku mengutarakan banyak alasan-alasan tidak penting ini. Tetapi, aku juga tidak tahu bagaimana harus mengakhiri surat ini.
Apakah surat kali ini berakhir seperti ini saja?
Tidak, aku tidak ingin semua yang aku tulis ini berakhir sampai di sini saja. Terlalu banyak hal yang ingin aku sampaikan, hingga membuat diriku sendiri muak. Tetapi, semua yang aku tulis selama ini tidak pernah benar-benar sampai padamu. Terkadang kenyataan memang semenyakitkan itu.
Aku merasa menulis surat untukmu selama ini seperti sebuah kesia-siaan. Namun, kalau tidak aku tuangkan dalam bentuk tumpahan kata semacam ini, tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Menghampirimu itu jelas hanya angan belaka, tidak akan pernah menjadi nyata.
Mungkin aku hanya ditakdirkan menjadi penggemarmu sampai batas ini saja, tidak lebih sampai bisa bersitatap denganmu, apalagi saling menjabat sapa dalam jumpa. Itu terlalu jauh sekali, Marc.
Maka, biarkanlah aku mengangumimu seperti ini. Sampai batas ini. Hanya lewat tulisan-tulisan dan tatapan lewat layar kaca juga sosial media. Memang begitu garis hidupku. Tetapi aku bersyukur tentang itu, Marc. Sebab, aku mengambil banyak pelajaran darimu, dari perjuanganmu, usahamu, juga semangatmu.
Masih dariku
Nisa F
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat-surat Untuk Marc Márquez
RandomSurat-surat yang tertulis untuk Marc Márquez, tetapi tidak pernah benar-benar terkirim dan tidak pernah terbaca olehnya. Jika penasaran, kalian memiliki izin untuk membacanya. ©2017