Surat Kedua Puluh

60 9 0
                                    

Teruntuk Marc Márquez, yang telah menjadi salah satu bagian dari perjalanan hidupku.

Terucap rasa terima kasihku untukmu, Marc, karena kau telah memberiku banyak hal yang bisa aku jadikan pelajaran dalam mrnjalani hidup. Ya, aku tahu dan sadar jika sampai saat ini kita tidak pernah saling bertukar tatap, apalagi saling menanyakan kabar. Cukup sebatas idola dan penggemar. Begitu saja kau telah memiliki pengaruh dalam hidupku, bahkan hidup banyak orang yang mencintaimu, walaupun tidak pernah saling bertemu, sama sepertiku.

Aku tahu, Marc, aku dan kau sama-sama dari keluarga yang tidak berada di tingkatan atas soal ekonomi. Namun, kau membuatku paham bahwa semua orang berhak untuk bermimpi dan mewujudkannya menjadi hal yang nyata di depan mata. Dari dirimu, aku belajar jika usaha selalu sepadan dengan hasil. Gagal bukanlah menjadi alasan untuk berhenti dan berkubang dalam keputusasaan. Justru, kau menunjukkan, bahwa kegagalan adalah sebuah bentuk lain dari usaha untuk meraih asa.

Mungkin saat ini aku belum bisa sepertimu yang telah menggenggam segenap impianmu. Aku masih berada di titik awal, baru saja memulai, lagi, dan lagi. Aku sudah berkali-kali menyerah dan pasrah terhadap diriku, tapi dengan melihatmu aku tahu, kalau tidak berusaha semua yang kita inginkan hanya akan tetap berbentuk sebagai angan.

Kau telah jauh lebih lama memulai, tidak pernah takut gagal, selalu berusaha bangkit lagi. Sekarang, aku sedang meniru hal tersebut dalam diriku, untuk hidupku. Marc, kau telah menjadi sosok yang terbaik dari dirimu, dan selalu berusaha menjadi lebih baik. Tidak pernah berhenti begitu saja. Kuharap akan selalu begitu, sampai nanti, entah kapan. Mungkin sampai kau menua dan rambutmu telah ditumbuhi uban, ketika matamu mulai memburam menatap anak-anak dan cucu-cucumu tertawa dalam kegembiraan.

Ya, nasib kita memang tidak sama. Sangat jauh berbeda. Saat kau berada di usia sepertiku sekarang, kau telah mendapatkan gelar juara dunia di kelas balap Motogp. Sedangkan aku? Masih terus bergelut dengan diriku dan mimpi-mimpiku yang masih tergelepar, menunggu diselamatkan dan diwujudkan. Tetapi aku tahu, Marc, semua itu butuh diperjuangkan. Dari dirimu jugalah aku tahu, mimpi tidak akan terwujud jika semua tidak dimulai dan diperjuangkan. No pain, no gain. Aku percaya kalimat itu. Dirimulah yang membuatku paham. Mengenang bagaimana perjuanganmu dulu hingga kau bisa seperti saat ini. Dulu kau bukan siapa-siapa, sekarang sudah bisa mendapatkan apa yang kau minta. Bahkan orang lain tahu siapa dirimu hanya dengan menyebutkan marga ayahmu.

Mimpiku tidak terlalu tinggi sepertimu, apalagi harapan yang aku miliki juga tidak semuluk itu. Aku hanya ingin mewujudkannya, dan menjadi versi terbaik dari diriku. Cukup itu.

Sekali lagi terima kasih, Marc, kau telah memberikan banyak hal yang sangat berarti. Memang bukan dalam bentuk materi, tapi sangat berharga. Aku tahu, hidup ini tidak akan pernah selalu mudah untuk dijalani, aku bisa melihat itu dari perjalanan karirmu. Dengan itu, aku juga belajar harus berani menjalani hidup dengan meraih apa yang menjadi asaku salama ini. Bukan hanya keluar dari zona yang telah lama membuatku terlalu nyaman, tapi juga berani menerima tantangan untuk diriku sendiri, melawan semua yang menjadi halangan, dan mewujudkan semua harapan menjadi kenyataan.

Untuk ke sekian kalinya, terima kasih, Marc. Kau terlalu berarti, tidak cukup jika hanya ucapan terima kasih yang kuberi, tapi hanya itu saja yang mampu aku beri. Kau sudah memiliki segalanya, sedangkan aku baru memulainya.

Lagi, terima kasih banyak, Marc.

Dari yang selalu mengagumimu

Nisa F

Surat-surat Untuk Marc MárquezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang