Surat Kesebelas

119 20 18
                                    

Teruntuk Marc Márquez

Hai! Lama kita tidak berjumpa dalam barisan kalimat yang selalu aku tulis dan tidak pernah benar-benar aku kirimkan padamu ini. Aku rindu, kau jelas tidak.

Hanya saja, banyak yang ingin aku sampaikan padamu, Marc, meski surat ini tidak pernah kaubaca sama sekali. Ah ya, mungkin kau penasaran kenapa bisa aku menulis surat-surat ini untukmu tetapi tidak pernah aku kirimkan. Sebenarnya, soal ini aku terinspirasi ketika membaca sebuah novel yang berjudul Sylvia’s Letter. Ceritanya disampaikan seperti sebuah format surat seperti ini. Yang menulis surat namanya Syvia, dan aku Nisa. Sylvia menulis surat untuk cowok yang dia suka, aku juga. Tetapi aku dan dia jelas berbeda, Marc. Sylvia dan cowok gebetannya hanya fiksi sedangkan kita nyata. Hanya saja, waktu belum―atau mungkin tidak akan pernah―mengizinkan kita untuk berjumpa.

Sudahlah, aku tidak mau terlalu jauh berharap tinggi hingga kelangit-langit apalagi sampai menembus atmosfer bumi. Benda langit saja bisa hancur menjadi remah-remah tidak berguna, apalagi harapanku. Jadi, sederhana saja inginku, Marc. Aku hanya ingin terus diberikan kesempatan melihatmu walau hanya sebatas layar. Layar kaca atau layar ponsel. Tidak masalah.

Sebab aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika kau tidak membalap lagi. Ya, mungkin aku akan tetap menjalani kehidupanku: bekerja, membaca, tidur, jatuh cinta, menikah, dan sebagainya. Namun, pasti ada yang kurang.

Bisa dibilang aku adalah penggemarmu yang aneh. Karena aku mengidolakanmu dengan cara yang ‘normal’ atau akunya saja yang mencari jalan aman. Sebab aku tidak merasa cemburu kau berfoto dengan wanita manapun. Bahkan aku juga tidak marah jika ada yang menghinamu. Ah, mungkin aku sudah tertular oleh sikap tenangmu yang selalu menganggap semua akan baik-baik saja. Kau kan sering begitu, Marc.

Hei, tahu tidak? Sebelum menulis surat ini aku sempat menonton lagi videomu sewaktu kau dan Dani menjadi bintang tamu di acara Ini Talkshow. Yeah, kau menikmati sekali jogetanmu. Hahaha! Aku malah ingin mengajakmu menonton koser dangdut. Kau akan puas menggerakan pinggangmu, dan aku demikian. Terpuaskan oleh gelak tawaku saat melihatmu melakukan itu.

Tidak peduli kau suka musik dangdut atau tidak, jika kau mendengar iramanya, bisa-bisa kau langsung bergoyang. Aku tidak akan seperti itu, sebab aku terlalu suka malu, atau sok cool? Kurang lebih seperti Dani.

Ah, pasti nanti kau akan merindukannya. Aku juga. Sedih harus kehilangannya. Apa sih, harapanmu untuk Dani? Ya, dia memang sedang tidak berulang tahun. Paling tidak, kau kan sudah lama satu tim dengannya dan kedekatan kalian cukup erat.

Kalau seandainya kau pernah berharap Dani keluar dari Tim Honda, apa itu baik? Kurasa kau tidak akan berpikiran serendah itu.

Ya sudah, Marc. Aku ingin tidur karena di tempatku sudah lewat tengah malam dan begitu dingin. Sedangkan di tempatmu pasti masih pagi dan sedang musim panas. Melalui waktu dan cuaca saja Tuhan telah membuat perbedaan di antara kita. Iya, Tuhan kita tidak sama.

Selamat bangun tidur, Marc.

Dari yang masih mengidolakanmu

Nisa F
Ditulis; 23 Juni 3017, 01.34 WITA

Surat-surat Untuk Marc MárquezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang