We must all suffer from two things:
-the pain of regret; or
-the pain of disappoinmentMe? Disappoinment.
Jillia"And i am regret..." Bram memutuskan duduk di kursinya dalam diam. Jillia, kabur lagi sudah jelas. Pasti perempuan itu meninggalkannya ketika dia tidur. "Kalila where are you..." Bram menggeram kemudian
Argo dan Ravenia datang dengan beberapa kantung belanjaan ketika akhirnya mereka terdiam karena terkejut akan ucapan Bram yang begitu tiba-tiba
"Bini gue kabur lagi..."
Satu menit berikutnya, Ravenia menggelengkan kepalanya tidak percaya, "Sebuah rekor, Jillia kabur dari suaminya untuk kesekian kalinya. Kok bisa? Harusnya lo kunciin dia di kamar"
"Terus bikin dia makin benci sama gue, Ref? Thank you atas perhatian lo..."
"Bram..." Ravenia menghela nafasnya dan mendekati Bram dengan pelan, "Jilli butuh waktu..."
"She could have all the time in the world, if she wanted..." Bram mengeraskan kepalan tangannya dan menarik nafas dengan susah payah, "Kemana kira-kira dia?"
Argo melirik sekilas ke dua orang yang sedang duduk mengitari meja makan kecil di tengah ruangan. Diam. Ketika memikirkan Jillia akan pergi kemana, sepertinya dia tahu kali ini kemana Jillia memilih mengakhiri langkahnya.
...
Rumah besar utama Januraksa.
Jillia masuk dengan cepat tanpa mengindahkan beberapa pasang mata pelayan rumah besar itu dan mendobrak pintu besar kamar si bungsu Januraksa. Dia tidak punya pilihan lain selain mulai membongkar apa saja yang dia temukan dengan matanya.
Pertama, laci meja kerja Bram yang berada di sudut ruangan di dekat jendela. Jillia membuka semuanya. Mengumpat beberapa kali karena melihat berkas apartement yang dia tempati atas nama Bram, sejumlah transfer uang ke rekening miliknya dan masih banyak hal lain yang membuatnya menahan air matanya agar tidak jatuh.
Mencari sisa bukti kalau dia pernah mengandung hasil cinta sebelah pihak itu. Kalau memang dia pernah keguguran, kenapa Bram sama sekali tidak terlihat terluka?
Jillia menyisir paksa rambutnya dengan jemarinya. Bram pasti membohonginya. Tidak mungkin dia pernah hamil. Dan kalau memang benar dia hamil dan Bram mengatakan Argo yang telah membuatnya keguguran. Itu berarti ketika dia pernah berkhianat dari pernikahannya, ketika Argo menemukan dirinya sudah tidak perawan...
Perempuan itu menelan ludahnya. Dia sudah tidak bisa menahan air matanya. Tega sekali Bram berbohong kepadanya selama ini dan membuatnya semakin jijik kepada dirinya sendiri.
Dia mengandung waktu itu dan melakukan kegiatan gila dengan kakak iparnya. Jillia meluruh ke lantai dan memegangi kepalanya yang pening. Lalu kenapa Bram tidak pernah mengatakannya?
"Ji lo baik-baik, aja?"
Jillia mengadahkan wajahnya dan menemukan Rival dengan beberapa pelayan berdiri menatapnya khawatir. "Gak..."
"Come, gue bawa pulang..." Rival mendekati dirinya dengan dua tangan yang siap memapah dirinya
"Val, gue..." Jillia menelan ludahnya dengan susah payah dan membiarkan dirinya berada dalam gendongan Rival. Dia merasa begitu lemah sekarang. Perempuan itu nyaris berbisik kepada Rival ketika mengatakan, "Val, gue pernah hamil..."
Rival melirik sebentar sambil terus menuruni anak tangga dan menjauhkan diri secepat mungkin dari pelayan rumah Januraksa yang kebingungan, "Maksudnya?"
Perempuan itu berusaha menjelaskan dengan suara berbisik dan setengah tercekat. "Kalo yang gue pikir bener, gue keguguran pas kecelakaan itu, Val..." Jillia meringkuk dengan lemah kemudian membenamkan kepalanya dalam dada Rival, "Ke rumah sakit, Val. Ke rumah sakit..."
"Iya..." Rival meminta supirnya membuka pintu mobil dan kemudian mendudukan Jillia. Memutari mobil setelah menutup pintu tempat Jillia berada, "Goddamn it, Bram. What have you done?!" Makinya lalu masuk ke dalam mobil dan kembali menenangkan Jillia yang sudah menangis
...
"Mereka bilang, satu jam yang lalu Jillia sama Rival ke rumah..."
"Damn..."
"Dan sekarang gak ada kabar lagi mereka dimana..."
Kembali Bram mengumpat ketika mendengar penjelasan kakaknya. "Apalagi katanya?"
"Jillia nangis, Bram. Sebenernya kalian ngomongin apa?"
"I don't know. I was sleeping then i woke up then she's gone. Okay!" Bram setengah berteriak dan membuat beberapa penumpang yang sedang menunggu penerbangan seperti dirinya menoleh, "Pulang, gue butuh pulang..."
"Memang... Kita ke Jakarta..." ucap Argo sambil memainkan ponselnya, "Just fucking remember what you said to her, Bram. Mereka bilang Jillia bahkan digendong karena gak bisa bangun dari kamar lo..."
Bram mengernyitkan keningnya. Mencoba mengingat-ingat terakhir kali dia mengatakan apa pada istrinya itu. "I did. Gue nanya dia ngomong apa sama lo pas sebelum kecelakaan itu..."
"Terus?" Tanya Ravenia dengan penasaran. Dia juga ingin mengetahui apa yang tunangannya lakukan dengan Jillia sampai laki-laki itu tidak bisa mengingat sama sekali apa yang terjadi sebelum kecelakaan sialan itu
"Cuma Jillia, Argo sama Tuhan yang tau mereka ngapain hari itu... And i said something..." Bram mengeraskan rahangnya kemudian mengingat kembali apa yang dia ucapkan kepada Jillia, "Oh, fuck. I screwed it up..."
Jillia pasti ke rumah sakit tempat dimana dia dirawat pasca kecelakaan itu. Dan perempuan itu pasti akan membencinya karena bohong mengenai keguguran yang pernah dialami istrinya.
"Kalila!!!!!!" Bram menghantam dengan keras sandaran kursi di depannya
KAMU SEDANG MEMBACA
I G E N
ChickLitSeri 3 Kambodija. IGEN is Danish'a words. Jillia pasti kembali. Menurut Bram, istrinya itu pasti kembali. Walaupun tidak mudah, tapi pasti dia dapatkan lagi.