I'd rather be the bad one

5.1K 508 6
                                    

"Shit, lo bahkan lebih bitch dari bitch..."

Jillia menggelengkan kepalanya, "Lo kalo ada di posisi gue, Val. Lo gak bakalan bisa berkutik. Lo harus tau aslinya Argo itu gimana. Dia gak seperti yang lo inget, sumpah..."

"Jadi lo emang udah sering sama Argo?" Rival mengernyitkan keningnya dan kembali menganga ketika Jillia memijit keningnya

"Bukan..." Jillia mendesah frustasi, "Alasan kenapa gue, hm. Jadi pas masih sekolah dulu, gue udah terbiasa skinship sama Argo. Puas?"

"Damn, you little bitch" Rival tertawa dengan pelan, "Tapi lo ngelakuin itu pas lo udah jadi bini orang, Ji. Itu salah..."

"Gue kira Argo waktu itu becanda, Val. Kayak biasanya. Sumpah. Gue gak nyangka kalo dia beneran..." Jillia memegangi keningnya. Sialan dia malu sekarang. "Itu makanya gue ngerasa gak pantes balik lagi sama Bram dan disana masih ada Argo..."

"Dia bener-bener sayang sama lo, ya?"

Jillia menggelengkan kepalanya, "Menurut lo?"

"He does. Argo, iya... Bukan Bram..."

"Serius?" Jillia menyipit dengan tidak tenang

"Sebagai cowok, gue bisa liat kalo dia sangat-sangat adore lo... He's admiring you, makanya tipe-tipe kayak Argo itu jagainnya dari jauh. He's a keeper dan lo gak akan ngerasa..."

"Sekarang lo bikin gue biatch. Karena gue malah galau merasa bersalah kenapa gue gak jatuh cinta sama Argo aja..."

Rival terkekeh. "Dari kita sekolah, gue uda liat dia sayang banget sama lo walaupun dia bilang dia risih sama lo. Tapi gue disana pas mata dia cuma ngeliat ke lo, Jil..."

"Abra?"

Rival mengernyitkan keningnya, "Like seriously lo masih nanyain si brengsek yang bikin lo minum pil kb semasa kalian nikah dan sekarang ngarep lo balik karena diancem Dominique?"

Jillia mengedikkan bahunya lengkap dengan bibirnya yang mengerucut. "Menurut lo?"

"He loves you. Dan dia rela mati buat lo, Ji..."

"No he won't..."

Rival menatap lurus kepada Jillia dan menghela nafas, "Faktanya... Iya, dia jatuh cinta sama lo..."

Dan Jillia mencari-cari kebenaran di mata Rival.

...

"Hanya ada nama Kalila Yuma di daftar penumpang kami, Pak. Maaf tidak ada..."

"It's her! Istri saya! Tolong jangan biarkan lepas landas saya yang bayar biaya ganti ruginya asalkan istri saya tidak terbang kemanapun!" Bram kemudian meminta sekertarisnya untuk mengurus segala tetek bengek suapan agar pesawat yang ditumpangi Jillia tidak pergi kemanapun sebelum dia masuk ke sana dan membawa Jillia kembali kepadanya

Lima petugas menghalanginya ketika Bram akan memasuki boarding room dan menanyakan identitasnya. Bram hanya mengatakan dia memiliki ijin dari salah satu petinggi bandara dan kemudian dia dikawal begitu saja menuju kabin pesawat.

Beberapa penumpang menatapnya kebingungan dan ada pula yang marah ketika dia menemukan istrinya duduk di samping jendela pesawat dengan dua kursi disebelahnya yang kosong. Bram mendudukinya.

"I knew it, Bram!" Jillia menoleh kemudian menyipit, "Kenapa lo gak pergi jauh, sih?"

"Kali, i..."

"Hate you..." Jillia mendengus dan kemudian meminta Bram mundur dengan tangannya. "Capek main kejer-kejeran sama lo. Gue mau pergi. Lo keluar dari sini..."

Beberapa penumpang sudah menoleh kepada mereka sekarang. Ribut dengan bahasa yang mereka tidak pahami membuat mereka menoleh kepada pasangan yang mengambil posisi tepat di tengah pesawat itu.

"Oh, really, Kal? Kalo kamu masih nolak aku, aku gak akan biarin pesawat ini lepas landas because you know what?"

Jillia mengerjapkan matanya

"Aku baru aja beli pesawat ini..."

"Gila kamu..."

"Ya, dan tebak karena siapa?"

"Dominique Elwood..."

"Kalila Yuma, sayang. Kamu orangnya..."

Jillia mengerjapkan matanya kemudian melihat Rival sudah berdiri di belakang Bram dengan kebingungan di wajahnya. "Lo yang ngasih tau bajingan ini kita di sini?"

"I didn't..." Rival kemudian menarik dirinya menjauh sedikit, "Bram, mending lo biarin Jillia pergi sekarang. Ada banyak penumpang dengan berbagai kepentingan yang lo tahan. Lo udah gila? Gimana kalo salah satunya kayak lo yang lagi ngejer istrinya yang kabur juga?"

"What the hell was that?" Jillia menatap marah kepada Rival yang baru saja menyindirnya

"Ah. I'm done with you guys..." Rival membalikkan tubuhnya dan menemukan pramugari juga kapten pilot berdiri di dekat dirinya, "Let me talk to you guys, we've got a problem..."

Jillia melihat kerumunan orang bertambah banyak dan mempertanyakan kenapa pesawat mereka tidak lepas landas juga. "Bram lo gila? Biarin take off sekarang..."

"Janji sama aku kamu bakalan pulang sama aku..."

"I can't!" Jillia nyaris memekik dan kembali membuat penonton mereka semakin bertambah banyak. Dia memutuskan berbicara dengan pelan kepada Bram, "Ceraiin gue, Bram..."

"No way... Kali, not a chance i would do that..."

"Aku hamil anak Rival..."

"You what?!" Bram berteriak sekarang. Dia menatap tajam kepada Jillia sampai beberapa detik kemudian dia hampir saja tertawa, "No, Kalila. Kamu boleh hamil lagi tapi gak dengan anak orang lain selain aku!"

"Hamil lagi?"

"You're such a good liar, honey..." Bram yang masih tidak menyadari sudah salah bicara hanya mengambil satu tangan Jillia dan menggenggamnya hangat, "Kalo kamu mau anak aku bisa bikin kamu hamil lagi, tapi bukan Rival..."

"Bram..."

"Ya, Kalila?"

Jillia menaik turunkan tatapannya mencari-cari kebohongan Bram kepada dirinya. "Maksud kamu hamil lagi?"

Oh, snap. Bram menggigit bibirnya.

I G E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang