13 Dilema

849 64 30
                                    

jangan lupa voment guys...

Happy Reading...


"Kita harus cepat membawanya" ucap seorang laki-laki paruh baya dengan yakin

"apa kau tidak bisa menekannya lebih lama lagi?" wanita paruh baya yang duduk dihadapannya menatap dengan cemas. Laki-laki itu hanya menjawab dengan gelengan kepalanya, tidak ada kalimat yang terucap dari bibir laki-laki itu.

"secepat itukah kita akan berpisah dengannya?" Tanya wanita itu lagi mulai menangis

"dia harus kembali ketempat aslinya" jawab laki-laki itu, ada kegetiran disuaranya

Imel yang sejak tadi sudah tersadar mendengarkan percakapan orang tuanya diluar kamar. Buliran bening menetes dipipinya yang pucat. Dengan kasar dia menghapusnya, namun tetesan lain kembali menggantikan tetesan yang tadi. Sudah lama dia mengetahui rahasia yang disimpan dengan rapat oleh orangtuanya. Rahasia itu menyangkut tentang dirinya, asalnya, keluarga aslinya, dan tanggung jawab yang diembannya. Ya, dia memang bukan anak kandung dari orang tua yang memberikannya kasih sayang selama ini. ibu kandungnya sudah meninggal dan ayah kandungnya menitipkan dia pada ayahnya yang sekarang untuk dijaga. Hidup itu memang keras, semua butuh perjuangan dan pengorbanan bukan?

"Jhon! Kau dimana?" Imel memanggil Jhon kakak yang sanagat menyayangi dirinya dengan menggunakan mindlink, seperti yang sering mereka lakukan.

"aku sebentar lagi sampai rumah. Kau sudah bangun?" jawab Jhon yang entah berada dimana yang jelas tidak jauh dari rumahnya karena mash terjangkau oleh mindlink. Mindlink tidak akan bisa digunakan untuk berkomunikasi kalau jaraknya terlalu jauh dan tidak ada keterikatan antara pengguna mindlink.

"tidak. Aku masih pingsan" jawab Imel jengah dengan pertanyaan aneh kakaknya itu

"hei jangan becanda" balas Jhon sambil tertawa

"bodoh" gerutu Imel

"apa katamu?!"

"Jhon seriuslah..." kata Imel tidak tahan dengan kerisauan dihatinya

"hei ada apa denganmu? Ceritakan padaku"

"waktuku..."

"soal itu" Jhon mengerti apa yang sedang dirisaukan adiknya

"kau sudah tau?"

"ayah sudah menceritakannya padaku. Malam ini dia akan pergi untuk memberi tahu pada yang mulia" kata Jhon serius

"dan kau tidak menceritakannya padaku?" bentak Imel marah

"ayah melarangku untuk bercerita pada siapapun"

"aku tidak mau berpisah denganmu"

"wow, aku tidak tau kau sangat sayang padaku!! Ini keajaiban!!" teriak Jhon didalam fikiran Imel

"kau menyebalkan!" Imel memutuskan mindlik mereka

Imel bangun dari tempat tidurnya, dia melangkah menuju jendela yang terbuka membawa udara segar masuk kedalam kamarnya. Suara percakapan orangtuanya sayup-sayup masih bisa dia dengarkan mungkin mereka sekarang pindah kedapur. Imel memegang matanya yang sebelah kanan dengan tangan kananya lalu dia jatuhkan kembali dengan lemas. Sudah lama dia ingin mencoba sesuatu, tapi selalu ditepisnya. Mungkin sekaranglah saatnya dia untuk mencoba. Tidak ada salahnya bukan untuk mencoba?

Perlahan dia menutup matanya. Dipusatkannya seluruh kekuatan pada matanya. Dia mulai melafalkan mantra yang sulit untuk diucapkan apalagi dihafal. Hanya dirinya didunia ini yang bisa, ya hanya dirinya. Setidaknya itulah yang dia dengar dari ucapan ayahnya. Cahaya kemerahan menguar dari kedua matanya, cahaya itu semakin membesar. Imel merasakan kedua matanya sangat sakit, dia merasakan cairan kental keluar dari kedua sudut matanya. Mengabaikan rasa sakit itu, Imel terus melafalkan mantra membuat kedua matanya serasa ditusuk berjuta-juta jarum yang teramat meyakinkan. Darah yang keluar juga bertambah banyak. Darah itu menetes mengenai baju hitam yang dekenakannya dan lantai yang dipijakinya juga sudah tergenang banyak darah. Kini bukan hanya matanya saja yang mengeluarkan darah seluruh pori-pori ditubuhnya mengeluarkan darah. Badannya sangat sakit, dia terhuyung sedikit karena sakit disekujur tubuhnya.

Behind The EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang