5 Accident

855 72 3
                                    

Happy Reading...

jangan lupa Voment

Jassy, Clara, Laura, dan Imel duduk dimeja paling tengah. Mereka sedang menikmati makan siang dikantin bersama seluruh siswa dan guru. Sudah menjadi tradisi bagi sekolah finera untuk sarapan dan makan siang bersama dikantin. Itu dilakukan untuk menambah rasa kekeluargaan di sekolah Finera. Mereka makan sambil mengobrol dan sesekali tertawa ketika ada hal-hal lucu yang diceritakan. Clara yang sedari tadi melihat Imel hanya diam merasa cemas. Kemampuannya dalam mengetahui situasi dan perasaan seseorang membuat dia khawatir akan keadaan Imel. Semakin hari, Imel semakin pendiam walaupun dia memang terkenal pendiam tapi biasanya dia akan sesekali menanggapi obrolan mereka. Wajahnya juga terlihat lebih pucat dari biasanya karena memang wajah Imel akan selalu pucat ketika berada dikeramaian dan selera makannya juga berkurang akhir-akhir ini. Imel hanya mengaduk-aduk makanan didepannya tidak berselera, dia hanya memakannya dua sendok dan itu sudah membuatnya kenyang.

"aku tidak apa-apa" kata Imel yang mendengarkan fikiran teman-temannya

Clara, Jassy, dan Laura memandang Imel dengan tatapan khawatir. Mereka tau ada yang tidak beres sedang terjadi dengan Imel.

"aku akan menceritakannya nanti" kata Imel akhirnya, dia memang tidak akan pernah menang dari teman-temannya.

"bisakah kita melanjutkan makan kita sekarang?" Tanya Imel balik memandangi teman-temannya

"te-tentu" jawab Jassy kaget dengan tatapan Imel

"iya, tentu saja. Ayo kita habiskan" jawab Laura tidak kalah kaget dengan Jassy sedangkan Clara hanya mendengus dan mulai memakan makanannya kembali. Dia tau Imel tidak akan bercerita kepada mereka masalahnya, itulah yang dikatakan intuisinya dan intuisinya tidak pernah salah. Mereka kembali memakan makanannya tapi sekarang suasananya hening. Hanya terdengar suara-suara dari meja sebelah mereka. Imel menundukkan kepalanya, dia memejamkan matanya rapat, tangannya dikepal erat. Dia seperti tengah menahan sesuatu. Tanpa disadari, perisai pelindung yang selalu melingkupi Imel semakin menebal dengan perlahan, warnanya yang tadi transparan menjadi biru dan semakin terang.

"aw!!!" teriak Jassy yang duduk disebelah Imel. Lengannya berdarah tergores oleh pelindung Imel yang semakin menebal. Dengan cepat Clara menyebrangi meja yang memisahkan mereka dan memawa Jassy menjauh. Semua orang melihat kearah mereka, tidak terkecuali para guru yang ada disana. Imel yang tidak menyadari penebalan perisai pelindungnya melihat kearah Jassy dengan cepat. Imel melihat perisai pelindungnya yang menebal dan terjulur seperti api yang siap untuk menghanguskan. Dua orang siswa pria Nampak berlari cepat kearah mereka

"kamu tidak apa-apa? Aku mendengarmu berteriak tadi" kata salah seorang siswa pria yang ternyata adalah Harry pacar Jassy dan yang satu lagi adalah Nathan pacar Clara. Mereka berdua melihat pacar mereka masing-masing dengan khawatir. Harry melihat kearah lengan Jassy yang masih mengalirkan darah

"Astaga! Lenganmu kenapa?" Tanya Harry khawatir lalu melihat kearah Imel

Terdengar suara bisik-bisik dari orang-orang sebenarnya seluruh penghuni sekolah yang melihat kejadian itu. Imel memjamkan matanya, dilafalkannya sebuah mantra dengan pelan dan perisainya kembali normal seperti semula. Imel menatap Clara dan Jassy bergantian lalu tatapannya beralih menatap luka dilengan Jassy, dia berdiri dan bangun dari tempatnya duduk. Dia melangkah menuju Jassy. Langkahnya sempat dihalangi oleh Harry namun Harry menyingkir ketika dilihatnya tatapan tajam Imel.

"maaf" ucapnya pelan setelah didepan Jassy, lalu didekatkan tangan kanannya ketempat luka tadi. Cahaya hijau terlihat keluar dari telapak tangan Imel, seketika luka dilengannya Jassypun tertutup seperti semula. Imelpun menurunkan tangannya kembali.

Semua orang yang melihat kejadian itu berbisik-bisik kembali dan menunjuk kerah Imel dengan terang-terangan.

Salah seorang guru dengan nuansa pakaian yang semuanya serba berwarna putih dan janggutnya yang panjang serta rambutnya yang putih berjalan kearah mereka. walaupun janggut dan rambutnya putih tapi guru itu masih muda terlihat berumur tiga puluh tahun. Bisa ditebak kalau guru itu berasal dari klan Shefa yaitu penyihir penyembuh. Seluruh siswa yang berkumpul mengelilingi Imel, Jassy, dan Clara tadi terbelah memberikan ruang untuk berjalan

"Apa yang terjadi ?" Tanya guru itu penuh dengan wibawa

Jassydan Clara melihat kearah guru itu. jassy Nampak bingung apa yang harus dikatakannya, tidak mungkin dia akan bilang kalau perisai Imel telah melukainya.

"lengannya terkena garpu yang dipegang Imel" jawab Clara akhirnya

"benarkah?" Tanya guru itu lagi menatap Imel yang balas menatap datar, tidak terlihat ketakutan disana

"i-itu- benar, tadi garpu Imel tidak-se-sengaja me-lukai lenganku" tambah Jassy

Guru itu melihat Jassy dan Clara bergantian

"baiklah" katanya dan berbalik pergi. Langkahnya terhenti setelah dua langkah melewati Imel

"temui aku diruang guru setelah istirahat" katanya tajam pada Imel dan melanjutkan kembali jalannya tanpa menunggu jawaban dari Imel.

Kerumunan yang mengelilingi mereka mulai kembali ketempat masing-masing dan melanjutkan aktivitas mereka yang terhenti. Laura yang sedari tadi hanya diam menuju kerah Imel dia tampak khawatir

"kau tidak apa?" Tanyanya pada Imel yang hanya dibalas dengan anggukan. Laura lalu menuju kearah Jassy dan Clara yang sedang diintrogasi oleh pacar masing-masing. Dia menanyakan keadaan Jassy dan melihat lengannya tadi yang berdarah. Imel masih berdiri ditempatnya tadi, tangannya bergetar karena dia berusaha menahan sesuatu tanpa terlihat namun tidak ada yang memperhatikan. Oh salah, kecuali orang itu. Tanpa sadar Imel melihat kearah Joe yang sedang memandangnya lalu beralih ketangan Imel yang masih bergetar. Wajah Imel terlihat semakin pucat dan nafasnya tersengal. Melihat itu Joe mengambil langkah menuju kearah Imel dengan langkah tergesa. Imel menggelengkan kepalanya menyuruh Joe untu berhenti. Namun, melihat keadaan Imel yang tidak baik-baik saja membuatnya mengacuhkan larangan itu.

"jangan mndekat lagi!" kata Imel tajam pada Joe yang sudah beberapa langkah didepannya

Semua orang melihat kearah mereka lagi. Imel menjadi bahan tontonan untuk kedua kalinya. Tangannya sudah tidak terlalu bergetar seperti tadi, namun nafasnya masih tidak beraturan. Wajah Imel juga terlihat seputih kertas, tidak terlihat adanya aliran darah.

"kamu terlihat tidak baik-baik saja" kata Joe tenang

"aku baik-baik saja" jawab Imel perlahan yang hanya bisa didengan oleh Joe

"oh ya?" Tanya Joe sarkas dan melanjutkan langkahnya kembali.

Imel memundurkan langkahnya, dengan cepat Joe menarik lengan Imel. Jassy, Clara, dan Laura terkesiap melihat itu, mereka membelalakkan matanya tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Imel berdiri mematung. Tangannya sudah berhenti bergetar. Tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga, kepalanya terasa pusing. Dunia terasa berputar. Suara bising yang didengarnya tadi semakin berkurang dan perlahan semakin mengecil dan tidak terdengar suara apapun. Sepi dan gelap.

Behind The EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang