11 Sihir Ilusi (2)

911 65 7
                                    

Voment ditunggu

Happy Reading

 

Imel sudah siap menerima bola api itu dia memejamkan matanya bersiap menerima rasa sakit yang menerpa tubuhnya. Satu jengkal lagi bola api itu akan mengenai tubuh Imel dan seseorang tiba-tiba berdiri didepannya dan menghancurkan bola api itu dengan mudah.

"kalau mau mati jangan sekarang!" kata orang didepannya yang ternyata adalah Joe

Imel meghela nafasnya "kau mengacaukan usahaku" kata Imel membuat Joe bingung

"jangan melawannya" kata Imel yang semakin membuat Joe bingung

"semuanya hanya ilusi" lanjutnya lagi

"wah wah wah ada pahlawan rupanya disini" kata Robert

Imel dan Joe melihat kearah Joe dengan kesal. Joe melihat lagi kearah Imel melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki Imel dengan intens. Imel merasa gugup dilihat begitu oleh Joe.

"kau tidak papa?" Tanya Joe khawatir melihat luka-luka ditubuh Imel

"a..aku baik-baik saja" jawab Imel gugup

"mukamu merah, apa ada yang salah?" Tanya Joe cemas melihat wajah Imel yang memang merah

Imel membalikkan badannya cepat. Dia memegang kedua pipinya yang semakin memerah dengan tangan. dia merasa malu setengah mati.

"Hei hei sekarang bukanlah saatnya untuk bermesraan" Robert jengkel melihat kedua tingkah remaja didepannya

Joe melihat kearah Robert sinis. Tatapannya tajam dan dingin membuat nyali Robert sedikit ciut merasakan aura yang meliputi Joe. Robert menyadari kalau sekarang posisinya tidak menguntungkan, dia harus memikirkan strategi yang bagus agar dia bisa selamat. Melawan dua penyihir walaupun umurnya lebih muda darinya bukanlah hal yang mudah.

Robert menyatukan tangannya didepan dada lalu merapalkan mantra dengan memejamkan matanya rapat, mengumpulkan fokus pada titik tangannya. Asap muncul dari arah tangan Robert yang masih menyatu. Asap itu semkain lama semakin membesar hampir melingkupi seluruh tangan Robert. Joe melihat itu dengan penasaran, Imel yang sudah mengerti apa yang akan dilakukan Robert membuka kembali perisai pelindung yang sejak insiden pada saat makan bersama terjadi diseegel dan tidak digunakannya.

"sebaiknya..."

Belum selesai Imel memberitahu Joe asap yang sangat tebal menyelimuti mereka, menghalangi penglihatan dan mengganggu pernafasan. Joe terbatuk-batuk karena menghirup asap itu. dengan refleks ditutupinya hidung dan mulut dengan tangannya. Perlahan asap itu semakin menipis dan menghilang. Imel melihat kearah Joe khawatir.

"kau tidak papa?" Tanya Imel

Joe berbalik melihat kearah Imel yang ada dibelakangnya. Namun bukan jawaban yang didapatkan Imel tapi Joe malah menyerangnya dengan mengayunkan kepalan tangannya kearah Imel. menyadari situasi yang tengah dihadapinya, Imel segera menyingkir dan menebalkan perisai pelindungnya. Melihat Imel yang berhasil lolos dari serangannya Joe kembali menyerang Imel. kali ini dia mengeluarkan sihir apinya berusaha untuk menembus perisai pelindung yang melingkupi Imel. serangannya terus membabi buta. Imel tidak menyerang balik Joe dia hanya menghindari serangan itu.

"Hei sadarlah" teriak Imel kearah Joe yang terus mengejarnya dengan lemparan-lemparan api

"diamlah pak tua!" balas Joe geram

"aku bukan dia!" bentak Imel namun tidak dipedulikan oleh Joe

Robert tersenyum senang melihat pertarungan itu. tidak mlewatkan kesempatan itu, Robert memundurkan kakinya dan berbalik berlari menjauh dari tempat itu. Imel yang melihat Robert pergi menjauh menggeram kesal. Diapun berlari mengikuti arah Robert berlari. Tapi Joe tanpa ampun terus melancarkan serangannya membuat Imel menjadi kewalahan. Imel menggeram kesal, dia berlari mempertebal perisai pelindungnya agar tidak tertembus serangan bola api Joe. Imel mengeluarkan sihir penyembuhnya dan berjalan mendekati Joe, melihat Imel yang mendekat membuat Joe mengeluarkan bola api yang lebih besar lagi dan terus menyerangnya tanpa ampun.

Behind The EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang