prolog

6.3K 567 141
                                    

           

Terkadang ada saja hal di dunia ini yang rasanya sulit untuk dipercaya. Seberapa pun kuatnya niat untuk menerima, kalau hati masih berputar dalam fase penolakan, semuanya akan sia-sia.

"Ini bukan salah kamu, so please stop blaming yourself. Everything will be alright."

Aina terus mengingatkan dirinya akan kalimat tersebut. Kalimat yang selalu dilontarkan oleh suaminya setiap kali ia memergoki Aina tengah menangis dalam diam.

Everything will be alright.

Satu kalimat sederhana yang menurut kebanyakan orang manjur sekali untuk membawa keoptimisan dalam diri. Manjur memang. Setidaknya untuk satu bulan pertama setelah kejadian itu. Pada bulan-bulan berikutnya kalimat tersebut hanyalah sebuah kalimat kosong yang tidak ada makna lagi untuk Aina.

Aina kecewa karena ia sudah membuat keluarganya, dan juga keluarga suaminya sedih. Aina pun menderita karena harapan yang telah ia bangun bersama suaminya itu harus pupus. Dan Aina merasa semua ini terjadi karena Tuhan sedang menghukumnya.

"Bu, ini sudah jam 10. Mending ibu pulang ya, bu? Kan gak boleh cape-cape. Gak usah lembur begini terus bu, kan ada saya." Perkataan dari Ririn, manajer butik milik Aina itu membuyarkan segala konsentrasi Aina.

Oh, Aina bahkan lupa ini sudah satu minggu Aina menyibukkan diri di butik. Mengerjakan hampir semua keperluan butik. Pekerjaan yang sebenarnya sudah ia delegasikan kepada Ririn dan beberapa karyawan lain. Bahkan pernah Aina sampai tidak pulang. Semua demi membuat distraksi dari rasa kalutnya yang sudah berjalan hampir selama enam bulan.

"Gak apa-apa, Rin. Saya masih harus ngecek pengiriman sama yang mau dijahit apa aja buat model baru. Kamu kalau mau pulang, pulang aja jangan khawatirin saya."

Benar. Aina sudah tidak sanggup menghadapi semua kekhawatiran orang-orang sekitarnya. Khawatir akan keadaannya. Khawatir akan kebahagiaan nya. Dan khawatir akan kemungkinan yang diberikan oleh dokter enam bulan lalu.

Toh memang pada akhirnya, semua kekhawatiran itu malah membuat beban Aina semakin berat. Dimana ia sendiri pun tidak tahu, apakah Tuhan masih akan memberinya waktu untuk menjalani hidupnya di tengah keluarga kecil yang selalu ia dambakan.

metanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang