5

2.1K 407 63
                                    


"Gimana liburannya?" pertanyaan tersebut langsung dilontarkan oleh Lea begitu Aina masuk ke ruangan kerja. Aina yang tampak berbinar itu menjawabnya dengen cengiran. "Seneng banget kayaknya nih."

"Siapa yang nggak seneng, Le, kalau liburan."

"Nggak sia-sia emang ya suami lo ngelobby gue biar gue ngasih lo izin buat libur. Do I get a credit?"

"Of course you do," Aina menghampiri Lea dan memeluknya erat. "Thank you."

"Anything, Na, demi lo happy lagi." Lea membalas pelukan Aina tak kalah eratnya. "Bener happy tapi kan lo?"

"Bener kok. Selama disana gue nggak mikir yang lain selain dia sama liburan kami. Oh, shopping too. Otak sama hati gue kaya fresh lagi rasanya." Ingatan Aina otomatis kembali pada liburannya dengan Reza minggu lalu. Bagaimana mereka menghabiskan waktu di Jepang hanya berdua. Seperti mengulang honeymoon di tempat yang berbeda.

Reza hampir tidak pernah menolak ajakan Aina untuk pergi ke beberapa tempat disana. Toh memang inti dari perjalanan itu adalah membahagiakan Aina. Kecuali saat Aina meminta untuk ditemani berkeliling Seibu pada malam hari, padahal dari pagi hingga hampir sore di hari yang sama mereka sudah menghabiskan waktu di Muji. Walaupun memang kedua tempat itu berada di daerah yang sama, rasanya Reza enggan untuk memaksa kakinya untuk menelusuri shopping spot dari lantai bawah sampai lantai paling atas, dua kali di hari yang sama.

Women and their desire for shopping.

Taman hiburan pun tidak mereka lewatkan. Mumpung lagi di Jepang, lebih baik dimanfaatkan. Daripada tidak didatangi dan menyesalinya begitu sampai di Indonesia.

"Kita nanti mau ke Disneyland atau Universal Studio?" tanya Aina saat keduanya sedang istirahat habis belanja di Shinjuku.

"Kamu pasti lebih pengen ke US? Karena ada Wizarding World kan?"

"IYA." Jawab Aina penuh semangat.

"Yaudah paling lusa ya kita kesana? Berangkat subuh dari sini atau mau check out hotel aja biar nginep disana?"

"Nggak usah check out aja apa ya? Tapi nginep paling sehari disana biar nggak capek pulangnya."

"Nanti lah kita pikirin lagi yang penting ke US. Biar kamu nggak penasaran." Ucap Reza yang kemudian dijawab anggukan oleh Aina. Dan ternyata memang benar, ketika mereka berdua menghabiskan waktu seharian di Universal Studio, rasa penasaran itu terbayar sudah. Puas dan senang sekali. Apalagi Reza dan Aina sama-sama penggemar berat Harry Potter. Walaupun mereka menyukai house yang berbeda. Yang satu Ravenclaw, yang satunya lagi Hufflepuff.

"Lo nggak ke Korea?"

"Ya engga kan gue ke Jepang, Kalea. Lo pikir nanti di tengah perjalanan gue parachuted ke Korea gitu?"

"Iya," Lea terbahak membayangkannya. "Terus bawa pulang mas oppa ganteng buat gue satu."

"In your dream. Eh gue bawa oleh-oleh buat lo." Aina memberikan satu shopping bag besar yang sedari tadi ia bawa kepada Lea.

"Uuuu sweet banget. Tau aja lo bakal nggak gue anggep sahabat kalo nggak bawa oleh-oleh," Lea mulai mengeluarkan satu per satu isi dari tas itu. "Seriously? You know I don't even watch them." Protes Lea saat mengeluarkan mug bertuliskan Hogwarts di sekelilingnya.

"Sengaja biar lo inget terus sama gue." Aina tersenyum manis yang terkesan meledek Lea. Tapi eskpresi Lea berubah saat ia menemukan turtle neck dan heels.

"AAAAA ini lucu banget! Gue suka banget! Heels nya mau gue pake buat meeting sama klien minggu ini!" muka Lea langsung berbinar saat mencoba sepasang heels tersebut. Ia memutar tubuhnya memastikan pada Aina bahwa dirinya terlihat cocok sekali dengan heels itu.

"Ada satu lagi itu lo belum liat."

"Apa?" Lea kembali duduk dan melihat ke dalam tas tadi. "Gila emang lo, Na."

Aina tertawa puas sekali melihat ekspresi Lea saat mengeluarkan a semi-transparent nightgown. Lea tidak berhenti memutar bola matanya dan menghela napas ketika ia melihat jelas nightgown tersebut.

"You are very welcome, Kalea~."



*****



Memang benar ya, apa yang orang bilang. Liburan itu hanya sekedar short escape. Nanti pada saat sudah kembali ke rumah, kita harus berhadapan lagi dengan realita kehidupan. Yang terkadang membuat ingin terus liburan. Tanpa beban, tanpa harus bergelut dengan peliknya hidup.

Euphoria liburan bagi Aina hanya berdampak selama kurang lebih satu minggu. Moodnya bagus sekali. Tidak ada waktu dimana ia akan berdiam diri, bersedih, dan menghindar lagi. Hal itu disambut baik oleh Reza. Senang rasanya melihat Aina kembali seperti dulu. Pilihan yang tetap sekali memang membawa Aina liburan.

Tapi toh pada akhirnya, kenyataan tidak bisa terus dihindari. Pada akhirnya, dilema itu kembali menerpa Aina. Dilema untuk menghadapi dokter.

Sebenarnya Aina sudah menunda untuk menemui dokter selama beberapa minggu terakhir. Trauma rasanya, dan takut. Takut dengan apa yang akan disampaikan oleh dokter. Takut kalau semuanya tidak akan sesuai dengan yang ia perkirakan. Takut kalau kabar baik itu tidak akan berpihak padanya. Walaupun memang apa yang disampaikan oleh dokter bisa saja dipatahkan oleh kekuasaan Tuhan, tetap saja rasa khawatir itu ada.

Mungkin Tuhan terlalu sayang Aina dan Reza. Sehingga keduanya harus menghadapi ini semua.




"Za!! Aku hamil!"

metanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang