Di sebuah pulau kecil yang dikelilingi oleh angin dan lautan, serta ditumbuhi banyak pohon pinus dan rerumputan muda. Pulau itu bernama Pulau Kucing, karena para penghuni tetapnya adalah para kucing.
Ada dua belas kucing yang tinggal di sana, salah satunya adalah Cindy, kucing betina dengan bulu berwarna kuning yang bersih. Cindy sedang duduk di pasir pantai sambil mengunyah anak kepiting yang baru saja ditangkapnya.
Angin sejuk dari barat laut datang dan menerpa wajahnya, bulu-bulunya berdiri, namun Cindy sangat senang dengan kesejukan itu. Dari arah kanan muncul dua kucing kembar berwarna kelabu, mereka adalah Biip dan Beep. Biip dan Beep muncul tergesa-gesa menemui Cindy.
"Kakak Cidy!" seru mereka dengan gembira. "Kami baru saja menangkap dua tikus mondok, mereka kembar seperti kami."
Biip dan Beep memiliki kebiasaan yang lucu, mereka selalu berbicara sama persis satu sama lainnya dengan waktu yang bersamaan.
Saat Biip dan Beep memperlihatkan tikus tangkapan mereka, tiba-tiba ada suara teriakan minta tolong dari kejauhan. Para kucing pun bergegas pergi ke arah suara. Suara itu ternyata milik Tompe, kucing berbulu coklat gemuk yang di kelilingi para bangau.
"Ayo kucing baik, kucing imut, kucing manis, kucing penuh gula, kucing karamel, kucing sayang," kata beberapa bangau merayu Tompe agar mau naik ke rakit kayu, namun Tompe tetap tidak mau naik, dia takut dengan air.
"Aku bukan kucing manis! Dasar kepala burung!" balas Tompe.
Seekor bangau bertubuh paling jangkung dan besar muncul, dia adalah Lilie Don Cico pemimpin para bangau.
"Cepat suruh para kucing naik! Badai sudah hampir sampai ke sini!" seru Don Cico.
Cindy, Biip, dan Beep nampak bingung, mereka melihat para kucing naik ke sebuah rakit kayu sambil dibantu para bangau. Terlihat seekor kucing berwarna hitam dengan perut berwarna putih sedang menjilati bulu-bulunya di atas rakit, dia adalah kucing jantan bernama Jack.
"Jack!" teriak Cindy sambil melompat kerakit dan menemui jack. "Ada apa ini?"
"Tanyakan saja pada Kakek penyu," jawab Jack sambil menunjuk kearah seekor penyu besar yang sedang mengawasi awan hitam yang bergerak kearah mereka.
"Kakek Penyu," seru Cindy dari atas rakit. "Apa yang terjadi?"
"Umurku sudah dua ribu seratus tahun, aku sudah menyaksikan seratus empat puluh sembilan kali pulau ini tenggelam, dan seperti ini lah pertandanya, awan hitam berkumpul menjadi badai dan datang ke pulau, badai membawa ombak besar akibat tiupan angin, lalu pulau tersapu ombak dan hilang dalam beberapa bulan." Jawab Kakek penyu.
"Lalu bagaimana?"
"Kita harus mengungsi ke daratan."
"Kita akan ke Bali," balas Jack.
Don Cico muncul, tubuhnya begitu tinggi, warna bulunya hitam, tatapnya sangat tajam dan jahat. Cindy melihat sosok Don Cico sangat ngeri.
"Jack," bisik Cindy. "Mengapa para bangau dari keluarga Don Cico ada disini bersama kita, merekakan malfia."
"Tenang, mereka di sini untuk membantu kita pergi. Aku sudah memberikan hadiah pada Don Cico berupa dua keranjang kepiting. Kejahatan itu kadang-kadang suka fleksibel."
"Jack, apa kauyakin kita ke Bali?"
Don Cico mendekati mereka.
"Kemana kita pergi?" tanya Don Cico dengan suara yang berasal dari ketukan paruhnya.
"Seperti rencana sebelumnya, kita akan ke Bali, ke kampung halamanku," jawab Jack.
"Kalau begitu, jelaskan tujuanmu pada Gilder navigator keluargaku. Gilder!"
"Siap bos, silahkan deskripsikan tujuan anda," kata Gilder sang bangau navigator
"Pokonya kita ke Bali. Ba, li." Kata Jack cemberut sambil menujuk kearah utara, entah mengapa dia tidak suka dengan Gilder.
Gilder melihat cara Jack menjelaskan agak bingung, dia mengelus paruhnya perlahan.
"Yang anda tunjuk adalah 0 derajat lintang utara, itu adalah Surabaya. Arah 20 derajat lingtang utara adalah Madura. Arah 50,44 derajat lintang utara itu baru arah Bali." kata Gilder menujuk kearah lain.
"Bukan, bukan, Bali ada disana, aku kucing asli Bali, aku tahu dimana letak bali" kata Jack berkeras.
"Begini," kata Gilder sambil mengeleng. "Arah garis bujur A dan B. Dari tata letak georafis pulau ini. Dengan mengacu pada arah tiupan angin barat laut dan arah matahari tenggelam, juga arah bintang salib pari, denga patokan garis lintang utara nol derajat -"
Tiba-tiba Don Cico mencengkram paruh Gilder dengan kakinya. "Cukup Gilder! Maaf Jacky Boy, Gildey Boy memang suka usil."
"Aku tahu kemana arah yang benar," kata Jack cemberut.
Don Cico menganguk, dia berbisik pada Gilder. "Jangan cari masalah Gildey Boy! Jangan repot-repot! Dia hanya kucing pikun."
"Maksut saya bos, kita tidak bisa membiarkan kesalahan terjadi, karena yang bakal repot kita semua."
"Cukup! Pokonya mereka mau Ke Bali atau ke Medan terserah! pokoknya kita antar, lalu kita pulang, jangan sok tahu! Oke Gildey Boy!" kata Don Cico marah. "Kalau semuanya sudah siap kita berangka. "
"Oke, kita berangkat," kata Jack dengan yakin.
"Jack, aku merasa ada yang kurang, tapi aku tidak tahu," balas Cindy.
"Kita berangkat Cicoy," kata Jack tidak mepedulikan Cindy.
"Oke! Gildey Boy!" seru Don Cico.
"Siap bos!" Balas sang navigator. "Nol derajat arah utara! Surabaya! Eh anu, Bali, berangkat," seru Gilder dan rakit pun ditarik oleh dua puluh lima bangau yang terbang ke udara. "Biar saya laporkan, badai akan sampai ke Pulau Kucing dan menenggelamkan pulau dalam waktu kurang lebih dua puluh menit lagi."
"Ini seperti perahu putih yang ditarik para angsa di kisah Sirmarilion," kata Don Cico pada para kucing sambil tersenyum jahat.
"Rakit ini memiliki panjang 9 meter dan lebar 4 meter, berat 20 kg, di tambah berat beban tambahan kurang lebih 52 kg. Melihat kecepatan angin persekon, dan ketinggian rata-rata gelombang laut. Dengan kekuatan tarikan 25 bangau, kita memiliki kecepatan min 9 km per jam dan max 132 km per jam. Di perkirakan kita sampai ke Surabaya, eh Bali, dengan waktu kira-kira 7 jam 7 detik." Kata Gilder menjelaskan.
"Bagus sekali Gildey, kita bahkan melampaui kecepatan Skatebord. Itu karena mesin Skatebord hanya setara dua puluh tarikan anak marmut." kata Don Cico dengan yakin.
"Rasanya, tarikannya enteng sekali," kata salah satu bangau penarik.
"Iya, karena yang kalian tarik hanya rakit kayu dengan muatan dua bangau dan sepuluh ekor kucing,"balas Gilder.
"Masa?" tanya Don Cico dan Jack sambil saling pandang. "Eh! Cuma sepuluh kucing!? Artinya ada dua kucing yang ketinggalan di pulau! Ya Tuhan."
"Jack!"
===== Mohon bimbingannya para Master =====
@cha2_riyadi @princessteacha @JuliaRosyad9
@sicuteaabis @ohmytensionfly @awtyaswuri
@Tree_Noktah @SerAyue @simbaak @veaaprilia
@RainbowTears15 @Bea-nih @VentusHikari @rioni_rin
@Pethra_Trayeth @PenaGieska @Re_Sankyu @KenAzka78
YOU ARE READING
The Sea Bell
FantasyKakek penyu meminta para kucing segera meninggalkan pulau, karena akan ada badai yang membawa gelombang besar, Pulau Kucing akan tegelam karenanya. Semua kucing pun bergegas meninggalkan pulau, namun para kucing lupa membawa dua anak kucing Sea dan...