Chapter 11: Kelelawar - Hyper Stoper

10 0 0
                                    

Masih di dalam mimpi Bell. Bell masih duduk didekat Sea yang tidak bangun mulai pagi tadi, bahkan ini sudah hampir jam 9 malam. Bell sangat cemas, sampai muncul kelelawar hitam bertopi kopral dan membawa sebuah skop, dia mengetuk jendela, dan Bell membukanya.

"Ada apa tuan kelelawar?" Tanya Bell.

"Nama ku Flying Beni, aku kebetulan lewat dan kelihatanya kau ada masalah," kata si kelelawar yang suaranya murip cicitan tikus.

Seperti para kelelawar kebanyakan, mereka para kelelawar memiliki lebih dari satu nama. Para kelelawar memiliki nama asli dan nama kode, nama asli hanya akan diberi untuk sesama kelelawar dan nama kode diberi tahu untuk yang bukan kelelawar, nama asli kelelawar Flaying Beni itu adalah Hyper Stoper.

Kebanyakan para induk kelelawar mereka sering menamai anak mereka dengan nama yang aneh, lucu, konyol, dan kekanak-kanakan, seperti Merry Jogret, Guiyagh Dangduth, Sueker Nguifil, Luagi Mencriet, Ebank Cruendoll dan lain-lain, dan banyak lagi, dan sebagainya, dan seterusnya.

Roser Dragon, si anjing helder kejam berwarna hitam penjaga desa pinus akan tertawa berminggu-minggu bila diceritakan nama-nama kelelawar.

Bell memandang sedih ke arah Sea yang tidak bangun-bangun.

"Kakak, dari tadi dia aneh."

"Biar kuperiksa," kata Beni.

Beni menyentuh hidung dan leher Sea, lalu dia mengeleng,"maaf Bell, dia sudah pergi."

"Kakak," kata Bell sedih.

"Tapi untung lah Bell, kau masih bisa bersama Sea," kata Beni tersenyum, "bila kau, masih mau bangun pagi ini."

Tiba-tiba Bell terbangun dari ranjang karena pelukan Melinda, Melinda selalu memeluk Bell bila dia baru bangun. Melinda mengambil handuk dan bajunya, lalu mengendong Bell pergi menuju dapur.

"Ibu sarapan pagi ini apa?" Tanya Melinda.

"Nasi kebuli dan abon tuna sayang," kata ibu. Ibu melihat kearah Bell yang digendong Melinda.

" wah kucing kita benar-benar tambah besar, dia seperti bantal, apa ibu kurangi saja jatah makannya?"

"Jangan bu, biarkan saja, semakin besar, semakin enak dipeluk."

"Sayang kelihatanya ada yang aneh," kata ibu pada Melinda. "Kucing hitam kita dari tadi diam saja dibawah meja, biasanya dia akan keluyuran berkeliling rumah."

"Ada apa? Apa dia sakit bu?" Kata Melinda berjongkok melihat ke arah bawah meja makan.

Bell tiba-tiba turun dari pelukan Melinda.

"kakak, ada apa? Aku jadi khawatir," tanya Bell.

"Bell, kita punya teman baru," kata Sea sambil duduk membulatkan tubuhnya.

"Siapa?," tanya Bell.

"Jadi ini adik anda master. Selamat pagi Master Bell," kata Candidus.

Bell yang melihat Candidus melilit didekat kaki meja tiba-tiba menangkap kepala Candidus.

"Hei apa yang anda lakukan Master Bell?" kata Candidus kaget kepalanya digigit oleh Bell.

"Jangan Bell, dia teman," kata Sea, "maaf One Ring itu insting."

Bell melepas gigitanya, "kakak."

Melinda dan Ibu berjongkok melihat ke bawah, tiba-tiba mereka menjerit histeris saat melihat Candidus, namun kelihatanya si Candidus jinak.

"Jangan melawan ular, atau kauakan jadi dompet kulit," bisik Sea pada Candidus.

Melinda menyentuhnya dengan ujung tongkat sapu, Candidus hanya diam saja. Candidus membuat perjanjian dengan Sea bahwa seharian penuh dia tidak akan mengigit atau macam-macam, dan mau ditangkap untuk diserahkan pada pak camat, bila Candidus tidak mau maka Sea mengancan akan memakannya.

Melinda memasukan Candidus ke dalam toples kerupuk kosong, dan melaporkan hal ini ke pak camat.

Setalah di hubungi, pak camat langsung tancap gas ke rumah Melinda. Dia terkrjut saat melihat toples berisi Candidus.

"One Ring!," teriak pak camat.

Pak camat langsung menelphone dinas penangulangan hewan, pegawai dinas agak kesal karena ditelphone terlalu pagi, pegawai dinas berjanji akan mengirim orang 2 jam lagi, tapi karena cemas pak camat hampir setiap lima menit sekali menelphone kantor dinas penangulangan hewan sampai akhirnya pegawai dinas disana mematikan telphone mereka.

Pak camat dengan banga memberilan uang hadiah kepada Melinda dan sebuah kaos bola clup Barcelona walau terlalu kebesaran.

Akhirnya petugas dinas penanggulangan hewandatang, mereka tertawa, menertawakan penduduk desa pinus yang begitu ketakuatan hanya karena ular kecil, lucu dan konyol penduduk disini pikir mereka, dan hari ini mereka membawa ular itu, rencananya akan di kirim langsung ke Jakarta, namun sayang saat di perjalanan karena tanah tidak rata toples terguncang-guncang, lalu tutupnya terbuka, dan keesokan harinya sebuah berita di surat kabar terpampang dihalaman paling depan dengan tulisan tebal dan besar "PARA PEGAWAI DINAS PENANGULANGAN HEWAN SETEMPAT DITEMUKAN TEWAS DIPERJALANAN, AKIBAT DIGIGIT ULAR DIDALAM MOBIL."

The Sea BellWhere stories live. Discover now