Chapter 9: Ular Wering - Bugarus Candidus II

16 0 0
                                    

"Hai Ular, dari mana kau datang?" Tanya Sea dengan mata menyala kehijauan dan duduk di atas meja.

"Dari India, negeri para kobra," kata Candidus membual lagi.

Kucing dan ular adalah binatang yang tidak bisa akur. Ular adalah binatang petapa, menyukai ketenangan dan kedamaian, sementara kucing adalah jenis binatang yang  berisik dan suka usil, apa lagi anak kucing, mereka suka menangkap sesuatu yang bergerak dan membuat mereka penasaran. Para anak kucing itu mengeong, melompat, menyergap, mengigit dan mencakar, mereka sangat nakal.

Dahulu kala bertahun-tahun yang lalu, Faciuatus Krait si ular wering paling mematikan. Banyak kambing, sapi, dan kerbau juga bahka  manusia tewas kejang-kejang karena gigitanya. Krait adalah ayah dari Candidus. Krait adalah ular kejam yang paling ditakuti di zamanya. Dia membunuh siapa saja yang membuatnya kesal, kecuali kucing, para kucing itu nakal, nakal sekali, Bob si kucing nakal.

Seekor kucing jantan berwarna kuning, putih dan hitam, namanya adalah Nudel Bob. Bob sangat nakal, suka mencuri ikan di aquarium, suka mencakar sofa, kencing sembarangan, dan buang air besar di halaman rumah orang. Bob terlalu bersemangat. Tanpa malu saat terpergok melakukan kenakan, dan tanpa rasa bersalah, dia hanya tersenyum dan mengeong, "meooong."

Bob si kucing begitu nakal, dia melihat Krait merayap di jalan aspal, bagai disuntik hormon adrenalin, si kucing nakal itu menggejarnya dan mengigit leher Krait seperti kucing gila.

Bob mengunci leher Krait dengan rahangnya dan tidak mau melepasnya.

"Sarapan, sarapan," kata Bob, Bob senang.

Namun untung saja Krait selain mematikan juga ahli membuat lelucon, dia membuat lelucon tentang Sparki si anjing buldog. Mendengar lelucon Krait si kucing Bob tertawa terpingkal-pingkal, gigitanya pada leher Karait terlepas, dan dengan cepat Krait berusaha mematuk leher Bob, namun gerakan Krait terbaca oleh Bob. Dengan marah Bob memukul kepala Krait, Krait pingsan dijalan berasapal, lalu Bob pergi meningalkanya.

"Semua ular sudah gila," kata Bob yang terkejut saat Krait tadi hampir saja mamatuknya, dan Krait yang malang, sebuah truk es grim melindasnya sampai gepeng.

Anjing suka mengendus dan mengejar ekor ular, tapi para kucing memiliki insting kuat untuk menangkap kepala ular, bau amis ular membuat nafsu pembunuh meraka naik sampai kekepala.

Candidus tahu benar bahwa hantu di rumah Melinda adalah kucing, Candidus pernah beberapa tahun yang lalu bertemu Catylove si kucing hutan betina bertotol seperti macan, namun saat Candidus menggunkan sensor panas disekitar mata dan mulutnya, setelah diterjemahkan oleh otak, hantu itu memang mirip kucing, namun tiga kali lebih besar dari Catylove, hal ini membuat Candidus ragu kalau hantu itu adalah kucing.

"Memangnya ada kucing sebesar ini, tapi bila dia adalah kucing maka aku dalam bahaya" pikir Candidus, maka Candidus memutuskan untuk segera pergi, cepat-cepat merayap menuju celah pintu, namun terlambat.

Sea tiba-tiba turun dari meja dan mendarap tepat dibelakang Candidus. Candidus tiba-tiba merasa suhu ruangan sedingin lemari es, perutnya terasa beku dan dia tidak sangup untuk merayap karena ketakutan, Sea tiba-tiba menerkam dan mengunci lehernya.

"Cemilan, cemilan," kata Sea dengan nakal.

Ternyata benar hantu itu adalah kucing, tapi kenapa dia besar sekali pikir Candidus, maka Candidus pun membuat tipuan licik.

"Tunggu tuan kucing, aku punya penawaran bisnis untuk kucing manis seperti gula dan baik hati sperti anda. Karena aku sayang nyawaku," kata sang ular mengiba. "Bisnis yang membuat bulu hitammu mengkilat dan lemakmu berkurang."

"Lemak?" Pikir Sea, ya ampun tubuh Sea benar-benar berlemak, itu karena ibu Siska selalu memberi Sea dan Bell makanan, bahkan lima kali sehari dengan daging ikan dan nasi, belum lagi Melinda suka memberi mereka susu dan kue manis saat malam, seperti para kucing nakal kebanyakan, Sea dan Bell rajanya kalau soal urusan makan.

"Ya ampun, lemak ditubuhku harus berkurang," Sea tidak suka dengan tubuhnya yang berlemak, tapi sama seperti adik kucing Bell, mereka makan terus.

Sea tergoda dan melepaskan Candidus, Candidus yang licik sudah menunggu hal ini, dengan cepat setelah lehernya dilepas oleh Sea, Candidus tiba-tiba mematuk leher Sea, oh tidak... Sea.

The Sea BellWhere stories live. Discover now