Mawar Merana

11 0 0
                                    

Dahulu di mana para raja-raja Banjar dan Demak bertahta, hidup lah peri bernama Harmet atau loceng kayu dalam bahasa manusia.

Harmet peri kecil berkulit coklat tua dan keras sepeti kayu, rambutnya hitam pendek tegak sepeti sapu, matanya coklat terang, tubuhnya hanya setinggi belalang, dia memiliki antena panjang dan dua buah sayap seperti sayap kumbang.

Harmet adalah pembawa pesan raja-raja Banjar ke raja-raja Demak. Suatu hari dia berlayar ke sungai Barito, dengan perahu dari ranting dan layar dari daun kering.

Dalam perjalanan Harmet bertemu dengan seorang peri bunga bernama Mawar Merana. Sang Mawar selalu sedih dan merana. Dia meratap di air sungai, nyanyiannya begitu pilu, seakan-akan dia dirundung seribu duka, sang mawar juga kadang menangis tersedu-sedu.

"Aduh hai! Siapa pemilik hati ini! Siapa jodohku nanati? Pangeran mana yang akan mepersuntingku? Mengapa aku sendirian! Di mana belahan jiwa ku? Apa dia masih milik orang! Tidak kuat aku begini, sakit dan hampa tanpa pasangan jiwa," kata sang peri bunga tersedu-sedu tak tahu malu.

Peri bunga begitu cantik, kuning bersih kulitnya, rambut dan gaunya berwarna hijau lumut, matanya cerah bercahaya, sayapnya indah bagai kupu-kupu dan merah merekah bagai mawar.

"Si orang gila. Si wanita gila. Sinting luar biasa!" pikir Harmet melihatnya dengan aneh.

Setiap pelayaranya ke sungai Barito Harmet selalu melihat peri bunga bersedih, layaknya seperti pemain opera pecundang dia bersedih tak tahu malu.

Namun lama ke lamaan Harmet besimpati padanya. Hramet mendatangi peri bunga Mawar Merana dan berkata, "apa yang membuatmu bersedih wahai wanita?"

"Aku sedang memikirkan belahan jiwaku, dia jauh ada disana tapi aku tidak tahu siapa dia?" kata sang peri bunga sambil menutup mulutnya dengan linangan air mata.

"Kalau boleh tahu siapa dia? Master ku Sultan Adam, dia raja Banjar, mungkin dia bisa membantumu," kata Harmet.

"Siapa kau wahai peri?" tanya peri bunga.

"Penjelajah sekaligus pembawa pesan raja," kara Harmet.

"Sayang sekali," kata peri bunga, "yangku butuhkan adalah pangeran berbadan tegap, bukan kacung sutuhan manusia sepertimu."

"Kalau begitu selamat siang," kata Harmet cepat-cepat pergi. Wanita gila pikir Harmet.

Lalu munculah Miniski atau salju dalam bahasa manusia. Pangeran peri dari tanah Melayu Utara. Tubuhnya seperti susunan es atau keristal, seakan dia patung kaca yang dipahat dari es. Miniski pangeran peri dari tanah orang melayu, dia mengenakan baju besi dan jubah mantel sutra, sayapnya menyerupai sayap laron dengan warna emas, mahkotanya dari nilam dan pualam, disepuh perak dan emas, pedangnya panjang mengkilat dari baja terbaik.

Miniski datang dengan kapal putih berbentuk angsa, dia meluncur dengan cepat menabrak perahu ranting Harmet, perahu Harmet hancur lebuh, Harmet juga basah tercebur.

Peri bunga berteriak, "pangeran es ku! Bawa dan kawinilah aku! Tak kuat aku sendiri," kata peri bunga tidak tahu malu.

Namun Miniski hanya berlalu, membuang muka seakan malu. Peri bunga terbang mendekatinya, ikut naik ke kapalnya.

Namun Miniski mengusirnya.

"Bagaimana bisa aku bersamamu, kauhanya peri jelek dan hanya pantas untuk pria jelek yang sebangsa denganmu."

Alangkah hancur hati peri bunga, namun dia memiliki sihir dan mantra. Dia juga memiliki teman laba-laba. Sang laba-laba ahli ramuan sihir dan jampi-jampi.

Begitu dendam peri bunga Mawar Merana. Dia bersekutu dengan laba-laba, menangkap Harmet dengan jaring laba-laba lengket, membungkusnya, lalu memanterainya. Ramuan-ramuan sihir disiram ketubuh Harmer, sihir gelap dan hitam, sihir asap dan bayangan.

The Sea BellWhere stories live. Discover now