Malam ini begitu panjang dan dingin bagi Sea dan Bell, dalam wujud manusia mereka berjalan melewati tanah becek, ada sebuah warung kopi masih buka dan jauh didepan mereka. 'Warung kopi Pak Saleh buka 25 jam non stop,' 25 jam non stop itu lah tulisan yang ditulis dengan cat putih yang berada dipapan hitam di depan warung kopi itu.
Masalah 25 jam non stop, 25 jam non stop adalah lelucon yang sangat berlebihan dan keterlaluan, mungkin warung kopi pak Saleh adalah warung kopi tersibuk didunia sehinga menggunakan angka 25, atau ya kepala si pemilik pasti sudah 25 kali terbentur pintu.
Sea dan Bell sampai diwatung kopi dan masuk kesana. Sea memesan teh panas dan Bell memesan kopi susu.
"Kakak, kenapa kau memesan teh? Ini kan warung kopi," tanya Bell.
Namun saat sampai, Sea cuma diam melamun sambil menatap gelas teh panasnya, dan saat Bell mengajak bicara, Sea selalu menjawab "iya aku tahu," cuma itu jawaban yang selalu dia ucapkan berulang-ulang. Pikiran Sea malam ini kacau.
Malam dan hujan gerimis, dua hal itu membuat warung kopi Pak Saleh masih sepi, hanya ada 3 orang pelangan, Sea dan Bell, lalu ada pria bernama pak Jhoni.
Pak Jhoni seorang pelangan setia di warung kopi Pak Saleh. Penikmat kopi dan juga suka mengeluh, pak Jhoni selalu mengeluh dan mengeritik rasa kopi buatan pak Saleh.
"Rasa kopi buatan mu payah, apek dan pahit seperti kopi sesajen," kata Pak Jhoni namun tetap saja habis, atau disuatu malam dia juga mengkritik kopi pak Saleh, "kopi ini terlalu kental seperti sup," juga ada kritikan seperti ini "ini kopi atau sirup, rasanya terlalu manis seperti wajah para gadis." Pak Jhoni dia pasti tidak serius tentang semua kritikan itu.
Karena Sea tidak bisa diajak bicara, Bell menjadi bosan, Bell mendekati Pak Saleh dimeja depan tempat membuat minuman kopi, "Maaf paman, apa paman tahu tentang kelinci berwarna coklat disrkitar sini? Atau pernah melihatnya" Tanya Bell.
"Kelinci warna coklat? Tentu saja bocah, sewaktu aku berumur 7 tahun, aku pernah memberi makan seekor kelinci di dekat danau di depan sana dengan mentimun," kata pak Saleh.
"Di danau, benarkah pak ada kelinci di sana?" Tanya Bell penasaran.
"Ya ada, anak krlinci kecil, dia tidak pernah jadi besar, tubuhnya selalu kecil sepeti kelinci anakan. Lemparkan saja mentimun ketengah danau, dia akan datang atau kau juga bisa memangil ikan lele dengan cara itu," jawab Pak Saleh.
"Kakak, ayo kita ke danau."
"Aku tidak yakin Bell. Tapi kita usahakan saja, aku bayar dulu," kata Sea.
Sea dan Bell kembali lagi ke arah mereka datang, mereka berjalan cepat kearah danau. Bell sempat mengambil mentimun liar didekat semak plumberry di pingir jalan.
Mereka berdua akhirnya sampai ke danau, Bell langsung melempar mentimun yang diambilnya tadi. Mentimun itu melayang keudara dan jatuh ketengah danau, terdengar suara sesuatu.
"Auuu! sakit sekali, apa ini hujan mentimun? atau ada yang sengaja melempar," kata sesosok makhluk besar bersungut ditengah danau, suaranya menyerupai gemuruh angin, matanya melotot melihat ke pingir danau, Sea dan Bell memandanginya dengan senyum cengengesan.
Makhluk besar bersungut itu begitu marah, badanya sebesar rumah, dia berenang dengan cepat seperti sebuah truk kepingir danau, Mulutnya terbuka lebar seperti gua, "aku makan kalian para bocah!" Katanya meraung marah.
"Blue-berry", kata sesosok kura-kura berwarna hijau yang muncul dari dalam air tepat di pingir danau di depan Sea dan Bell. Sebuah botol ramuan sihir berisi cairan biru, dari botol itu tiba-tiba mengluarkan gelembung besar dari dalam botol, bentuk gelembung itu seperti balon raksasa berwarna biru menyerupai buah blue berry.
Makhluk bersungut itu mencoba memakan Sea dan Bell, namun gerakan mulutnya tertahan gelembung biru itu, dan gelembung itu meletus, tercium aroma bau pahit yang menyengat, makluk bersungut itu langsung pingsan karena aroma pahit terhisap masuk kemulutnya, Sea sampai muntah-muntah, dan kepala Bell pusing, bau busuk seperti karet dan pahit seperti bau limbah kimia.
"Selamat malam anak laki-laki, kalian punya nyali juga mengangu Mangot Phiceso si ikan lele besar ini. Dia ikan paling pemarah dan mudah lapar di danau ini," kata kura-kura itu.
Terlihat warna tubuh sang kura-,kura berwarna hijau kebiruan seperti keramik antik, tubuhnya besar seperti anak berusia 12 tahun. Kura-kura itu adalah..."kenalkan nama ku adalah Eve'berry, penguasa danau ini," kata Eve. Nada suara Eve mirip dengan suara anak perempuan.
"Jadi kau penguasa danau? Ratu danau," tanya Sea.
"Pak Saleh itu, kukira yang datang kelinci, yang datang malah ikan lele," kata Bell.
"Wow anak laki-laki, sebenarnya ada masalah apa?" Tanya Eve, suaranya halus kini seperti siulan lembut.
"Ada kelinci masuk kerumah majikan kami dan merubah kami menjadi manusia," kata Bell menjelaskan.
"Kami ini anak kucing," balas Sea.
"Kami ingin kebentuk semula, apa kaubisa membatu kucing seperti kami," kata Bell.
"Wah kelinci! rupanya ini pekerjaan iseng si Nicoulou nakal ity," kata Eve.
Eve kenal dengan Niccolo'berry. Eve sering memangilnya dengan nama panggilan Nicoulou.
"Tolonglah kami." kata Bell memohon.
"Tidak bisa semudah itu, soslnya kami tidak akan mengangu tanpa alasan, kami juga punya hukum untuk tidak mencampuri urusan masing-masing," kata Eve menjelaskan, Sea dan Bell cuma bisa saling pandang dengan wajah sedih. "Tapi bukan berarti aku tidak mau membantu kalian, aku akan mencoba bicara padanya."
"Benarkah, terimakasih banayak," kata Sea dan Bell senang. Kini mereka punya harapan kembali ke wujud semula.
"Jadi sekarang apa yang harus kami lakukan?" Tanya Bell.
"Kalian tunggu saja dirumah ku, rumahku ada didalam danau, ayo anak laki-laki ikuti aku."
"Didalam danau, bagaimana kami kesana?," kata Sea.
"Oh iya," kata sang peri sambil mengeluarkan sebuah botol berisi air dari dalam tempurungnya. Dia membuka tutupnya dan mengucapkan kata kunci, "aqua berry," seketika dari dalam botol muncul gas bening sedingin es menyelimuti tubuh Sea dan Bell.
Tubuh Sea dan Bell terasa dingin sedingin ikan, kaki dan tangan mereka kini berselaput, mata mereka berubah memyerupai mata ikan dan ada ingsang dileher mereka.
"Hore!" Terial Eve, dia begitu senang malam ini, apa lagi saat dirinya bersama Sea dan Bell masuk ke danau, sudah ratusan tahun Eve tidak memiliki teman untuk diajak berkunjung kerumahnya, apa lagi kali ini dua anak laki-laki berkunjung kerumahnya, sebenarnya Eve ingin bersalto karena kegirangan, tapi dia tidak mau kelihatan konyol.
"Kakak, lihat-lihat! Kita jadi manusia ikan, tapi aku lebih suka jadi kucing ikan."
YOU ARE READING
The Sea Bell
FantasiKakek penyu meminta para kucing segera meninggalkan pulau, karena akan ada badai yang membawa gelombang besar, Pulau Kucing akan tegelam karenanya. Semua kucing pun bergegas meninggalkan pulau, namun para kucing lupa membawa dua anak kucing Sea dan...