Chapter 23: Kelinci - Niccolo'berry

3 0 0
                                    

Setelah seharian berkeliling pasar mereka pulang. Semuanya pulang dalam keadaan kelelahan.

Malam telah muncul seperti tirai, dan menu makan malam kali ini adaah pepes ikan patin.

Hujan turun di malam ini. Blog Full si katak rawa gemuk yang suka meloncat seperti kanguru. Dia begitu senang saat hujan turun, dia bernyanyi dan mengembungkan pipinya sangat lucu.

Katak kecil,
Katak besar,
Meloncat ke kiri,
Meloncat ke kanan,

Meloncat kegenangan,
Berenang di kubangan,
Makan nyamuk dan lalat,
Tidur siang untuk pesta hujan sepanjang malam.

Blog suka hujan dan melompat, namun malam itu dia dikejutkan oleh dua hal.

Hal petama Blog begitu terkejut saat melihat Hottelog Baen. Bean tewas si katak tewas kekenyangan tersedak saat makan lalat rawa, membuat Blog sebagai teman akrab Bean begitu terkejut, begitu juga dengan Bean sendiri, dia tidak menyangka dirinya tewas hanya karena lalat rawa.

Hal kedua yang membuat Blog terkejut adalah munculnya makluk yang juga melompat. Niccolo Berry si kelinci aneh. Si kelinci menanyakan dimana rumah Sea.

"Rumah Sea? cari saja di liang ketam," kata Blog membuat lelucon.

"Liang ketam? aku tidak percaya katak seimut ini membicarakan liang ketam," kata Niccolo dengan nada tidak senang.

Niccolo menjetikan jarinya dan seketika Blog si katak berubah menjadi biji kopi. Blog dia akan menjadi biji kopi selama seminggu karena mebicarakan liang ketam.

Di malam yang dingin dan hujan terus menguyur desa. Ibu Siska sedang asik memasak kue didapur bersama Melinda, ada tetangga yang akan mengadakan pesta dan memesan banyak kue. Malam yang dingin mebuat Bell mengantuk dan tidur lebih dulu dikamar hangat Melinda, tapi Sea dia masih duduk di dapur.

Pintu rumah Melinda tiba-tiba terbuka, ada sesosok kelinci yang masuk, kakinya melangkah begitu ringan dan bunyi langkahnya sulit dirasakan, namun insting Sea merasakan kedatangannya.

"Rupanya ada tamu iseng," kata Sea tidak senang.

Seekor kelinci berwarna coklat meyusup masuk kerumah. Dia berjalan pelan mengendap-endap masuk ke dapur, telinganya bergerak-gerak, dan si Niccolo itu keluyuran di dalam rumah semaunya.

Kedatangan Niccolo tidak disadari oleh ibu Siska dan Melinda, bahkan mereka tidak bisa melihatnya, namun mata kucing bisa melihat si kelinci nakal itu, walau tubuh si kelinci berselimut mantra ilusi.

Niccolo melompat ke depan meja dapur dan mengambil kue bolu kukus dan memakanya, lalu kue pastel, lumpia dan beberapa roti manis berisi buah stobery. Hal ini membuat Sea kesal, Sea melompat dan mencoba mencakar Niccolo, namun gerakan Niccolo lebih cepat dan dia langsung melariakn diri ke lantai atas.

Sea mengejarnya dilantai atas. Meongan Sea membuat Bell terbangun. Kepala Bell muncul dari arah dalam kamar Melinda dilantai atas.

"Kakak, apa ada sesuatu?" tanya Bell.

Sea berpaling kearah belakang, "ada kelinci masuk kedalam rumah, bantu aku menangkapanya Bell," kata Sea yang bergegas pergi, sementara Bell mengikutinya.

Kelinci masuk ke kamar atas yang kosong dan banyak barang, Sea dan Bell mengejarnya masuk kedalam.

"Jadi ini dua kucing nakal," kata Niccolo yang berdiri didekat jendela kamar.

"Kami tidak nakal," jawab Bell.

"Kau siapa?!" kata Sea penasaran.

"Aku peri hutan, aku akan menghukum kalian dua kucing nakal," kata Niccolo tersenyum dan menyetikan jari. "Berubah lah," lalau si Niccolo kabur melompat keluar dari jendela.

Sea dan Bell hanya bisa saling pandang, mereka kini berubah menjadi dua anak laki-laki.

"Manusia? bagai mana bisa kita jadi manusia Bell?" kata Sea panik melihat dirinya.

"Tidak! Apa yang terjadi dengan kita! Aku tidak mau jadi manusia kak!" kata Bell terkejut dan berteriak, "tidak!"

"Maaf suara siapa itu," kata ibu Siska dari bawah. Suara Bell terlalu nyaring.

"Bell kenapa kau berteriak? habis lah kita," kata Sea cemas.

Dan malam itu Bell si adik kucing, sangat terkejut dan tidak percaya, dia menjadi manusia. Bell suka menjadi kucing saja, Bell masih mau makan dan tidur sepuasnya dan bermanja-manjan pada majikan kesayanganya, tapi dengan wujud manusia bagaimana bisa?

"Bell, ayo kita pergi. Sekarang!" kata Sea mengajak Bell pergi.

The Sea BellWhere stories live. Discover now