Chapter 2: Anak Ikan Kakap-Ivan Krosov

30 4 0
                                    

Sebuah kotak pelastik besar berwarna oranye terapung di atas air, tersapu dan terhempas dibawa ombak. Setelah lama mengambang, dari bagian atas kotak itu akhirnya muncul dua kepala anak kucing berwarna hitam dan putih.

Seekor anak ikan kakap yang sedang asik berenang di permukaan, dia tidak sengaja berpapasan dengan kotak berisi anak kucing itu, karena penasaran, dia memperhatikan dengan serius kotak dan kedua anak kucing yang mengeong-ngeong.

si anak ikan sangat serius, seakan-akan dia adalah detektif yang memperhatikan sebuah kotak sihir misterius.

"Dua anak kucing? Di dalam kotak? Mengapa harus di dalam kotak?" kata sang anak ikan. "Salam dari dunia air, mengapa ada anak kucing di dalam kotak? Siapa nama kalian anak kucing?" Kata anak ikan penasaran.

Si anak ikan berbicara sambil menutup dan membuka mulutnya seperti mau mengambil nafas, namun para kucing mengerti apa yang dia bicarakan.

"Nama kami?" kata anak kucing yang berwarna hitam, "Aku si Hitam dan ini adikku si Putih."

"Si Hitam dan si Putih, nama yang konyol, hitam putih, memangnya kalian kucing zaman neolitikum. Akan aku carikan nama yang bagus untuk kalian." Anak ikan kakap melihat kesana kemari dan memper hatikan sebuah tulisan di kotak itu, The Sae Bell.

The Sea Bell adalah nama sebuah merek dagang.

Anak ikan kakap memberi nama baru untuk si Hitam dan si Putih.

"Namamu sekarang adalah Sea," katanya pada si Hitam. lalu untuk si Putih, "namamu sekarang adalah Bell."

Kedua anak kucing pun menganguk setuju, menurut mereka, nama Sea dan Bell lucu dan cocok untuk anak kucing kecil.

Seperti anak-anak kebanyakan, anak ikan kakap sangat banyak ingin tahu, dia selalu bertanya, apa para kucing makan ikan? Apa bulu para kucing selembut kapas? Apa para kucing memiliki ingsang dan bisa menyelam? Namun yang dijawab Sea dan Bell hanya yang mereka tahu saja.

Anak ikan kakap terus saja bertanya, sampai Bell si adik kucing mengantuk dan tertidur didalam kotak, tiba-tiba si anak ikan kakap melompat dan cipratan air dari lompatanya membuat dua anak kucing kaget.

"para anak kucing! Bahaya! kita terbawa arus menuju darat," teriak si anak ikan.

Sea dan Bell yang terkejut, namun juga senang.

"Bagus, kalau kita akan menuju daratan, perjalan laut ini membuatku pusing," kata Bell, kepala Bell pusing karena terguncang-guncang gelombang diperjalanan.

"Hu'uh, apanya yang bagus? Kalian akan terdampar di hutan bakau, hutan bakau disana dihuni para kepiting nakal, mereka hobi mencapit," kata anak ikan. "Maaf para anak kucing, kita harus berpisah, mungkin para kepiting tidak akan mencapit kalian, namun mereka suka iseng dengan para ikan," kata anak ikan kakap yang bersiap meninggalkan dua anak kucing manis didalam kotak.

"Tunggu, para kepiting tidak senakal itu," kata Bell.

"Teman-temanku sayang, kalian harus berhati-hati," kata anak ikan.

"Siapa namamu anak ikan?" tanya Bell.

"Namaku Ivan Krosov, hati-hati anak kucing," kata Ivan yang berenang sangat cepat masuk kedalam air, namun karena terlalu cepat dan bersemangat, si anak ikan kakap tidak sengaja masuk ke dalam mulut ikan besar. ikan itu memiliki gigi tajam dan pedang di kepalanya, ikan marlin yang jahat yang bernama Suraka.

Malang nasif si anak ikan, Suraka tidak mau memuntahkannya, dia malah mengunyahnya.

"Tunggu sebentar, rasanya empuk dan tulangnya renayah, shusi kakap lezat, ah enak!" Oh sayang sekali Ivan Krosov malah jadi kudapan si ikan pedang hari ini.

The Sea BellWhere stories live. Discover now