Chapter 18: Musang - Xerxes Zoik

6 0 0
                                    

Quiser Armadilo si tupai konyol, dia menyanyikan lagu yang membuat Bell kesal

"Apa maksut mu tupai norak?" gerutu Bell

"Maskutku ya, kalian payah dan gemuk, kucing pemalas, pengantuk,"kata Quiser Armadilo.

"Jangan hiraukan dia Bell," kata Bell kelabu pada Bell, "ayo kita pergi."

"Wah! pergi kemana kau kucing betina jelek!" Kata si tupai.

Bell kelabu jadi ikut kesal, "Bell apa kau bisa menaiki pohon?" Tanya Bell kelabu pada Bell.

"Hmmm, aku bisa," kata Bell.

"Aku akan mengalihkan perhatianya, panjat pohon itu Bell, tangkap dia diatas sana," kata Bell kelabu "kita beri tupai konyol ini pelajaran."

Bell menganguk setuju.

"Hai tupai! Ekormu memiliki rumbai jelek, mitip seperti sikat botol, konyol dan norak," kata Bell kelabu.

"Enak saja, kau senditi kenapa bulumu berwarna kelabu?, seperti keset di rumahku, keset itu sudah berbulan-bulan tidak di cuci, sehingga mirip dirimu kucing buduk," kata Queiser

Bell kelabu dan tupai asik melempar makian, tupai perhatianya benar-benar teralihkan, dia tidak tahu Bell sudah menghilang dan naik keatas pohon.

"Kau tau tidak kucing konyol, kucing betina jelek sepertimu akan tambah jelek bila kumis kucingmu terus panjang karena tidak dicukur!," kata si tupai.

"Ya aku tahu, aku tahu kau belum mandi, tubuhmu bau seperti musang pohon!" kata Bell kelabu.

Sementara itu ada makluk besar yang memperhatikan mereka diatas sebuah pohon, makluk itu nampak kesal dan turun dari pohon, lalu mulai berjalan kearah Bell kelabu.

"Dapat!" Kata Bell yang menyambar kepala si tupai.

"Bagus! kita akan makan sup tupai!" Kata Bell kelabu dengan gembira dan bersalto.

Namun muncul makluk besar mendesis dan meraung marah ke arah Bell kelabu, tubuhnya hitam dan matanya benar-benar bulat seperti buah ceri.

"Siapa yang kau maksut bau, apa itu aku?" Kata Xerxes Zoik si musang.

"Maaf, maaf, maksutku tidak seperti itu," kata Bell kelabu ketakutan.

"Maaf, enak saja, setelah memaki lalu minta maaf," kata Zoik kesal.

"Saya mohon, saya minta maaf," kata Bell kelabu.

Sang musang mengeleng dan menyerang Bell kelabu, beberapa gigiran dan cakaran menghujani Bell kelabu dengan cepat. Melihat kejadian itu Bell langsung melepaskan Quiser dan turun langsung kebawa, tanpa bicara Bell langsung memukul dan mencakar bahu si musang, perkelahian Bell dan musang pun terjadi, sedangkan Bell kelabu masih diam kesakitan.

Bell berhasil mengunci leher si musang, namun muncul Quiser yang berlari ke arah Bell dan melempar tanah kewajah Bell, Bell terpejam dan kuncianya mengendor. Sang musang dan sang tupai berhasil kabur ke semak di samping ladang buah labu, Bell kelabu tiba-tiba mengejar mereka, Bell yang melihat itu juga mengejar mereka.

Namun Bell cukup cepat, dia berlari kencang dan sampai di depan bersampingan dengan Zoik, terjadi perkelahian lagi antara Bell dan Zoik.

Bell kembili mengunci leher sang musang, sang musang tidak bisa bergerak.

"Seandainya kakak, pasti dia sudah mengigit leher mu," kata Bell sambil mengunci lehet Zoik.

"Itu kejam sekali, tuan kucing yang terhormat lebih baik kita berdamai saja," kata Zoik, sebenarnya Zoik bisa mengalahkan Bell namun karena kalah cepat Zoik sering terdesak.

Tiba-tiba buah jambu dilempar ke arah wajah Bell, si tupai Quiser, dia lagi. Dia melempar buah jambu itu dari sebuah pohon, entah kapan dia tiba-tiba saja sudah memanjat keatas pohon.

Si musang berhasil lepas dan kini menyerang balik Bell dengan giginya, Bell tidak bisa menghindari serangan Zoik, beberapa kali Bell kena cakar, Bell nampak kewalahan, kaki depannya luka kena gigit.

Bell kelabu muncul namun sudah terlambat, Bell babak belur dihajar si musang.

"Makanya jangan sok jagoan," kata Zoik mendengus marah dan pergi.

Bell napak kesulitan berdiri, kaki depanya luka dan juga pipi nya, kasihan Bell.

"Maafkan aku," kata Bell kelabu, "seharusnya aku tidak usah mengejarnya, kaujadi mengikutiku," kata Bell kelabu nampak sangat sedih.

"Maafkan aku juga kucing," kata Quiser si tupai, dia turun dari pohon dan minta maaf. Quiser nampak menyesal, "aku hanya main-main saja, apa kaubisa berjalan anak kucing?"

Bell berusaha berjalan walau terpincang-pincang mengangkat kaki kanan bagian depanya. Kini Bell, Bell kelabu dan Quiser si tupai berjalan kearah ladang labu, Quiser mengaku dia menyesal dan minta maaf, dan kedua Bell kita mereka tidak pendendam, kedua Bell sangat pemaaf.

Melinda terlihat mencari-cari Bell di depan rumah Nina, dia kaget melihat kaki depan dan pipi Bell luka berdarah.

"Ya ampun Bell, kenapa jadi begini, kau dari mana?" kata Melinda terkejut.

"Wah sepertinya ada yang baru berkelahi," kata Nina sambil mengelus kepala Bell, nampak Bell kelabu juga menjilati pipi Bell yang luka dengan rasa menyesal.

Malinda menggendong Bell dan minta ijin pulang, "keliahatanya dia harus cepatku bawa pulang," kata Melinda.

"Semoga tidak apa-apa," kata Nina.

"Iya, aku sayang denganya," kata Melinda berjalan pulang sambil memeluk Bell yang nampak diam saja dari tadi.

Bell kelabu nampak sangat cemas, "cepat sembuh anak kucing! Aku ingin bermain denganmu lagi." Teriak Bell kelabu dari jauh.

"Hah!" Kata Quiser bingung pada Bell kelabu. "Mengapa kaumemangilnya anak kucing, bukan kah kau sendiri juga anak kucing," Quiser cemberut.

The Sea BellWhere stories live. Discover now