Pasar di musim ini begitu ramai, banyak para penjual dan pembeli, dan yang paling mendominasi adalah para penjual ikan, karena pasar ini dekat dengan pantai para nelayan.
Huan masih memandu mereka berjalan, namun rombongan mereka berhenti saat sampai disebuah tempat penjual kue. Banyak kue dijual di di sana itu. Kue-kue diletakan di atas meja-meja kayu. Penjual kue itu adalah Karin bibi dari Melinda, adik dari ibu Siska.
"Wah Melinda keponakan tersayang, kue apa yang kau bawa?" kata Karin dengan lembut..
"Ada kue lumpur, lemper, arem-arem, resoles, pastel, donat, bingka, kue spons, lapis, tar, dan bolu bibi Karin," jawab Melinda sambil menyerahkan dua keranjang besar berisi kue yang tadi ada dipungulng Bull.
"Keliahatanya semuanya enak, dan Bull dia terlihat sangat besar dari waktu terakhirku lihat, dan... dan ya, ini kucing siapa?" kata Karin sambil mengerutkan dahinya melihat dua ekor kucing besar.
"Yang hitam Sea dan yang putih Bell, mereka kucing kesayangku bi," kata Melinda sambil meletakan keranjang-keranjang kue.
"Yang putih kenapa pipinya besar sekali, tapi matanya kecil."
"Bell, dia suka menggembungkan pipinya, dan menyipitkan matanya, dia yang paling disayang," kata Melinda.
"Kalau begitu biarkan mereka disana, tolong bantu bibi ya, kita akan menata kue dimeja," kata Karin dan Melinda pun membantu Karin menyusun kue-kue di meja. Saat Melinda dan Karin sibuk menata susunan kue, para binatang hanya duduk di samping tempat kecil dagangan Karin.
"Waw, rupanya kau Huan," kata Migel si anjing seorang nelayan. Migel suka berkeliling di dalam pasar.
"Nah kenalkan teman-temanku, Sea si kucing hitam, Bell si kucing putih dan Bull si kerbau besar," kata Huan pada Migel.
"Tapi para kucing ini... rasanya aku tahu sesuatu tentatang kalian, tapi entah," kata Migel.
"Wah apa yang kautahu?," kata Sea.
"Aku tidak ingat, padahal seakan di tadi ada di kepalaku saat melihat kalian."
Sea dan Bell sedikit kecew. Begitu juga Migel, Migel mearasa mengingat suatu hal yang berkaitan dengan para anak kucing Sea dan Bell.
"Nah, Migel bagai mana kalau kau mengajak kami berkeliling," kata Huan, Migel setuju dan memandu para binatang berkeliling pasar, mereka pergi tanpa sepengetahuan Melinda.
"Teripang!" teriak para binatang saat melihat lapak penjual tripang.
"Seperti kaus kaki berisi air," kata Sea.
"Sepeti balon kendor berisi air," kata Migel sambil tertawa.
"Gurita!" teriak mereka saat tentakel lengket gurita menempel pada pipi Bell.
"Benar-benar lengket dan menghisap tentatakelnya," kata Bell.
"Lopster!," teriak mereka saat capit lopster bernama Imamus Melp mencubit pantat Bull. "Lopstet!" teriak Bull.
Mereka terus berjalan dan menemukan lapak penjual ikan kakap yang meletakan ikan-ikan kakap di aquarium.
"Apa kalian juga di jual?" kata para ikan kakap pada rombongan binatang.
"Tidak, majikan kami sayang kami," kata Bell.
"Apa kalian nanti akan direbus menjadi sup?" kata para ikan. "Atau dipangang dengan kecap, kalian pernah tidak di goreng?"
"Kakak, apa yang dibicarakan para ikan ini?" Tanya Sea.
"Digoreng! Dipangang! Direbus! Diasap! Didendeng! Dioseng-oseng!" kata mereka serentak sambil tertawa.
"Dimakan mentah! Jadi shusi," kata Sea yang membuat para ikan marah.
"Dimakan mentah! Omong kosong! Kucing penuh omong kosong! Siapa yang mau dimakan makan ikan! Dasar kucing kejam!" Kata para ikan mengomel.
"Shusi?" kata Bell.
"Shusi, makanan kucing Arab," kata Huan mengerjai Bell.
"Iya, kucing indo-China yang tinggal di arab," kata Migel.
"Maksutmu Jepang kan, kucing Indo-China masa suka shusi," kata Bull.
Setelah lama membahas lelucon Bell tentang Shusi, mereka begitu kaget dengan mulut terbuka. Mereka berkata serentak, "IKAN MARLIN!"
"Ini kan Sword Bill si ikan marlin yang suka melubangi kapal nelayan dengan hidung jahatnya?" kata Huan.
Terlihat ikan pedang Sword Bill tergelatak sambil tersenyum di depan mereka.
"Jadi itu hidung? Kukita antena," kata Bull sambil tertawa.
Terlihat ikan marlin besar si Sword Bill terkapar, tubuhnya besar sekali hampir sebesar perahu nelayan. Kabarnya Sword Bill ditangkap dengan pancingan oleh seorang nelayan tuabersama kucingnya Jack yang hari ini melelangnya.
"Wah wah!" kata Bill yang terbaring itu. "Para rombongan binatang ini rupanya mau menengokku ya? Aku jadi tidak terkesan. Haha!"
"Siapa yang mau menengok mu ikan jahat!" kata Migel.
Bill tertawa lantang. "Teman-temanku yang lucu, seandainya tubuh bisa begerak, sudah dari tadi aku makan kalian, mulai dari si ayam betina hitam itu," kata Bill mengejek Huan.
"Jadi aku ini ayam betina hitam, lalu kau ini apa? Apa ikan sarden kaleng! Dasar bahan shusi mentah," kata Huan membalas.
Tiba-tiba tubuh Bill bergoyang keras dan mulutnya menganga kearah Huan sekan ingin memakanya, namun Bull dengan kaki besarnya menahan kepala Bill.
"kauingin memakan temanku, tapi bagai mana kalau, aku temukan dulu kepala ikan mu ini," kata Bull sambil mendengus mepelototi Bill.
"Hahaha. Kawan banteng yang periang," kata Bill sambil tersenyum.
YOU ARE READING
The Sea Bell
FantasyKakek penyu meminta para kucing segera meninggalkan pulau, karena akan ada badai yang membawa gelombang besar, Pulau Kucing akan tegelam karenanya. Semua kucing pun bergegas meninggalkan pulau, namun para kucing lupa membawa dua anak kucing Sea dan...