Chapter 12: Ayam Kalkun - Gangar Grif

30 0 0
                                    

Sea dan Bell dua kucing kesayangan  yang bersemangat. Seperti kucing nakal kebanyakan, nafsu makan mereka selalu bagus, bahkan setiap saat bisa dibilang terlalu bagus.

Saat pagi hari ibu Siska menyediakan makanan untuk para kucing, dua mangkuk bakso bergambar ayam jago. Dua mangkuk itu penuh dengan nasi dan lauk ikan seperti dendeng tuna, abon tengiri, bandeng goreng, cumi-cumi asam manis, udang tomat, sarden, pepes tongkol, remis rica-rica, dan lauk dari ikan lainya. Semua itu dicampur dengan nasi, disajikan semangkuk penuh seperti gunung.

Kemudian jam 10 pagi, ibu Siska memberikan makanan lagi kepada dua kucing nakal  Sea dan Bell, berupa kue lembut, puding sutra, kue telur, bingka, kue tar, black forest, sus, bolu, dan banyak lagi. Dua kucing nakal senang, mereka selalu saja makan.

Saat jam 12 siang, mereka kembali makan. Ibu Siska akan menyediakan nasi dengan masakan berkuah, seperti sup ikan, sup kentang, sup danging, sup ayam, sup jamur dan tomat, Sea dan Bell makan lagi.

Jam 5 sore, para kucing nakal kembali makan, menu setiap sore adalah biskuit manis atau asin bertabur keju dan coklat seres, atau coklat parut, kue-kue itu disiram dengan susu kental manis, hal itu membuat kedua kucing senang.

Jam 9 malam, mereka makan lagi, kali ini dengan nasi semangkuk penuh dan irisan telur dadar goreng atau ayam suir, bisa juga dengan potongan daging ikan, ditambah sedikit sayur selada, bawang goreng, daun bawang, beberapa sayur harum yang diiris tipis, tidak lupa dengan abon ikan gabus yang harum.

Jam 1 malam, biasanya Bell lapar lagi, Bell si adik kucing turun dari ranjang hangat Melinda dan pergi kedapur, dia mencari remang roti atau donat, dan menjilati gula, keju dan coklat yang berceceran.

Selain itu Melinda juga sering memberi mereka kue dan susu setiap malam dikamarnya, baru dua minggu mereka bersama Ibu Siska dan Melinda, tubuh mereka sudah tiga kali lipat lebih besar dari ukuran sebelumnya, dan bulu mereka kini  bertambah tebal.

Seperti para kucing kebanyakan, mereka juga suka sarden kaleng, Sea dan Bell mampu menghabiskan 2 kaleng besar sarden dalam sekali makan. Soal sarden kaleng jangan ditanya, bila sudah urusan makam sarden kaleng mereka makan sangat rakus seperti babi.

Di suatu musim, dimana angin lembut meniup wajah si adik kucing Bell, maka itu artinya sudah musim buah bery.  Buah-buah bery itu bulat seperti kelereng, baunya harum, warnanya begitu menarik, ada hijau, merah dan unggu, rasanya manis, dan kuat.

Melinda ingin memetik Loperbery berwarna merah jambu dibelakang rumahnya, namun dia takut, ada Erick Ferdick si bunglong yang suka bertenger didahan pohon Loperbery yang ada dibelakang rumah Melinda, Erick sangat suka Loperbery yang manis dan asam.

Bell saat itu sedang asik berguling di halaman belakang, angin sore yang sejuk membuat dia senang. Seekor anak ayam berwarna kelabu tiba-tiba muncul dan mematuk ekor Bell.

"Ekor bergerak-gerak," kata si anak ayam.

"Hmmm," Bell menoleh kearah anak ayam itu, dia asik mengerjar ekor Bell yang bergerak. " Anak ayam kecil."

"Hallo, namaku Burik, salam kenal. Siapa namamu anak kucing?"

"Hah?" Bell merasa aneh dipanggil anak kucing. "Kausendiri anak ayam kecil."

Dari kejauhan yang tinggi, terlihat Sea sedang berjemur di atas atap rumah Melinda. Sea terlihat kesal, dia melihat kearah Erick yang berada di pohon bery dibawah sana. lalu Sea bertambah kesal saat melihat halaman rumah Melinda seperti kapal pecah akibat ulah beberapa ayam kampung setempat yang mengais-ngais tanah di halaman, dan bahkan ada beberapa kambing buang air besar, terlihat kotoran mereka bulat menyerupai pil pahit yang di jual para tabib.

Sea benar-benar kesal. Sea melompat turun kebawah seperti atlit lompat bebas. Seperti sebuah gumpalan awan hitam jatuh dari atap kebawah ke halaman rumah Melinda, itu lah Sea si kucing hitam dengan bulu tebal seperti permen kapas. Para ayam dan kalkun yang sedang duduk mengobrol dan mengais-ngais tanah panik, mereka berteriak ketakuatan, mereka mengira Sea adalah monster musang, tapi Sea tidak terlihat seperti musang.

"Siapa pemimpin disni?" Tanya Sea marah dengan mata bulat melotot kearah para ayam dan kalkun.

Gengar Grif si ayam kalkun jantan kurus sok jago datang dengan paruh di naikan keatas.

"Aku!," seru Gengar sambil mengepak-ngepakan sayapnya, dia mengeluarkan suara kalkun yang mirip orang tertawa, dia berjalan kearah Sea sambil menendang tanah.

Namun tanpa mendesis dan mengeong, Sea mencakar paruh Gengar secara tiba-tiba, paruh itu terasa pedih dan berdenyut-denyut.

Sea mencakarnya lagi paruh kesayangan Gangar Grif, sunguh perih sekali paruh kesayangan itu. Gangar Grif pun akhirnya lari terkencing-kecing meningalkan Sea.

"Siapa pemimpin disini?" kata Sea masih kesal.

"Rupanya kau suka mencari masalah anak kucing!" kata sesosok makluk besar dengan suara nyaring, melihat makluk hitam besar itu para ayam dan kalkum mematung, paruh mereka seolah meleleh, mereka gemetaran ketakutan tidak berani bekotek.

"Siapa kau?" tanya Sea.

Jeni Criembel si ayam betina angkat bicara, "dia adalan Magnus si Serigala, dia salah satu yang terkuat di desa ini."

"Apa? Serigala?" Kata Sea kaget. "Ada-ada saja," gerutu Sea. Sea tersenyum masam, semasam limau yang sangat masam ke arah Bell di belakangnya.

Bell dan Burik terlihat duduk didekat pintu rumah dan melihat Sea sedang berada di halaman rumah bersama ayam-ayam dan para kalkun disekelilingnya, sambil memiringkan badan dan memejamkan mata, Bell tersenyum dan mengeong, "meeeoong."

The Sea BellWhere stories live. Discover now