Zahra membawa Davie ke klinik yang disediakan perusahaan. Seorang Dokter laki-laki seumurannya menyambut kedatangan mereka.
"Al, tolong cepat!" ujar Zahra dengan nada panik yang terlihat jelas.
"Pak GM kenapa, Za?" tanya laki-laki itu sambil membantu Zahra memapah Davie.
"Tertumpah kuah panas di kantin. Punggungnya pasti melepuh."
"Okey, duduk di sini, dan buka bajumu," ujar Alan pada Davie.
Perkataan Alan membuat Zahra kaget "Hah! Ke-kenapa harus buka baju?" tanya Zahra dengan wajah memerah.
Pertanyaan polos itu dijawab decskan kesal Alan. "Aisssh ... kamu itu bodoh atau apa? Aku harus mengobati punggungnya. Tentu saja bajunya harus dicopot."
"Ta-tapi ... kalau gitu aku keluar aja." Baru saja Zahra balik badan, pergelangan tangannya ditarik Davie hingga tubuh wanita itu berdiri tepat di depannya.
"Kamu harus bertanggung jawab, jadi bukakan baju saya!"
Kata-kata Davie membuat mata Zahra membulat sempurna. "Ta-tapi sa-saya ...," Zahra tergagap. Meski akhirnya wanita itu melakukan perintah Davie.
Sementara di belakang Davie, Alan justru mengedipkan sebelah matanya menggoda Zahra, karena melihat wanita itu panik dengan wajah merah padam.
Zahra melepas jas di tubuh Davie dan meletakkannya di sebelah ranjang pasien. Di depannya Davie menyunggingkan senyum miring melihat kegugupan Zahra.
Wanita itu mulai menutup mata saat melepaskan kancing kemeja Davie satu persatu. Tapi sesekali membuka satu matanya untuk mengintip pemandangan indah yang tersaji. Wajahnya memerah saat dada telanjang Davie benar-benar terpampang di depannya tanpa penghalang.
"Su-sudah!" Zahra mundur selangkah lalu meraih kemeja dan jas Davie untuk membiarkan Alan mengobati punggung bosnya.
Davie meringis saat Alan mengoleskan krim untuk mengobati luka bakarnya. Sementara di depannya, Zahra terus menggigit kuku sambil sesekali ikut meringis saat melihat Davie menahan perih.
Wanita itu menahan napasnya tanpa sadar, menyadari sekarang Davie bertelanjang dada, dan memperlihatkan otot-otot lengan yang terbentuk sempurna dengan kotak-kotak di perut datarnya. Tubuhnya kekar tapi tak terlalu berlebihan. Zahra yakin sekali dada bidang itu pasti sangat nyaman untuk tempatnya bersandar. Aissh kenap bisa dalam keadaan seperti ini kamu malah berpikir yang tidak-tidak Za! Rutuk Zahra pada dirinya sendiri.
Sesekali wanita itu mengalihkan tatapan salah tingkah saat Davie menatapnya dengan mata setajam elang. Davie menyunggingkan senyum evil karena berhasil mengerjai wanita di depannya sekali lagi.
Tentu saja Davie tak selemah itu hanya gara-gara tertumpah kuah panas langsung merengek kesakitan. Memang dia laki-laki macam apa? Heeh ayo lah! Yang benar saja. Aku bahkan pernah merasakan yang lebih dari ini. Dasar dia itu, masih saja jadi wanita bodoh yang tak peka. Batin Davie mentertawakan kebodohan Zahra.
"Selesai, hanya luka bakar ringan. Besok juga akan membaik. Biar aku beri kamu krim ini, pakai dengan rutin hingga rasa perihnya hilang. Sebentar ku ambilkan." Alan melangkah pergi meninggalkan ruangannya.
Davie mengangguk lalu bangkit menghampiri Zahra, dan berdiri tepat di depannya. Wanita itu tentu salah tingkah.
"Ba-bapak ma-mau apa?" Zahra gugup sekali, jantungnya kembali berpacu. Tanpa sadar kakinya mundur satu langkah ke belakang demi menghindari jarak yang terlalu dekat dengan bosnya. Tapi Davie ikut maju satu langkah mengikuti wanita itu. begitu terus sampai punggung Zahra terbentur dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (CLBK) Repost (Complet)
RomanceJudul awal CLBK (Cinta Lama Belum Kelar) Best rank, 64 dalam #Romance Udah mau nikah, tapi tiba-tiba cinta pertamamu balik lagi. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan kalau disuruh memilih? itulah gambaran situasi yang tengah dihadapi oleh Zahra. Ia...