Pagi hari ketika Davie terbangun, dia mendapati Zahra sedang berkutat di dapur dengan celemek di tubuh. Wanita itu terlihat sangat serius hingga tak menyadari Davie sedang mengamati dari tempatnya berdiri.
Davie menyunggingkan senyum kecil, dia sedang membayangkan jika suatu hari akan terus menikmati pemandangan ini setiap pagi. Seandainya itu jadi nyata, mungkin dia akan jadi laki-laki paling bahagia.
Davie memutuskan mendekati Zahra, lalu memeluknya dari belakang.
Zahra terkesiap kaget dengan aksi tiba-tiba laki-laki itu. "Astaghfirallah, Dav. Kamu mengagetkan aku aja," ujar Zahra mengelus dadanya.
"Kamu lagi masak apa?" Davie mengabaikan kekagetan Zahra.
"Aku sedang membuat omlette."
"Kelihatannya enak." Davie melirik dua omlette yang sudah Zahra letakkan di atas piring.
Zahra tersenyum mendengar kata-kata Davie. "Insha allah enak, kamu duduk, gih, bentar lagi selesai kok."
"Bahagianya jika setiap hari kita bisa seperti ini. Melihatmu setiap pagi menyiapkan sarapan untuk aku dan anak-anak kita."
Mendengar kata-kata Davie, Zahra terdiam dan menyunggingkan senyum getir. Dalam hatinya pun tak jauh beda dengan pemikiran itu. Memiliki keluarga yang bahagia dengan orang yang dicintai adalah impian semua wanita.
Davie yang menyadari kata-katanya membuat Zahra kembali murung, langsung diserang rasa panik.
"Sayang, maaf. Aku nggak bermaksud-"
Zahra memutar tubuh, kemudian menangkupkan tangan ke pipi kekasihnya.
"Ssst ... nggak apa, aku ngerti kok," ujarnya menghentikan ucapan Davie.
Senyum tulusnya membuat laki-laki itu mengembuskan napas lega. Davie kemudian mengecup punggung tangan Zahra, disusul kening wanita itu. Berharap sekali Zahra kembali merasa nyaman.
"Ya sudah ... kamu duduk sini." Zahra menarik tangan Davie agar laki-laki itu duduk di kursi, sementara dia mengambil omlette dan menyiapkan segelas susu untuk sarapan mereka.
"Kita pulang hari ini, kan?" tanya Zahra di sela-sela makan mereka.
"Iya, kok kamu tahu?" Davie memicingkan mata pada wanita di depannya yang terlihat gugup.
"Itu ... aku ... Pak Al juga kirim pesan sama aku."
"Apa!" Pekikan Davie membuat Zahra berjangkit kaget dan menutup kupingnya.
"Ah ... maaf, maksudku kenapa dia mengirim pesan sama kamu? Dia nggak merayu kamu, kan? Dia nggak bicara macam-macam, kan?"
Mendengar pertanyaan bertubi-tubi itu, Zahra memutar mata bosan.
"Tadi pagi dia hanya menyuruhku mengurus kepulangan kita. Penerbangan jam tiga sore, kamu udah siap-siap?" tanya Zahra
"Sudah, barang-baramu sendiri bagaimana? Pak presdir merubah jadwal dadakan sekali," gerutu Davie.
"Udah, makan dulu aja. Barang-barangku juga udah ku-packing."
Davie mengangguk paham, lalu mereka memilih makan dalam diam.
Setelah sarapan selesai, Zahra mencuci semua peralatan dapur yang kotor dan membereskan semua barang di sana sebelum mereka pulang. Dibantu Davie disebelahnya yang dari tadi terus merecoki, dan memaksa membantu mencuci piring. Alhasil pekerjaan mereka harus selesai cukup lama, karena Davie terus saja mengusiknya.
Dan kini, mereka telah rapi dengan setelan masing-masing. Dua orang itu Berdiri di depan apartemen untuk menanti kedatangan sopir yang akan mengantar ke bandara. Sepanjang menunggu, Davie terus menggenggam tangan Zahra dengan erat, seolah memastikan agar dia tetap disisinya. Zahra tak protes sama sekali, karena dia pun merasa memang seharusnya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (CLBK) Repost (Complet)
RomanceJudul awal CLBK (Cinta Lama Belum Kelar) Best rank, 64 dalam #Romance Udah mau nikah, tapi tiba-tiba cinta pertamamu balik lagi. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan kalau disuruh memilih? itulah gambaran situasi yang tengah dihadapi oleh Zahra. Ia...