12. Perjalanan Dinas Bersama

744 58 2
                                    

Sesuai jadwal yang direncanakan beberapa hari lalu, hari ini Davie dan Zahra akan meninjau hotel baru di Malaysia. Jangan lupakan juga Alister yang terlihat tampan dengan jas berwarna hitam miliknya. Mereka berangkat menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Bagaskara.

Sudah sekitar setengah jam dua pria tampan itu menunggu Zahra.

"Si Cantik kenapa lama sekali?" gumam Al sambil memutar pandangan ke semua sudut bandara, berharap Zahra tiba-tiba muncul.

Davie juga tak kalah cemas, setengah hatinya berharap Zahra tak jadi ikut. Tapi hatinya yang lain menginginkan wanita itu ada di sisinya, saat nanti dia harus mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis.

Dalam kegelisahan, Davie melihat Zahra berjalan dengan seorang pria yang tak lain Luky. Gurat kekecewaan terlihat jelas pada raut wajah Davie. Dia kembali memasang wajah datar begitu pasangan di depan sana mendekat.

Zahra terlihat cantik dalam balutan dress hitam selutut dipadukan dengan blazer berwarna krem dengan model simpel tapi elegant. Rambut panjangnya yang berwarna coklat kemerahan diikat sederhana. Namun tetap terlihat cantik.

Wanita itu berlari kecil menghampiri dua pria tampan di depannya, sementara Luky tak melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Zahra, seolah menunjukkan pada dua pria itu jika Zahra hanya miliknya.

Davie menatap dingin Luky, dan beralih pada genggaman tangan mereka. Davie bahkan terlihat enggan hanya untuk sekedar tersenyum.

"Ah, kamu datang juga akhirnya," kata Alister dengan senyum ramah.

"Maaf, Pak Al. Tadi macet sekali di jalan." Zahra tak enak hati.

"Saya titip tunangan saya, Pak. Dia kadang suka ceroboh, jadi harap maklum jika nanti dia merepotkan kalian." kata-kata Luky membuat Davie mendengkus.

Davie memilih mengakhiri pembicaraan karena merasa jengah dengan kehadiran Luky.

"Sudah saatnya berangkat, lebih baik kita bergegas." Setelah mengatakan itu, Davie memutar tubuh dan berlalu begitu saja dari hadapan tiga orang itu.

Zahra menatap kepergian Davie dengan kecewa. Rasanya sedih sekali melihat Davie tak mau lagi mengenal Luky, bahkan seolah bersikap memusuhinya.

"Ck, Dav! Aisssh ... dasar dia itu," gerutu Al menatap punggung Davie yang menjauh.

"kalau begitu saya duluan menyusul Davie, Za,” sambung Alister. Tak lupa pula dia mengangguk sopan pada Luky, setelah itu baru berlari kecil mengejar Davie.

"Aku pergi dulu, ya," ujar Zahra mengalihkan tatapan pada tunangannya.

Luky mengangguk "Hati-hati di sana. Jangan lupa kabari aku kalau udah sampai."

Zahra hanya menjawab pesan Luky dengan anggukan. Setelah itu Luky mencium kening Zahra sebelum pergi.

"Aku pergi. Dah!"

Pasangan itu saling melambaikan tangan. Luky bahkan terus menatap punggung Zahra yang menjauh hingga wanita itu masuk ke dalam ruang boarding.

Sebenarnya Luky berat sekali, harus membiarkan Zahra dan Davie pergi ke luar negeri bersama, dan dalam waktu cukup lama. Tapi dia sedikit lega, mengetahui ada laki-laki bernama Al yang juga ikut bersama mereka. Setidaknya itu lebih baik dibanding membiarkan mereka hanya berdua. Begitu pikir Luky.

Saat Luky hendak berbalik pergi, seorang wanita terlihat berlari ke arahnya dengan napas terengah.

"Apa mereka sudah pergi?" tanya Mita sambil mengatur napasnya.

"Baru saja, kamu telat."

"Kenapa kamu biarkan mereka pergi bersama! Harusnya kamu tahu, apa jadinya jika itu terjadi!" Sungut Mita pada Luky.

First Love (CLBK) Repost (Complet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang