Enjoy this sory!
Seorang cewek bertubuh mungil terlihat sedang bicara serius degan seorang cowok di taman belakang sekolah. Cewek itu terus menangis, meski cowok di depannya berusaha menenangkan.
Davie meraih bahu Zahra agar menghadap ke arahnya. Diusapnya air mata yang jatuh di pipi cewek itu, lalu Davie menyunggingkan senyum lembut ke arah Zahra. Senyum yang bahkan tak sampai ke matanya. Cowok berrambut coklat gelap tersebut berusaha memberi tahu, jika semua akan baik-baik saja meski mereka berpisah. Walau nyatanya mereka tak baik-baik saja. Sepasang sejoli itu sama-sama tahu jika jalan perpisahan akan membuat mereka terluka, tapi tak ada pilihan lain.
Hiruk pikuk suara alat musik yang terdengar bahkan tak mampu mengalihkan perhatian dua remaja itu. Keadaan ramai sekali, tapi mereka seakan larut dalam dunia mereka. Belum lagi semua anak yang tampil dalam acara perpisahan, menyanyikan lagu galau tentang perpisahan. seakan mereka semua bersekongkol untuk mengejek pasangan itu.
Tak ada yang bersuara di antara mereka, hanya suara isakkan Zahra yang terus keluar. Hingga Davie memilih menyudahi kebisuan.
"Jangan menangis. Kalau menurut kamu ini yang terbaik, aku akan coba ikhlasin kamu pergi. Jangan pernah membantah ibu kamu. Kamu tahu? pernah diizinkan mengenal kamu sudah lebih dari cukup. Setidaknya aku pernah memiliki seseorang yang menyayangiku dengan tulus." Ada jeda sejenak sebelum cowok itu mengembuskan napas berat. Davie berusaha menghalau rasa sesak di dadanya,
"aku janji, jika suatu hari Tuhan mengizinkan kita bertemu lagi, aku akan berusaha menjadi pria yang baik buat kamu. Agar apa yang ibumu takutkan nggak akan pernah terjadi."
Mendengar kata-kata itu, cewek di depannya semakin terisak, lalu cowok bermata tajam itu menarik gadisnya ke dalam pemelukan. Pelukan hangat yang selalu membuat Zahra lebih tenang.
Dihirupnya dalam-dalam wangi kas Davie, dan mencoba menyimpannya dalam ingatan. betapa dia dan bau khas laki-laki itu adalah kesukaannya. Karena Semua tentang Davie, Zahra selalu suka.
Davie melepaskan pelukannya. Ia menangkup pipi Zahra Lalu mencium kening, mata, pipi, dan bibir gadis itu sekilas. Davie menatapnya lembut.
"Aku sayang sama kamu, sayang banget. Mungkin ini yang terbaik buat kita. Terima kasih untuk semua hal yang sudah kamu beri. Aku janji, aku akan belajar dengan rajin. Seperti yang kamu bilang, jika kamu nggak diizinkan bersama orang yang namanya kamu sebut dalam doa, mungkin saja kamu akan dipertemukan dengan orang yang selalu menyebutmu dalam doanya. Jadi tetaplah saling mendoakan," Zahra hanya mengangguk mendengar ucapan Davie. Masih dengan air mata yang menetes. Sungguh Zahra benar-benar sudah tak memiliki kekuatan lagi untuk mengeluarkan suara.
"Oh ya ... aku mau kasih lihat ini." Davie kembali memulai percakapan. Ia berusaha mengeluarkan sebuah formulir, piagam, dan mendali dari dalam tas. Lalu menunjukkannya pada Zahra. Cewek di depannya terlihat bingung.
"I-ini, a-apa?" Zahra bertanya dengan nada sesenggukan.
"Aku menang olimpiade kemarin, dan tahun depan inshaallah bakal ikut olimpiade tingkat provinsi. Lihat 'kan, Za. Aku bisa buktikan ucapan aku. Jadi, kamu nggak usah sedih. Aku pasti bisa buktikan ke ibu kamu suatu hari nanti. Jika aku, Adyatma Alby Davie, suatu hari akan layak menjadi pendamping seorang Zahrana. tunggu aku, ya." Zahra mengangguk mantap. dan menatapnya dengan air mata yang terus menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (CLBK) Repost (Complet)
RomansaJudul awal CLBK (Cinta Lama Belum Kelar) Best rank, 64 dalam #Romance Udah mau nikah, tapi tiba-tiba cinta pertamamu balik lagi. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan kalau disuruh memilih? itulah gambaran situasi yang tengah dihadapi oleh Zahra. Ia...