22. Hilang Kendali

790 52 29
                                    

"Kalian bisa lihat di dalam diagram, kenaikan omset hotel menurun bulan ini dibandingkan bulan lalu. Kita harus memaksimalkan kinerja karyawan yang ada mulai sekarang. Jika perlu adakan saja beberapa dorprice untuk tamu yang datang, juga beberapa servic gratis. Misal paket makan malam romantis untuk pasangan pengantin baru, atau undian berhadiah bagi setiap pengunjung yang menghabiskan malam Valentine-nya di hotel kita," terang Davie pada semua yang hadir di rapat itu, sementara Zahra terlihat menuliskan beberapa poin yang tadi dipaparkan Davie.

"Tapi, Pak. Bukannya tinggal menghitung minggu akan kedatangan Raja Salman ke hotel kita? Apakah tidak lebih baik kita fokuskan saja tentang itu?" usul salah seorang manager.

"Ya, tentu saja kita tunda dulu untuk rencana yang tadi saya jelaskan. Berhubung Raja Salman akan berada di Indonesia cukup lama, kita akan memfokuskan pada hal itu terlebih dulu. Kita siapkan jamuan dan fasilitas khusus untuk semua anggota kerajaan. Saya harap semua manager di masing-masing divisi juga bekerja secara maksimal untuk menyambut mereka. Buat mereka semua nyaman berada di hotel kita, supaya mereka berkeinginan kembali ke hotel ini jika ada kunjungan lagi."

"Siap, Pak!" seru semua karyawannya kompak. Davie melirik Zahra yang dari tadi terlihat gelisah dan terus melirik ponselnya.

"Lalu bagaimana dengan masalah di bagian pegawai? Saat ini Kita kekurangan karyawan untuk meng-handle semua tamu. Apa kita perlu merekrut tenaga kerja baru?" tanya manager bagian HRD yang membuat perhatian Davi teralihkan.

"Ah ... jika harus merekrut karyawan baru tentu membutuhkan waktu lama lagi bagi kalian untuk men-training mereka, leb-" tiba-tiba bunyi suara ponsel milik Zahra terdengar. Davie otomatis menghentikan kata-katanya. Sementara semua mata kini mengarahkan tatapan ke wanita itu.

Zahra membungkuk tak enak hati pada semua karyawan yang ada di sana termasuk Davie.

"Maaf ... maaf kan saya," ujar Zahra dengan panik dan berusaha mematikan ponsel.

Davie hanya mengangguk sebagai jawaban lalu melanjutkan kata-katanya.

"Lebih baik meminta roling beberapa karyawan hotel kita yang berada di kota lain saja. Jadi tolong urus masalah itu, dan koordinasi-kan pada Manager hotel yang ada di masing-masing kota."

"Baik, Pak," seru manager HRD.

"Baik lah, saya kira cukup sampai di sini rapat kita. Jika ada yang belum jelas bisa kalian tanyakan pada Nona Diandra atau sekretaris saya. Assalamualaikum, dan selamat siang."

Setelah menutup rapat, Davie mengalihkan perhatiannya pada Zahra. Laki-laki itu mengarahkan tatapan tajamnya hingga membuat Zahra menunduk takut-takut.

"Ikut keruangan saya sekarang!" seru Davie dengan nada marah setelah semua karyawan keluar. Diandra hanya bisa menatap sahabatnya iba sebelum Zahra keluar.

"Makannya profesional dong kalau kerja," ejek Nanda tiba-tiba, lalu wanita itu menabrak bahu Zahra dan berlalu mendahuluinya.

Zahra mengembuskan napas berat. Habis lah sudah nasibnya sekarang, dan semua ini gara-gara kegelisahannya memikirkan rencana menguntit Luky. Dengan gontai dia melangkahkan kaki mengikuti Davie di belakang.

"Kamu ini ada apa sebenarnya, hah?!" Seru Davie dengan nada tinggi ketika mereka telah sampai di ruangan GM.

Zahra berjangkit kaget, dan menunduk takut-takut saat melihat rahang Davie mengeras. "Ma-maafkan saya, Pak," ujar Zahra dengan suara lirih, sambil meremas tangannya gugup.

Mendengar kata maaf dari mulut Zahra, Davie mendengkus. "Kamu pikir dengan maaf semua masalah selesai, begitu? Sejak awal rapat hingga selesai kamu terus saja tak fokus. Kamu pikir saya tak tahu, hah!?" Bentak Davie lagi. Tapi wanita di depannya masih tetap diam tak berani membuka suara.

First Love (CLBK) Repost (Complet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang