Davie berkali-kali melirik wanita di sebelahnya yang terlihat melamun. Zahra tak membuka suaranya semenjak perdebatan mereka di Batu Cavas. Acara jalan-jalan yang seharusnya menyenangkan berubah memburuk gara-gara dirinya. Andai dia bisa sedikit bersabar menghadapi situasi ini mungkin semuanya jauh lebih baik.
Yang terpenting sekarang adalah momen kebersamaan mereka, tak peduli jika setelah ini hubungannya dan Zahra akan kembali seperti dulu atau justru berakhir selamanya. Yang jelas untuk sekarang, Davi hanya ingin membuat memori indah bersama Zahra sebanyak-banyaknya. Seperti yang dulu pernah mereka lakukan sebelum berpisah. Agar kelak jika mereka benar-benar tak dapat bersama, Davie memiliki banyak hal yang bisa dikenang saat rasa rindu menyapa.
Davie memutuskan menepikan mobil, lalu membuka save belt-nya dan mengalihkan tatapan pada Zahra yang masih asyik dengan pikirannya sendiri. Davie mengembuskan napas berat, berusaha memecah keheningan.
"Aku minta maaf untuk keegoisanku tadi, aku tahu memaksakan semua ini berjalan seperti dulu itu nggak akan mungkin. Tapi mengerti lah, aku hanya ...." Davi menggantung kalimatnya.
Zahra akhirnya bersedia mengalihkan perhatian pada Davie. Ditatapnya wajah Davie dengan sendu. Zahra bisa melihat kesedihan dan rasa frustrasi dalam tatapan mata Davie, dadanya ikut nyeri, karena dia pun merasakan hal sama.
Hanya saja Zahra dihinggapi kebimbangan untuk menentukan mana yang harus dia pilih. Setelah semua hal yang Luky lakukan untuknya, dia tak mungkin menyakiti laki-laki itu begitu mudahnya.
Zahra membuka save belt-nya, lalu mengulurkan tangan menangkup pipi Davie, seakan berusaha membuat laki-laki di sampingnya lebih tenang. Benar saja, napas ter-engah Davie berangsur-angsur normal.
"Aku pun sama denganmu, aku frustrasi, aku bingung harus bagaimana mengakhiri ini. Andaikan kamu tahu, jika setiap kamu bersikap memusuhiku, ingin rasanya aku berlari memelukmu dan bilang, 'Jangan abaikan aku seperti ini' tapi seketika itu pula kesadaran menghantam nuraniku. Kalau aku nggak mungkin menyakiti Luky setelah apa yang dia lakukan untukku," Ada jeda sejenak sebelum Zahra melanjutkan kata-katanya.
Zahra menatap Davie dengan sendu, matanya terasa memanas.
"aku mohon, jangan buat semuanya semakin rumit. Atau aku benar-benar selamanya akan pergi. Maaf ... maafkan aku karena aku nggak bisa memilih bersamamu ... maaf."
Bulir panas yang dari tadi ditahan Zahra meluncur tanpa bisa dicegah. Zahra kembali memutar duduknya dan meneoungkupkan kepalanya ke dasbor mobil. Menumpahkan tangisnya.
Suara isakan Zahra semakin menambah rasa sakit di hati Davie. Seharusnya Davie memikirkan Zahra, karena di sini bukan hanya tentang dirinya. Masihkah dia tega bersikap egois sementara wanita di depannya juga sama-sama terluka? --Davie menarik Zahra dalam pelukan-- Mungkin merelakan adalah jalan terbaik. Begitu pikir Davie.
"Ya ... aku ngerti, aku nggak akan lagi memaksamu berada di sisiku kalau itu yang kamu inginkan. Jika itu membuatmu lebih baik." Zahra mengangguk dalam pelukan Davie.
Mereka sama-sama terdiam dalam posisi berpelukan. Mencoba menjernihkan pikiran masing-masing.
"Berjanji lah kamu akan selalu bahagia, Dav."
"Ya ... aku akan bahagia, sama sepertimu. Aku janji."
Davie mengurai pelukan mereka lalu menatap Zahra lembut. "kita lanjutkan perjalanan untuk jalan-jalan, ya?" Zahra hanya menjawab pertanyaan Davie dengan anggukan patuh.
Sekitar satu jam perjalanan, mobil memasuki tempat wisata KL Tower. Davie menggenggam tangan Zahra ketika memasuki tempat wisata tersebut. Setelah membeli tiket masuk, Davie mengajak Zahra makan siang terlebih dulu di sebuah restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (CLBK) Repost (Complet)
RomansaJudul awal CLBK (Cinta Lama Belum Kelar) Best rank, 64 dalam #Romance Udah mau nikah, tapi tiba-tiba cinta pertamamu balik lagi. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan kalau disuruh memilih? itulah gambaran situasi yang tengah dihadapi oleh Zahra. Ia...