21. Kecurigaan Zahra

624 55 15
                                    

Zahra melangkah keluar kantor dengan Diandra, dua wanita itu berhenti di depan lobi karena hujan turun hari ini.

"Yaah ... hujan," gumam Zahra.

"Tunangan kamu nggak jemput?"

"Dia bilang hari ini agak telat, jadi aku disuruh nunggu di halte. Kakak sendiri bagaimana?"

"Suamiku sebentar lagi sampai." Diandra mengalihkan tatapan saat melihat mobil suaminya memasuki lobi kantor.

"Ah ... itu dia ... kamu mau sekalian ikut nggak, Za?"

"Nggak, Kak. Makasih."

"Ya sudah, duluan, ya."

Zahra hanya mengangguk lalu Diandra pergi dari hadapan wanita itu.

Zahra mengembuskan napas dan membuka payung yang dia bawa, kebetulan wanita itu telah sedia payung dari rumah, sejak beberapa hari ini hujan selalu mengguyur Jakarta. Zahra baru saja hendak melangkah ketika di sampingnya berdiri Davie yang tiba-tiba berdecak.

"Ck, hujan."

Mau tak mau Zahra menoleh ke sumber suara, tatapan mata mereka bertemu dan membuat atmosfer di sekitar terasa menghangat. Davie hanya diam tanpa kata, begitu pun Zahra.

Wanita itu kembali mengalihkan tatapan ke arah hujan yang turun, lalu tersenyum ketika sekelebat kenangannya bersama Davie saat SMA terputar. Begitu pun Davie yang menyunggingkan senyum samar.

Zahra menatap bentangan langit di atas sana, menampilkan awan gelap yang mulai berarak. Apa setelah ini, hidupnya masih akan sama tanpa bocah ini? Itu yang selalu Zahra pertanyakan pada dirinya sendiri.

Davie menyerahkan jaket yang dipakainya pada Zahra. Gerimis yang tiba-tiba datang membuat mereka terpaksa berhenti di depan sebuah warung. Setelah seharian ini mereka menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan.

"Kamu aja yang pakai. Kamu lebih butuh itu dari pada aku. Aku kan duduk di belakang, jadi nggak terlalu dingin." Zahra menolak jaket yang diberikan Davie hingga membuat pacarnya berdecap kesal.

"Ck, nurut kenapa, sih, sekali-kali. Ini dingin! Nanti kamu sakit, bisa-bisa ibu kamu marah," Davie berkata sambil menatap tajam ke arah Zahra.

Wanita itu menggembungkan pipi sebal.

Jika berdebat dengan Davie selalu saja dia yang kalah, meski Zahra sadar sifat keras kepalanya selalu menyebalkan untuk orang lain. Mengabaikan kekesalan Zahra, Davie memilih membantu memakaikan jaketnya ke tubuh cewek itu, kemudian membenarkan rambut Zahra yang sedikit berantakan.

Davie meraih tangan Zahra, dan menggosok-gosokkan tangannya pada tangan cewek itu agar sedikit hangat hingga. tak menggigil lagi.

"Ck! Kamu bilang nggak dingin, tanganmu bahkan seperti membeku," gerutu Davie kesal sambil terus menggosok-gosokan tangan mereka, dan sesekali mengembuskan napas hangatnya di tangan Zahra. Tanpa sadar, Zahra tersenyum samar karena perhatian kecil Davie yang selalu membuat dia merasa begitu dicintai.

Davie mungkin adalah tipe laki-laki Dingin dan kaku, dia tak pandai mengeluarkan kata-kata romantis. Tapi cowok di depannya selalu romantis dengan caranya. Davie lebih sering menunjukan perhatian dengan tindakan, itu yang paling Zahra suka. Setelah beberapa saat kemudian hujan agak reda, mereka meneruskan perjalanan.

Zahra memilih mengakhiri lamunannya, dan memutuskan melangkah. Sebelum itu, dia melirik Davie terlebih dulu, dan dengan ragu-ragu Zahra menegur bosnya.

First Love (CLBK) Repost (Complet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang