ENAM

725 27 5
                                    

Jantung Bela berdegub kencang. Ia tidak tahu keadaan Ibu nya saat ini.

"Hmm Bela, maaf, saya tidak bisa membantu lebih banyak, karena kondisi Ibu mu sangat parah. Bisa jadi makin hari ia akan makin kritis", jelas Dokter tersebut.

Bela diam, ia mengambil jaket yang ia gantung di kursi tadi, "Boleh saya bertemu dengannya?", tanya Bela.

Dokter mempersilahkan Bela untuk menemui Ibunya. Dengan perasaan tegar dan hati yang kuat, Bela memasuki ruang UGD dengan seragam. Ia jongkok, meratapi kondisi Ibu nya yang tertidur dengan dipenuhi oleh selang selang dan cairan di tubuhnya.

Bela tak kuasa menahan tangisnya lagi. Ia menarik nafas, lalu memeluk Ibunya erat. Ia berdoa agar Ibunya bisa bertahan lebih lama. Dan semua cobaan ini cepat usai.

Andre hanya mematung di luar UGD. Ia melihat Bela yang menangis dari kaca buram itu. Tak disangka, air mata Andre ikut mengalir. Ia melihat seorang gadis muda yang super kuat dan masih setia mendukung Ibunya.

Bela menarik nafas, ia menggenggam tangan Ibunya, dan berjalan keluar. Andre tak sadar bahwa Bela sudah beranjak untuk keluar. Saat Bela diluar, ia melihat Andre yang menitikan air mata. Karena tak kuasa melihat kejadian itu, Bela lagi lagi menitikan air matanya.

Andre terkejut, ia melirik ke arah Bela, dan tanpa diketahui, Andre memeluk Bela sangat erat,

"Lo cewek yang kuat. Lo bisa hadapin semua ini, lo harus yakin", ucap Andre.

Bela tersenyum, "Thanks", jawab Bela.

"Gue antar lo ke ruangan lo ya?", ajak Bela.

Andre mengangguk, "Sering sering kesini ya Bel", ucap Andre.

Bela tersenyum sambil mengangguk. Tak disangka ia mendapat seorang teman yang baik seperti Andre.

***

Davin memarkir motornya disebuah gedung tua yang sudah tak terpakai. Terlihat banyak motor Ninja yang terparkir disana.

Ia memasuki gedung itu, disusul oleh Kevin dibelakangnya. Dengan kepalan tangan yang kuat, dan rahang yang sudah mengeras, sudah sangat bisa ditebak sekali, Davin ingin berkelahi. Entah bersama siapa.

"Vin, lo siap?", tanya Kevin.

"Lo pernah ngeliat gue belum siap sebelumnya?", tanya Davin.

"He always ready", celetuk Bagas.

Davin hanya tersenyum. Ia memandang ke arah laki kaki yang sepertinya menjadi lawannya itu.

"Hey Dylan!", panggil Davin.

Dylan tersenyum, "Wow, dateng juga lo", ucap Dylan santai.

Davin tertawa, "Lo pikir gue akan ngelewatin saat saat ini? Hahaha tentu tidak Lan", jawab Davin santai.

Dylan melempar kayu yang ia bawa tadi, rahangnya mengeras, tangannya mengepal, "JAWAB GUE KENAPA LO MUKUL MARVEL!", teriak Dylan.

Davin tersenyum kecil, "Oh bocah itu. Itu salah dia Lan", ucap Davin.

"Kelompok gue gak pernah mau berkelahi kalau bukan lo yang mulai!", ucap Dylan.

"Oh, jadi lo pikir ini semua gue yang mulai?", tanya Davin. Ia melirik ke arah teman temannya, lalu tersenyum jahat, "INI SEMUA SALAH MARVEL!", Bentak Davin.

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang