EMPAT PULUH SATU

431 11 2
                                    

Bela membuka pintu apartementnya. Melempar tas nya ke sofa yang terletak di tengah ruangan.

"Aduh", suara rintihan laki laki terdengar. Bela terkejut ketika ia mencari asal suara itu. Ternyata itu adalah Tegar. Laki laki yang tadinya sedang tertidur itupun terbangun sambil mengelus elus kepalanya.

"Tegar!?", ucap Bela kaget.

"Sakit Bel", ucap Tegar.

"Lo kok bisa ada disini ?", tanya Bela.

"Gue telfon hp lo tapi gak lo angkat, gue khawatir. Ya mau gak mau gue cari lo ke apartment, dan ternyata lo gak ada", ucap Tegar.

"Apartment kan gue kunci", ucap Bela.

"Gue kan punya duplikatnya", ucap Tegar.

"Lo gak sopan banget sih", ucap Bela kesal.

"Lo habis kemana aja?", tanya Tegar.

"Kepo banget sih lo", ucap Bela.

Gadis itu beranjak dari duduknya dan melangkah menuju kamarnya tanpa menghiraukan Tegar.

Tegar masuk ke kamar Bela tanpa izin. Bela pun semakin muak dengan kelakuan tegar yang menurutnya telah berubah dan seenaknya terhadap Bela.

Tegar duduk diatas ranjang Bela dan tepat disamping Bela. Laki laki itu mengelus paha mulus Bela yang sedang terfokus dengan ponselnya.

Awalnya Bela masih tak menghiraukannya, tapi saat tangan Tegar yang nakal itu semakin keterlaluan, Bela pun menampar pipi Tegar hingga merah.

Tegar mringis kesakitan. Bela segera berdiri dan melempar Tegar dengan bantal yang berada di ranjangnya.

"Kenapa lo semakin kesini semakin kurang ajar sih", ucap Bela.

Tegar hanya menatap Gadis itu sambil mengelus elus pipinya.

"Jawab gue!?", ucap Bela.

"Gu--gue. Gue nafsu Bel", Ucap Tegar.

"Gila lo ya! Baru mentang mentang disini sex bebas diperbolehkan, lo seenaknya sama gue", ucap Bela.

"Gue gak mau ketemu lo lagi!", Bela menarik tangan Tegar sampai tepat didepan pintu. Bela merogoh kantong kemeja Tegar dan mengambil kunci duplikat apartementnya.

Tegar tak bisa berkata apa apa lagi. Ia hanya bisa diam dan menyalahkan dirinya sendiri.

Bela membanting pintu apartmentnya. Ia menangis dibalik pintu itu. Ia berharap Dylan disini dan melindunginya.

Bela mencoba untuk menelfon Dylan. Panggilan pertama tak ada jawaban. Hingga panggilan ketiga Dylan menjawab Telfon itu. Tapi yang Bela dengar itu bukanlah suara Dylan, melainkan suara rintihan seorang gadis dan musik musik dugem. Bela diam membisu. Ia mematikan telfon itu. Bela mencoba berpikir positif, mungkin saja telfon Dylan terjatuh disuatu tempat.

Bela bangun dan beranjak untuk mandi. Selesai mandi, Bela memesan makanan lewat aplikasi online. Karena moodnya sedang tidak bagus untuk bertemu dengan keramaian.

Ponsel Bela berdering. Terpampang nama Dylan didepan layar itu. Bela segera mengangkatnya.

"Halo", terdengar suara khas Dylan dari dalam telfon itu.

"Hai Dylan"

"Ada apa tadi nelfon Bel?"

"Ga ada apa apa"

"Ih bohong ya. Pasti kamu rindu kan"

"Eng--Enggak kok"

"Yaudah aku ke apartment mu ya. Alamatnya chat aja. See u there"

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang