DUA PULUH DELAPAN

443 16 2
                                    

Bela membuka matanya perlahan. Matanya tertuju pada laki laki yang diam disebelahnya. Bela cukup terkejut. Terukir senyum kecil di bibir laki laki itu. Bela bisa melihat jelas senyuman itu. Senyuman yang sempat hilang.

"Dylan", panggil Bela.

Dylan melangkah lebih dekat ke arah Bela.

"Lo harus ikhlas", ucap Dylan.

Bela kembali terenung. Ia kembali memikirkan Andre nya yang sudah pergi.

"Di--Dimana Andre sekarang?", tanya Bela.

"Pemakaman nya lusa. Lo harus dateng", ucap Dylan.

"Gue tinggal ya", ucap nya lagi.

Bela menarik tangan Dylan.

"Setelah Mama, dan Andre. Tolong jangan lo", ucap Bela pelan.

Dylan menatap mata gadis itu. Dylan bisa melihat jelas rasa sakit dan amarah dari Bela. Tatapan Dylan mengarah ke genggaman tangan mereka. Tangan Bela begitu dingin. Dengan lembut, Dylan melepaskan genggaman Bela dan tetap berjalan pergi.

Bela menutup wajahnya. Ia benar benar merasa kesepian. Sangat kesepian. Dan Kedinginan.

***

Bela izin bersama dengan Gisel. Mereka mengunjungi pemakaman Andre. Tidak terlalu ramai. Karena Andre sudah tak punya siapa siapa lagi, selain dirinya dan Dylan. Dan teman teman dari Bela dan Dylan.

Tak ada yang berbicara apapun. Semuanya diam dalam pikiran masing masing. Bela menahan tangisnya. Ia menggenggam tangan Gisel erat. Gisel terus merangkul Bela agar gadis itu tidak menangis lagi.

Dengan kaca mata hitam dan pakaian yang berbalut hitam, Dylan tampak keren. Laki laki itu hanya diam. Memasang wajah datar. Tak ada senyum, atau ucapan apapun. Matanya sangat tajam. Ia fokus pada pemakaman Andre yang ia tanggung sendiri.

Setelah pemakaman selesai. Mereka berdoa. Kemudian pergi menuju tempat singgah masing masing. Terkecuali Bela. Ia masih tetap tinggal di samping makam Andre. Mengelus elus batu nisan Andre.

Ia menahan air matanya, ia ingin terlihat kuat didepan Andre saat ini. Diam diam Dylan menunggu Bela didekat pohon yang tak jauh dari makam Andre. Ingin sekali Dylan berlari mencari Bela. Dan menjadi tempat sandaran bagi Bela. Tapi situasi tak mendukung. Dan semua telah berubah.

"Lan! Samperin", ucap Angga tiba tiba.

Dylan menggeleng, "Biarin aja", ucap Dylan.

"Jahat banget", celetuk Gisel.

"Kalian banyak omong banget. Kalau mau duluan ya duluan aja", ucap Dylan.

"Lo kira gue tega ninggalin Bela sendirian disaat kondisi lagi kayak gini?", ucap Gisel.

"Terus lo kira gue tega ninggalin dia juga?", tanya Dylan.

"Tamatin drama lo. Sebelum semua terlambat", ucap Gisel.

"Duluan aja", ucap Dylan yang tak menghiraukan ucapan Gisel.

"Jagain", ucap Gisel sambil menepuk pundak Dylan dan menolehkan tatapannya kepada Bela.

Beberapa menit setelah Gisel dan Angga pergi. Dylan memutuskan untuk menyuruh Tegar menjemput Bela lewat Jaya.

Dylan menghampiri Bela.

"Gak balik?", tanya Dylan.

Bela menggeleng. "Lo sendiri?", tanya Bela.

Dylan menggeleng, "Gantian ya ngelus nisan Andre", ucap Dylan.

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang