DUA PULUH ENAM

463 24 0
                                    

"Gak sangka ya, sebentar lagi kita kelas 12", ucap Gisel.

Bela menoleh, "Terus lanjut kuliah deh", sahut Bela.

"Terus pisah. Gue benci perpisahan", ucap Gisel.

"Pisah", batin Bela.

"Ahaha, iya pisah", ucap Bela.

Imelda datang, sambil menikmati roti coklatnya.

"Hey!", panggil Imelda.

"Hey Mel", sapa Gisel. Bela hanya melemparkan senyuman ke arah Imelda.

"Habis darimana lo?", tanya Gisel.

"Modus ke kelas Jaya", ucap Imelda sambil tertawa kecil.

"Oh jadi lo deket sama Jaya", ucap Bela, "Gak cerita cerita nih!", sambung Bela.

"Hahaha! Gak deket Bel. Gue doang yang maksa deket sama dia. Tapi kayaknya dia sukanya sama lo deh", ucap Imelda.

Gisel menoleh ke arah Bela.

Bela terdiam. Kemudian mulai berbicara, "Gak mungkin ah", ucap Bela.

"Mungkin aja. Eh tapi juga gak mungkin sih. Lo kan gak mungkin ngambil gebetan temen lo", ucap Imelda.

Suasana mulai berubah. Bela bisa merasakan itu. Harus ada yang mengalah jika dalam situasi ini.

"Gue ke kelas duluan iya", ucap Bela.

"Yah kok balik Bel", ucap Imelda.

"Biarin aja kali dia balik", ucap Gisel, "Balik aja Bel", sambung Gisel.

Bela melempar senyuman kepada mereka kemudian pergi. Ia berjalan menyusuri koridor sekolah. Ia berpikir untuk melewati kelas Dylan. Meski melewati kelas Dylan memutar.

Bela berjalan sambil mengintip adakah sosok Dylan didalam kelas yang bising itu.

"Bela!", panggil Jaya yang berdiri tepat dibelakang Bela.

"Eh Jaya", ucap Bela.

"Ngapain?", tanya Jaya.

"Eh-- Ga ngapain kok", ucap Bela.

"Kayaknya gue tau nih ngapain. Liat Dylan ya?", tanya Jaya.

"Eh. Enggak Jay", dusta Bela.

"Jujur aja kali Bel", ucap Jaya sambil tertawa. "Sama Tegar aja Bel. Lebih pasti", sambung Jaya.

Jaya menatap Bela, "Bentar lagi gue UN nih. Terus jadi anak kuliahan deh. Lo gak mau buat kenangan manis bareng gue?", tanya Jaya.

Bela terdiam. "Gue balik ke kelas dulu ya", ucap Bela yang ingin terhindar dari percakapan yang membuatnya geli.

***

Bel pulang sekolah berbunyi. Bela menuju warung Babe untuk menunggu Tegar yang berjanji untuk menjemputnya.

Baru 15 menit Bela menunggu, Tegar datang dengan mobil silver nya.

"Udah lama?", tanya Tegar.

"Enggak juga", ucap Bela.

"Buruan naik. Kita makan dulu ya?", ajak Tegar.

"Boleh deh", ucap Bela.

Bela melirik ke arah kaca. Ada Dylan yang ternyata memperhatikan mereka berdua sedari tadi.

Ternyata, Tegar memperhatikan Bela yang baru menyadari bahwa Dylan memperhatikan mereka, dari awal dirinya datang ia sudah tau bahwa Dylan beridiri disana.

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang