TIGA PULUH LIMA

398 18 2
                                    

Bela mengenakan jaketnya. Mengambil kunci mobil yang tergantung didekat pintu. Ia berlari menuju mobilnya.

Ia mengendarai mobilnya dengan ganas. Air matanya yang deras membasahi pipinya.

Dijalanan yang cukup sepi. Ia menancap gas tanpa sesekali menancap rem. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya.

Ia melihat ponselnya. Ia berusaha menelpon Angga. Tapi tak dijawab.

Beberapa menit kemudian. Bela sampai. Rumah itu sudah ramai. Motor Angga terparkir didepan rumah itu.

Bela keluar dari mobilnya. Ia berjalan dengan cepat.

"Angga.. Gimana Gisel?", tanya Bela.

"Bel.. Sabar ya", ucap Angga.

Kaki Gisel lemas. Ia terjatuh. Tangisannya semakin mengeras.

Angga memeluk Bela dan membantunya untuk berdiri. Orang orang disana memberikan Bela minum dan kursi untuk  duduk.

"Kenapa bisa gini, Ngga?", tanya Gisel.

Angga tak menjawab. Dirinya pun tidak tau mengapa bisa seperti ini.

"Gue di telpon Nyokapnya", ucap Angga.

"Ya terus gue langsung kesini. Sampai nya gue disini. Nyokap Gisel udah ikutan bunuh diri", ucap Angga.

Bela menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia berharap waktu dapat diulang.

Banyak cerita yang belum ia ceritakan pada Gisel. Ia rindu sahabatnya itu. Sahabat yang sudah ia anggap saudara.

Bela telah kehilangan segalanya. Ibu, Andre, Dylan dan sekarang.. Gisel.

"Gue mau lihat Gisel", pinta Bela.

"Gak bisa, Bel. Polisi masih ngecek TKP", ucap Angga.

"Gue benci dia. Dia janji sama nyokap gue buat jagain gue. Dia janji gak akan ninggalin gue", ucap Bela.

"Mungkin ini jalan terbaik bagi dia, Bel", ucap Angga.

"Gak ada yang namanya gantung diri itu jalan terbaik, Ngga", ucap Bela.

Angga hanya bisa terdiam. Ia juga sangat merasakan kehilangan. Gadis kesayangannya, Gisel. Telah pergi meninggalkan nya.

Sudah banyak perubahan yang Gisel buat pada Angga. Angga yang terkenal playboy, menjadi seorang laki laki dewasa yang sangat setia pada satu wanita, yaitu Gisel. Itu juga berkat Gisel.

***

Hari dimana Gisel dan Ibu nya dimakamkan.

Bela hanya diam. Minat nya untuk bicara telah hilang. Sahabat yang ia ajak untuk bertukar cerita telah berpulang kepada yang Maha Kuasa.

Begitu juga dengan Angga. Angga hanya diam. Ia bicara seperlunya saja. Ia terlihat tegar meski semua orang tau, Angga sangat sedih.

Angga terus merangkul Bela. Mata gadis itu sembap karena menangis tiap malam. Bahkan tiap hari.

Setelah pemakaman selesai. Semua orang bergegas pulang. Terkecuali Bela dan Angga. Mereka masih berdiam disana. Menatap batu nisan Gisel.

"Sudah ayo pulang", ajak Angga.

Bela menggeleng.

"Gue bakal rindu si cerewet ini", ucap Bela.

"Gue juga..", ucap Angga.

Beberapa menit kemudian. Bela pun mau diajak untuk pulang.

Angga mengantar Bela pulang. Selama diperjalanan, mereka berdua hanya diam. Tak bersuara. Mobil itu hanya diramaikan oleh suara dibalin radio.

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang