TIGA PULUH SATU

453 15 0
                                    

Bela menatap dirinya di cermin. Memandang pakaian nya hari ini yang ia gunakan untuk makan keluarga nanti malam.

Sudah tradisi bagu Bela, harus ber-akting didepan keluarga besar nya, malam ini ia harus terlihat bahagia. Meski sebenarnya ia sedang rapuh.

Pintu kamar Bela terbuka, seorang laki laki paruh baya berada dibalik pintu itu. Arya, ayahnya. Menggunakan kemeja dan sudah rapi.

"Ayo turun", ajaknya.

Bela menoleh. Ia tak menjawab sama sekali.

"Jangan buat malam ini hancur Bela", ucap Arya.

Bela hanya mengacungkan jempolnya keatas. Dan perlahan, jempol itu ia turunkan ke bawah.

"Kita gak tau kan apa yang akan terjadi nanti. Mau dipersiapkan semaksimal mungkin juga kalau Tuhan nyuruh kita akting sampai disini, mau gak mau ya mau gimana lagi?", ucap Bela.

Arya mendengus kesal. Ia menutup pintu itu dan beranjak pergi.

Bela menjepit rambutnya yang tebal, dan bergegas turun kebawah.

Hari ini ia akan bertemu dengan semua keluarganya. Keluarganya yang tinggal terpisah.

Bela tersenyum menyambut orang orang yang baru saja datang.

"Hai Bel", sapa Yuki. Kakak sepupu Bela yang tinggal lama di Jepang.

"Hai", sapa Bela.

"Apa kabar?", tanya Yuki.

"Good", jawab Bela.

"Gak bosen di Jakarta terus? Jepang yuk", ajak Yuki.

Bela menggeleng sambil tersenyum, "Lanjut ke New York deh kayaknya", ucap Bela.

"Wow. Good choice", ucap Yuki. Ia melemparkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Gak ada yang berubah ya", ucap Yuki.

"Banyak", ucap Bela. "Bukan rumahnya. Tapi orang orangnya", ucap Bela.

"Siapa?", tanya Yuki.

Bela terdiam.

Yuki menarik tangan Bela. Mengajaknya jauh dari ruangan yang sebentar lagi akan sangat ramai.

"Sejauh apapun jarak kita, gue sebagai kakak sepupu lo, harus tau keadaan lo", ucap Yuki.

"Lo pandai nyembunyiin semua beban lo dari semua orang. Tapi lo gak bisa nyembunyiin itu dari gue", sambungnya.

Bela masih terdiam, tak menjawab.

"Lo kenapa? R u okay?", tanya Yuki.

"Gue gak pernah baik baik aja, Yuk", ucap Bela.

"Udah gue duga" , ucap Yuki.

"Siapa yang nyakitin lo?", tanya Yuki.

"Semua. Semuanya", ucap Bela.

"Elo kuat", ucap Yuki sambil menepuk pundak Bela.

"Gue udah duga. Setelah nyokap lo pergi, pasti lo bakal rapuh. Apalagi hubungan lo sama Om Arya belum membaik kan?", ucap Yuki.

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang